Fitriadi CA, Dhahiyat Y, Purba NP, Harahap SA, Prihadi DJ. 2017. Coral larvae recruitment based on oceanography condition in Biawak Islands, West Java,. This research aimed to know the recruitment pattern of planula in the Biawak Island. The dispersion of planula and corals recruitment as an important factor to determine the distribution of the adult corals. The spawning and brooding are the beginning processes of planula dispersion. Dispersion factors are highly influenced by water environment factors. The main factor in planula dispersion is sea currents, wind, tide, and bathymetry. The circulation of sea currents on Biawak Islands waters is influenced by the tidal movement. The results of research showed that Biawak Islands waters have mixed tide prevailing semidiurnal type of tidal movement. Currents of Biawak Islands waters moved from the northern toward the southern with a range of speed between 0.045-0.075 m/s on northeast and south and for west and north range of speed of sea currents are between 0.015-0.195 m/s, the sea currents movement of Biawak Islands waters was dominated by tidal movement. Biawak Islands have varying wind speed, the most direction of wind moved to northwestern toward southeastern by predominance speed 4.8-7.2 m/s. The results of research showed that planula on the Biawak Island moved to northern and northeastern at high tide and then moved to southern and southeastern at a low ebb with the furthest movement of planula on the Biawak Island was 2.2 km. The furthest movement of planula on the Gosong Island was 1.66 km and planula dispersed to the east and west region of Gosong Island, on the Cendikia Island planula dispersed to northern and eastern with the furthest movement of planula on the Cendikia Island was 0.44 km. Based on the movement of planula can be concluded that source of coral reefs on the Gosong Island derived from the coral reefs on the Biawak Island.
Riset ini dilakukan pada bulan April sampai September 2017. Lokasi riset ini di kawasan mangrove Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Tujuan riset ini adalah untuk memperoleh data keanekaragaman dan kerapatan mangrove, mendapatkan status biofisik ekosistem mangrove di Karangsong Indramayu, mengevaluasi daya dukung lingkungan kawasan wisata bahari di Karang Song Indramayu, dan mengevaluasi status pengelolaan kawasan wisata bahari mangrove di Karang Song Indramayu. Metode yang digunakan adalah metode survey dan wawancara. Metode ini untuk mengetahui data keanekaragaman, kerapatan mangrove dan biofisik kawasan wisata mangrove. Hasil yang ditemukan adalah ditemukannya 3 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora mucronata. Dalam kawasan mangrove ditemukan Kepiting Uca (Uca sp), Kepiting bakau (Scyalla serata) yang berlimpah, sehingga bisa dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Kerapatan mangrovenya yaitu berkisar dari 380 – 1040 individu/Ha. Adapun daya dukung lingkungan kawasan mangrove sebesar 643 orang/hari yang bisa ditampung secara efisien agar kawasan tersebut tetap terjaga lestari. Evaluasi status pengelolaan oleh kelompok masyarakat Pantai Lestari adalah dengan mempertahankan dan memajukan wisata bahari sebagai program unggulannya. Penambahan luasan kawasan oleh kelompok Pantai Lestari adalah dengan menjadikan arboretum dan silvofishery dengan apik dan rapih kelompok masyarakat Pantai Lestari menjaga dan mengembangkannya, walaupun kawasannya berada berbeda di sebrangnya kawasan ekowisata mangrove Karangsong Indramayu. Sesuai wawancara dengan kelompok masyarakat Pantai Lestari akan mengajak masyarakat yang mempunyai tambak dan akan bisa menambah luasan kawasan ekowisata mangrove.
Penelitian ini dilakukan di Perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Kabupaten Nabire untuk mengetahui kesesuaian kondisi lingkungan perairan dan daya dukung kawasan dalam mendukung pengembangan wisata hiu paus (Rhincodon typus) di perairan Kwatisore. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode cross section dimana data bersumber dari data primer yakni data yang dikumpulkan melalui observasi di lapangan dan data sekunder yang bersumber dari pengelola wisata dan instansi terkait. Data tersebut kemudian dianalisis dengan metode Water QualityIndex (WQI) dan analisis kesesuaian serta analisis daya dukung kawasan. Pengambilan data primer dilakukan di 11 stasiun berdasarkan titik kemunculan hiu paus selama tahun 2013 – 2015. Hasil analisis Water Quality Index(WQI) menunjukkan bahwa kondisi perairan Kwatisore baik air laut maupun tawar tergolong normal atau belum tercemar. Hasil perbandingan baku mutu air laut untuk wisata bahari dan biota laut menunjukkan bahwa perairan Kwatisore sesuai untuk dijadikan wisata bahari dan habitat biota laut seperti hiu paus. Penentuan waktu terbaik dalam melihat hiu paus adalah ketika fase bulan baru atau pada minggu 1 dan 2 awal bulan. Untuk analisis kesesuaian kawasan untuk wisata melihat hiu paus menunjukkan bahwa stasiun 1, 4, 7, 8, 9 dan 11 termasuk dalam kriteria S1 atau sangat sesuai,sedangkan stasiun 2, 3, 5, 6 dan 10 termasuk S2 atau sesuai sebagai lokasi melihat hiu paus. Hasil perhitungan nilai daya dukung kawasan (DDK) wisata hiu paus di perairan Kwatisore mencapai 108 wisatawan/hari.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.