Yellowfin tuna (Thunnus albacares) is a superior fish resources are distributed in an area of the waters of the Aceh province. So far, yellowfin tuna fishermens have a problem in determining operational point of fish fishing ground. Determination of fish fishing ground can be estimated from water condition that is species habitat and usually described with oceanographic parameters. Sea surface temperature (SPL) and chlorophyll-a are an important oceanography to know the existence of yellowfin tuna and to analyze a potential fishing ground easier. Therefore, this research aimed to examine and analyze fish fishing ground of yellowfin tuna based on SPL parameter and chlorophyll-a distributions in the waters of Aceh province. The methods used in this study include data of yellowfin tuna catches in the waters of Aceh Province with purposive sampling, and the SPL and chlorophyll-a analyses using the Modis Aqua satellite image data that are processed with AcrGIS software. The results showed the SPL distributions in the waters of Aceh province were range from 26-34 °C. The highest SPL was reached 34.74 °C, occurs in February and the lowest SPL 26.19 °C, occurs in April. Analysis of chlorophyll-a distributions in the waters of Aceh province were range 0.01-3.7 mg/m 3 . The highest of chlorophyll-a was 3.75 mg/m 3 occur in August, while the lowest chlorophyll-a was 0.0120 mg/ m 3 occur in July. Based on regression analysis, the relationship between the distributions of SPL and chlorophyll-a not significantly to the catch yellowfin tuna in the waters of Aceh province.Keyword: Aceh waters, chlorophyll-a, satellite image data, sea surface temperature ABSTRAKIkan tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan sumberdaya ikan unggulan yang tersebar di wilayah perairan Provinsi Aceh. Sejauh ini, para nelayan ikan tuna madidihang mengalami kendala dalam menentukan titik operasional daerah penangkapan ikan. Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies dan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a merupakan parameter oseanografi yang penting untuk mengetahui keberadaan ikan tuna madidihang dan mempermudah dalam menganalisis daerah penangkapan ikan yang potensial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji dan menganalisis daerah penangkapan ikan tuna madidihang berdasarkan parameter SPL dan sebaran klorofil-a, di perairan Provinsi Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengambilan data hasil tangkapan ikan tuna madidihang di lapangan secara purposive sampling di perairan Provinsi Aceh, serta analisis SPL dan klorofil-a menggunakan data citra satelit Aqua Modis yang diolah dengan software ArCGIS. Hasil penelitian menunjukkan sebaran SPL di perairan Provinsi Aceh berkisar antara 26.19-32.8 °C. Nilai kisaran SPL tertinggi mencapai 32.87 °C terjadi pada bulan Maret, serta SPL terendah 26.19 °C terjadi pada bulan April. Analisis sebaran klorofil-a di perairan Provinsi Aceh berkisar ant...
(-0.432), the number of crew (-1.116), and number of lights (-0.148
) the value of its production elasticity were inefficient (Ep <0), whereas purse seine net height (0.467) was at the rational production stage (0
Sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi penggerak utama pembangunan di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong pengembangan usaha perikanan tangkap prospektif yang menopang keberlanjutan usaha dan sumberdaya ikan di masa datang. Penelitian ini bertujuan menentukan jenis usaha perikanan tangkap yang prospektif dan menyusun model pengembangannya di perairan Aceh. Penelitin menggunakan metode analisis prospek investasi dan pemodelan numerik kalkulatif. Usaha jaring insang hanyut (JIH), pancing tonda, jaring insang tetap (JIT), bubu, bagan perahu, dan trammel net propspektif untuk dikembangkan di perairan Aceh, karena mempunyai nilai NPV, IRR, ROI, dan B/C ratio di atas standar, sedangkan perangkap lainnya tidak prospektif. Bila potensi sumberdaya ikan yang belum termanfaatkan di peraran Aceh dikelola 100 % (model III), maka usaha jaring insang hanyut (JIH), pancing tonda, jaring insang tetap (JIT), bubu, bagan perahu, dan trammel net masing-masing dapat ditambah 27 unit, 7 unit, 34 unit, 933 unit, 18 unit, dan 73 unit. Sedangkan jika dikelola 30 % (model I) dan 60 % (model II), maka keenam usaha perikanan tangkap tersebut masing-masing dapat ditambah 8 unit dan 16 unit, 2 unit dan 4 unit, 10 unit dan 21 unit, 280 unit dan 560 unit, 5 unit dan 11 unit , serta 22 unit dan 44 unit. Kata kunci: model numerik kalkulatif, perairan Aceh, prospek investasi, dan usaha perikanan tangkap
