This study aims to determine the effectiveness of instructional media for vocational students regarding briquette material made of coconut (Cocos Nucifera) coir and banana (Musa Paradisica) peels with certain size variations using experimental demonstration method with learning video and job sheet application. The learning method used was the implementation of pre-test and posttest to students. Briquettes are made through several stages, include carbonization (250 o C, 20 minutes), grinding, separation according to particle size, mixing, addition of binders, printing of briquettes, drying of the briquettes. When using 310-um carbon and 20% of mixture of banana peels, the best composition briquette can be obtained because it has the highest BR values caused by high calorific value that material has as a content and the ratio of mixture that makes the biobriquette have a right density. The conclusion obtained is the job sheet learning media can significantly increase students' knowledge, however it is insignificant when compared to video because the job sheet serves as a guide for training all aspects of learning in the form of experimental guides or demonstrations. This study produces new information about the importance of job sheet applications for improving student learning outcomes.
Daun kelor dapat menjadi bahan substitusi nori siap makan. Pada proses pembuatannya, penggunaan konsentrasi karagenan dan suhu pengeringan yang tepat merupakan faktor yang penting. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil penilaian karakteristik organoleptik (warna, aroma, rasa dan kelenturan) nori daun kelor siap makan dengan variasi konsentrasi kappa karagenan dan suhu pengeringan. Penelitian ini menggunakan rancangan dua faktor yaitu variasi konsentrasi kappa karagenan (1.5%, 2% dan 2.5%) dan suhu pengeringan (450C, 500C dan 550C). Penilaian karakteristik organoleptik dilakukan melalui uji hedonik dan mutu hedonik pada parameter warna, aroma, rasa dan kelenturan oleh 15 panelis semi terlatih. Pada parameter rasa, nori daun kelor dengan karagenan 1.5% dan suhu pengeringan 500C dan 550C memiliki hasil uji hedonik yang lebih rendah yaitu berada pada kategori antara tidak suka dan biasa sedangkan perlakuan lainnya berada pada kategori antara biasa dan suka. Pada parameter kelenturan, nori dengan karagenan 2% dan 2.5% pada suhu pengeringan 550C berada pada kategori antara tidak suka dan biasa sedangkan pada perlakuan suhu lainnya berada pada kategori antara biasa dan suka. Hasil uji mutu hedonik parameter warna menunjukkan bahwa nori daun kelor yang dikeringkan pada suhu 450C dan 550C dinilai memiliki warna yang lebih hijau dibandingkan dengan pengeringan suhu 500C. Pada parameter aroma, nori daun kelor yang dikeringkan pada suhu 500C lebih tidak beraroma daun dibandingkan dengan penggunaan suhu lain. Pada parameter kelenturan, nori menjadi semakin tidak lentur ketika suhu pengeringan dan konsentrasi kappa karagenan yang digunakan semakin tinggi.
was the predominant species in producing fumonisin on agricultural products. Fumonisisn B1 (FB1) is the most abundant fumonisin in nature and the most toxic than other fumonisin. The main factors affecting the growth of and production of fumonisin are temperature and humidity. This research aimed to assess the effect of changes in temperature and humidity on the growth of and FB1 production on maize and soybeans medium. Maize and soybeans that have inoculated with suspension Bio 957 were incubated at 20, 30 and 40 °C with 70, 80 and 90% of humidity for 14 days. Observations of growth made by weighing the cells mass and analysis of FB1 production performed by HPLC. The results showed that the highest growth of Bio 957 in maize and soybeans was occurred at temperature 30 °C and 90% of humidity, the cell mass weights were 904,5 and 885,5 mg per 20 g of maize and soybeans respectively. The highest concentration of FB1 in maize and soybeans were 374 and 67 pbb respectively, observed at temperature 30 °C for maize and 20 °Cfor soybeans, both at same humidity (90%). The results showed that Bio 957 was able to grow well and produced the highest concentrations of FB1 in maize and soybeans at a temperature of 20 and 30 °C with 90% ofhumidity. At a temperature of 40 °C with 70, 80 and 90% of humidity, the growth of was not observed, therefore FB1 formation was avoided.Keywords: Fumonisin B1, Bio 957, humidity, temperatureABSTRAKadalah spesies yang dominan dalam memproduksi fumonisin pada produk-produk pertanian. Fumonisin B1 (FB1) merupakan fumonisin yang paling banyak ditemukan di alam dan paling toksik dibandingkan jenis fumonisin lainnya. Faktor ekstrinsik utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi FB1 adalah suhu dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan kelembabanterhadap pertumbuhan Bio 957 dan produksi FB1 pada media jagung dan kedelai. Jagung dan kedelai yang telah diiinokulasi dengan suspensi Bio 957 diinkubasi pada suhu 20, 30 dan 40 °C dengan kelembaban 70, 80 dan 90% selama 14 hari. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan penimbangan massa sel dan analisis konsentrasi FB1 dilakukan dengan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Bio 957 pada jagung dan kedelai paling tinggi terjadi pada suhu 30 °C dan kelembaban 90%, berat massa selnya yaitu 904,5 dan 885,5 mg per 20 g masing-masing jagung dan kedelai. Konsentrasi FB1 paling tinggi pada jagungdan kedelai masing-masing yaitu 374 dan 67 ppb, pengamatan pada suhu 30 °C pada jagung dan 20 °C pada kedelai, keduanya pada kelembaban yang sama (90%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bio 957 mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan konsentrasi FB1 paling tinggi pada jagung dan kedelai pada suhu 20 dan 30 °C dengan kelembaban 90%. Pada suhu 40 °C dengan kelembaban 70, 80 dan 90%, Bio 957 tidak menunjukkan adanya pertumbuhan, sehingga pembentukan FB1 dapat dihindari.Kata kunci: Fumonisin B1, Bio 957, kelembaban, suhu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan sintak dan hasil belajar siswa dari penerapan model pembelajaran Project Based Learning pada kompetensi dasar melakukan dasar pengawetan. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Objek penelitian ini adalah peserta didik kelas X TPHP 3 jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian SMK Negeri 1 Kuningan. Hasil belajar siswa diukur menggunakan tes objektif (pre-test dan post-test), lembar observasi sikap, lembar penilaian keterampilan, lembar observasi proses pembelajaran, dan wawancara. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terlaksana dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh: (1) keterlaksanaan proses pembelajaran berjalan dengan sangat baik, (2) ketercapaian KKM pada aspek kognitif yaitu 76% pada siklus 1, 88% pada siklus II, dan 100% pada siklus III, (3) rata-rata nilai afektif pada indikator spiritual, jujur, tanggung jawab, disiplin, percaya diri, dan sopan santun mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II dan III, (4) rata-rata nilai psikomotorik siswa termasuk ke dalam katagori “sangat baik”.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.