ABSTRAKPerbaikan mutu fisik, biokimia, dan cita rasa berbasis kultivar penting dilakukan saat ini untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar global. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keragaman ukuran biji, kadar kafein, dan mutu cita rasa lima kultivar kopi Arabika, yaitu ABP-1, ABP-2, ABP-3, AGK-1, dan S-795. Kelima kultivar tersebut ditanam pada tahun 2008 oleh petani di Desa Marga Mulya, Kecamatan Cikandang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut. Biji dari masingmasing kultivar dipanen pada bulan Juli-Agustus 2013 melalui prosedur pengolahan basah. Sampel sebanyak 100 biji beras dari masing-masing kultivar diambil secara acak untuk pengukuran panjang, lebar, tebal, dan bobot 100 biji beras. Pengukuran tersebut diulang sebanyak tiga kali. Analisis varian satu arah dan analisis gerombol dilakukan terhadap data hasil pengukuran. Selain itu, sampel sebanyak 500 gram biji beras dari masing-masing kultivar digunakan untuk pengujian mutu fisik, kimia, dan cita rasa. Ukuran biji beras diklasifikasikan berdasarkan standar SNI 01-2907-2008, sedangkan kandungan kafein diuji berdasarkan prosedur Official Method of Analysis AOAC. Penilaian mutu seduhan mengacu kepada protokol Specialty Coffee Association of America (SCAA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa biji beras kultivar ABP-1, ABP-2, AGK-1, dan S-795 termasuk dalam kategori besar, meskipun berdasarkan analisis gerombol terbagi ke dalam dua kelompok. Hanya kultivar ABP-3 yang memiliki ukuran biji beras tergolong kecil dan mengelompok sendiri. Kandungan kafein biji kultivar ABP-1, ABP-2, dan S-795 di bawah 1%, sedangkan ABP-3 dan AGK-1 lebih besar dari 1%. Meskipun demikian, semua kultivar yang diuji termasuk dalam kategori spesialti karena nilai akhirnya mencapai > 80,00.Kata Kunci: Kopi Arabika, spesialti, seleksi, spesifik lokasi ABSTRACT Cultivar-based quality improvement of Arabica coffee is very important in order to increase competitiveness of Indonesian coffee product in global market. The objectives of this study were to identify the diversity of green bean size, levels of caffeine, and quality among five Arabica coffee cultivars that cultivated by farmers in West Java, ABP-1, ABP-2, ABP-3, AGK-1, and S-
Due to its chemical compounds, coffee has a good taste, pleasant aroma, stimulant effect, and health benefits. Roasting is a critical process to develop a good flavor and cup quality of the coffee brew. This article reviews the coffee chemical reaction proceeds during roasting, evaluates the roasted degree by physic and chemical approach and biochemical changes. The articles were compiled from ScienceDirect, SpringerLink, ResearchGate, and Google Scholar. Out of all of the collected papers, 40 articles were covered in this paper. The initial process of roasting is water content evaporating and continuously is followed by roasting phase including pyrolysis, Maillard reaction and caramelization. The roasted coffee degree is determined by visual, weight loss, acidity, and pop beans sound. The bioactive compounds of coffee such as chlorogenic acids, caffeine, and trigonelline affect brewed coffee’s cup quality. Chlorogenic acid and trigonelline significantly decrease during the roasting process. However, caffein is quite stable during roasting. The roasted coffee performs a function in the consumers’ health since in vitro and in vivo analysis present that bronze roasted espresso has the most powerful activity as anti-inflammatory and antioxidant.
Penyimpanan entres karet memerlukan waktu dan media yang tepat agar entres selalu berada dalam kondisi yang baik sehingga keberhasilan okulasi masih dapat dipertahankan seoptimal mungkin. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh periode dan media penyimpanan entres terhadap tingkat keberhasilan okulasi hijau serta kandungan air entres pada tanaman karet. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Pakuwon pada ketinggian tempat 450 m dpl, jenis tanah Latosol, dan tipe iklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, pada bulan Januari sampai Juli 2014. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok lengkap dalam faktor tunggal dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Kesembilan perlakuan tersebut: (1) penyimpanan entres selama 2 hari tanpa media, (2) penyimpanan selama 2 hari dengan media kertas koran dibasahi, (3) penyimpanan selama 2 hari dengan media serbuk gergaji dibasahi, (4) penyimpanan selama 2 hari dengan media cocopeat dibasahi, (5) penyimpanan selama 4 hari tanpa media, (6) penyimpanan selama 4 hari dengan media kertas koran dibasahi, (7) penyimpanan selama 4 hari dengan media serbuk gergaji dibasahi, (8) penyimpanan selama 4 hari dengan media cocopeat dibasahi, dan (9) tanpa penyimpanan/kontrol (K). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan entres selama 2-4 hari dapat menurunkan tingkat keberhasilan okulasi hijau karena terjadi penurunan kandungan air pada entres. Pada saat entres harus disimpan maka sebaiknya dilakukan paling lama 4 hari menggunakan media kertas koran atau serbuk gergaji yang telah dibasahi. Kedua media penyimpanan tersebut masih dapat mempertahankan kandungan air entres masingmasing sebesar 94,8% dan 93,9% dibandingkan kandungan air entres yang tidak diperlakukan penyimpanan (baru dipanen).