Abstrak Penanganan di atas kapal penting untuk mempertahankan mutu produk ikan tuna, sedangkan keberadaan komponen sisa dapat mengganggu kinerja operasi penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem penanganan produk ikan tuna di atas kapal dan menganalisis pengaruh operasi penangkapan tuna terhadap keberadaan komponen sisa penangkapan. Metode yang digunakan terdiri dari analisis peta kendali dan pendekatan model regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penanganan produk dalam operasi penangkapan ikan tuna di Bitung masih belum optimal. Mutu produk ikan tuna yang didaratkan masih terkendali yang ditunjukkan oleh sebaran jumlah produk cacat yang masih dalam rentang UCL-LCL (0-3,83 produk cacat/proses). Pengaruh jumlah ikan tuna tertangkap per setting (X) terhadap keberadaan sisa umpan (Y) dirumuskan dengan model Y =-1,176X+37,794, pengaruh jumlah hasil tangkapan (X) terhadap keberadaan sisa es (Y) dirumuskan dengan model Y =-0,002X + 62,226, serta pengaruh operasi penangkapan yang diwakili oleh jumlah ABK (X1) dan jumlah hari operasi (X2) terhadap keberadaan sisa air tawar (Y) dirumuskan dengan model Y = 50,000X1-23,704X2+288,889. Dampak dari pengaruh jumlah hasil tangkapan terhadap keberadaan sisa es (sig = 0,036) dan pengaruh jumlah hari operasi terhadap keberadaan sisa air tawar (sig = 0,037).
Kurau fish (Eleutheronema tetradactylum) is one type of fish that has economic value and importance in the Coastal Pambang Bengkalis District. This study aimed to analyze the technical aspects and economy aspects (financial) of each unit of fishing technology kurau in Coastal Pambang. Data collection was carried out from July to September 2016 in the Coastal Pambang Bengkalis district Riau Province by using the survey method. The analytical method used is descriptive and financial analysis by calculating the NPV, IRR, PP and BCR. Results of research show that characteristics fishing technology unit of kurau in Pambang Coastal for drift bottom gill net and bottom gill net use webbing made of PA (Polyamide) and nylon the mesh size used measuring 2.5 to 7 inches and boat sizes ranging from 6 to 12 m. while mini longline and fishing line using the main strap nylon 110, hook numbered 6 and 7, with fish bait Chirocentrus dorab, mackerel, Trichiurus lepturus, shrimp and Harpodon neherous. The size of the boat used ranges from 6 to 8 m. While Results of research show analysis economy ( financial) that all unit fishing kurau technology in Pambang Coastal to be developed with a positive NPV, IRR exceeds the interest rate specified bank and BCR>1.Keyword: economic aspect, kurau fish, Pambang coastal, technic aspect ABSTRAKIkan kurau (Eleutheronema tetradactylum) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting di Pambang pesisir Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomi (finansial) dari setiap unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang pesisir. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2016 di Pambang pesisir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan metode survei. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan finansial dengan menghitung nilai NPV, IRR, PP dan BCR. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan karakteristik unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang Pesisir untuk jaring kurau dan jaring tangsi menggunakan webbing berbahan PA (Polyamide) dan tangsi, mesh size yang digunakan berukuran 2.5 sampai 7 inci dan ukuran kapal berkisar 6 sampai 12 m. Sedangkan rawai dan pancing menggunakan tali utama berbahan nilon 110, mata pancing bernomor 6 dan 7, dengan umpan ikan parang-parang, tenggiri, layur, udang dan lomek. Ukuran kapal yang digunakan berkisar 6 sampai 8 m. Sedangkan hasil analisis ekonomi (finansial) menunjukkan bahwa seluruh unit teknologi penangkapan ikan kurau di Pambang Pesisir layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV yang positif, nilai IRR melebihi bunga suku bank yang ditetapkan dan BCR >1.Kata kunci: aspek ekonomi, aspek teknis, ikan kurau, Pambang pesisir
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.