Abstrak Masyarakat Dayak di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae, hingga kini menggunakan adat sebagai instrumen penyelesaian sengketa ataupun persoalan sosial budaya ini bertujuan untuk mengungkapkan eksistensi adat dalam keteraturan sosial masyarakat Dayak di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis yang dilakukan dengan wawancara secara mendalam, observasi partisipatif dan juga pendokumentasian data dan informasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi adat sebagai sistem hukum di dalam kehidupan masyarakat di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae tampak dalam empat fenomena (1) diakui adat sebagai sistem nilai dan hukum oleh masyarakat di Kampung Bonsor, (2) terdapatnya pola kepemimpinan tradisional yang terstruktur dalam bentuk Binua, (3) terdapatnya prosedur penyelesaian sengketa/permasalahan berupa baras banyu, buah tangah, tail, dan pati nyawa, dan (4) memiliki jangkauan yang bersifat teritorial genealogis yang berlaku berdasarkan wilayah adat.
This study aims to analyze the factors determining poverty in the Indonesia-Malaysia border province of West Kalimantan. Data were obtained from Statistics Indonesia (BPS) of West Kalimantan Province. From 2010 to 2019, panel data of regencies/cities in West Kalimantan were analyzed quantitatively. The results showed that the Random Equation Model (REM) using the GLS method was more appropriate for examining the impact of poverty in West Kalimantan. The study result found that Gross Regional Domestic Product, unemployment rate, and population density significantly affect poverty.
Anyaman bidai merupakan produk kriya yang dihasilkan melalui keterampilan indigineous people masyarakat Dayak Bidayuh. Dengan pendekatan penilaian One Village One Product, penelitian ini secara kualitatif menilai potensi anyaman bidai untuk didorong menjadi produk unggulan khususnya dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bengkayang. Dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan yang ditentukan secara purposive sampling, diketahui bahwa anyaman bidai hanya memperoleh capaian skor 69,8 dari nilai total 100 atau berada pada klasifikasi Bintang 2(**), dimana anyaman Bidai masih memerlukan bimbingan dasar, namun berpeluang meningkat sebagai bintang 3 dengan berbagai perbaikan. Meskipun bidai yang dihasilkan saat ini sudah mengalami inovasi terkait desain dan ukuran, namun terdapat beberapa kendala yang kerap dihadapi. Kendala yang dimaksud diantaranya yakni: terjadinya kelangkaan rawmaterial terutama bahan baku berupa rotan, ketidakpastian konsumen dan pasar, serta penyelesaian akhir dan pengemasan yang masih sangat sederhana. Dampaknya, jumlah pengrajin kian hari menunjukkan kecendrungan semakin menurun. Hal itu dinilai menjadi ancaman bagi pelestarian kearifan lokal anyaman bidai dan sulitnya mendorong anyaman tersebut menjadi produk unggulan di Kabupaten Bengkayang. Oleh sebab itu, diperlukan peran serta dari stakeholders untuk menjaga ketersediaan rawmaterial dan peningkatan kapasitas pengrajin serta hasil anyaman melalui pelatihan kepada para pengrajin dan generasi penerus. Selain itu, diperlukan dukungan stakeholders untuk turut terlibat dalam menjaga konsistensi promosi dan membangun relasi baik pada tingkat lokal, regional maupun pada skala internasional.
The second-rate welfare of coastal society complicated for them to fill their needs. In order to improve their welfare, frequently fishermen to diversify jobs. The aim is to determine the diversification of fishermen work in an effort to improve their welfare in subdistrict Sungai Raya and Sungai Raya Kepulauan Bengkayang. Research conducted by 2014 it is qualitative descriptive. The results showed that the sector which has been the economic foundation of society in the coastal districts located in three sectors, namely agriculture, industry and trade. While intensifying the range of her work focused on the agricultural sector sub sector of fisheries. Meanwhile, job diversification of fishermen in the research sites are: first, diversification of work fishermen skipper or boat owner is managing mine services, facilities or home stay accommodation services and cultivate crops of nutmeg and clove. Second, diversification of the individual fishermen do business drying fish with methods of curing or smoked, rent a motor boat to tourists, cultivate seaweed, making belacan, and opened a rental home stay for tourists. And third, a diversified family of fishermen that workers be porters of goods, charter-boat captain skipper-owned fishing boats or individuals, freelance workers in oil palm plantations, and into wage laborers to pick shrimp catches of fishermen.
Secara spesifik tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam peningkatan Indeks Desa Mandiri (IDM) di Kabupaten Sambas. Penelitian yang dilaksanakan antara Agustus 2019-Desember 2019 ini mengambil lokasi pada 4 (empat) desa yang termasuk dalam prioritas peningkatan status kemandirian desa di Kabupaten Sambas tahun 2020. Desa yang dimaksud yakni: Desa Sempalai Sebedang, Kecamatan Sebawi; Desa Durian, Kecamatan Sambas; Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas; dan Desa Sebubus, Kecamatan Paloh. Hasil penelitian yang berciri kuantitatif ini menujukkan bahwa: pertama, tingkat partisipasi masyarakat umumnya tergolong “kuat” dan “sangat kuat”. Namun, kesediaan masyarakat untuk memberikan materi dalam rangka mendukung pembangunan desa masuk dalam ketegori “cukup”. Hal itu karena mereka menilai pendanaan di desa saat ini sudah cukup tersedia utamanya bersumber dari DD dan ADD; kedua, Tingkat partisipasi pemerintah tergolong “kuat” dan “sangat kuat”. Artinya indikator seperti penyiapan regulasi, keterlibatan pemerintah dalam penyusunan program, pendampingan dalam pelaksaan pembangunan, evaluasi menyangkut audit pemanfaatan DD dan ADD, serta pemanfaatan hasil pembangunan telah sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, indikator seperti sejauh mana kemampuan pemerintah untuk membuka akses kerjasama dengan investor dalam mengelola potensi di Desa masih perlu ditingkatkan atau dalam kategori “cukup”; dan ketiga, tingkat partisipasi private sector secara umum masih tergolong “lemah” dan “cukup”. Mulai dari tahapan perencanaan hingga pemanfaatan hasil tingkat partisipasi private sector masih perlu ditingkatkan. Responden menilai CSR yang tersedia belum dirasakan dampaknya hingga ke tingkat desa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.