ABSTRAKPemanfaatan agens hayati berupa jamur antagonis Trichoderma mempunyai peluang dalam mencegah maupun menekan serangan jamur akar putih (JAP) pada bibit tanaman karet. Oleh karena itu, Trichoderma dapat diaplikasikan sebelum maupun setelah infeksi patogen. Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu aplikasi dan jenis Trichoderma yang efektif dalam mengendalikan penyakit JAP pada bibit karet. Penelitian dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Sukabumi, mulai bulan Mei sampai November 2013. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dua waktu aplikasi Trichoderma (sebelum dan setelah infeksi patogen), faktor kedua adalah empat jenis Trichoderma (Trichoderma virens, Trichoderma hamatum, Trichoderma amazonicum, dan Trichoderma atroviride). Di samping itu, digunakan petak kontrol (tanpa Trichoderma) untuk melihat efektif-tidaknya penggunaan Trichoderma. Bibit karet menggunakan klon AVROS 2037 hasil okulasi umur 3 bulan. Peubah yang diamati meliputi gejala penyakit JAP, masa inkubasi patogen, dan intensitas serangan JAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembibitan karet penggunaan agen hayati Trichoderma lebih efektif bila diaplikasikan sebelum ada infeksi patogen karena dapat memperpanjang masa inkubasi patogen dan menekan serangan JAP masing-masing 60,49 hari dan 78,36% dibandingkan kontrol, serta 51,62 hari dan 71,14% bila dibandingkan aplikasi setelah ada infeksi. Trichoderma yang diaplikasikan setelah infeksi patogen hanya efektif menekan serangan JAP sebesar 25% dibandingkan kontrol. T. virens dan T. amazonicum paling efektif bila diaplikasikan sebelum infeksi patogen, sedangkan apabila tanaman telah terinfeksi patogen maka dianjurkan menggunakan T. virens, T. amazonicum, atau T. atroviride.Kata kunci: Karet, jamur akar putih, Trichoderma, intensitas serangan, masa inkubasi patogen ABSTRACT The utilization of biological agents such as fungal antagonist of Trichoderma has the opportunity to prevent and suppress the attacks of white root diseases (JAP) in rubber seedlings. Therefore, Trichoderma can be applied before or after pathogen infection. The objectives of this study were to determine the application time and Trichoderma types which effective in controlling white root fungi in rubber seedlings. The research was carried out in the Screen house of Indonesian Industrial and Beverages Crops Research Institute (IIBCRI), Sukabumi, from May to November 2013. The randomized complete block design in factorial two factors and three replications was used in this study. The first factor: two times of
ABSTRAKPertanaman kopi di Provinsi Bengkulu umumnya sudah tua atau rusak sehingga perlu diremajakan atau direhabilitasi. Klon unggul lokal kopi Robusta, seperti Sidodadi, Payung Hijau, dan Payung Kuning, telah banyak dikembangkan untuk rehabilitasi di daerah tersebut. Penelitian bertujuan menganalisis stabilitas hasil tiga klon kopi Robusta unggul lokal Bengkulu pada ketinggian sedang sampai tinggi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Curup (670 m dpl) dan Kabupaten Kepahiang (900 dan 1300 m dpl), Provinsi Bengkulu, mulai Juli 2014 sampai Agustus 2015. Klon kopi Robusta Bengkulu yang diuji adalah Sidodadi, Payung Hijau, dan Payung Kuning hasil sambung tunas plagiotrop berumur 5 tahun setelah sambung. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 pohon contoh ditentukan secara acak dan masing-masing diulang 5 kali. Peubah yang diamati adalah bobot segar buah/pohon, bobot kering biji/pohon, bobot segar/buah, dan bobot kering/biji. Analisis data menggunakan analisis ragam tergabung yang dilanjutkan dengan uji stabilitas hasil dengan metode Eberhart dan Russell. Hasil penelitian menunjukkan kopi Robusta klon Payung Hijau mempunyai stabilitas dan hasil biji paling tinggi dibandingkan dengan dua klon lainnya (Sidodadi dan Payung Kuning). Produksi kopi klon Payung Hijau mencapai 1,19 kg bobot kering biji/pohon, 4,31 g bobot segar/buah, dan 0,63 g bobot kering/biji. Oleh karena itu, klon Payung Hijau berpotensi menjadi sumber entres bagi program peremajaan atau rehabilitasi pertanaman kopi tua.Kata kunci: Kopi Robusta, interaksi GxE, ketinggian tempat, stabilitas (670 m ABSTRACT The population of Robusta coffee in Bengkulu province were mostly old thus it need rejuvenation or rehabilitation. Local clones of Robusta coffee, such as Sidodadi, Payung Hijau and Payung Kuning, have been cultivated for rehabilitation in Bengkulu Province at an altitude of >700 m above sea level (asl). This study aimed to analyze the yield stability of the three Robusta coffee clones at medium to high altitudes. The study was conducted from January to September 2015 in Curup Regency
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.