The measurement of company performance usually uses the analysis of Return on Investment (Rol), Return in Earning (RoE), Business Rentability (Ru) and Economic Rentability (Re) to assess the level of profit against capital, which means the extent to which business activities have a positive impact on capital owners, but it has not yet described the impact on human resources. The solution offered is the measurement of the company’s performance using Value Added Rentabilty (Rnt), so that the impact on the welfare of business actors can be known. Data was collected from all tofu agro-industry business units in North Lombok Regency. Data collection is done by using a survey method based on a list of questions. The survey was conducted 2 (two) times before and after the earthquake, namely in June 2018 and June 2019 for 24 respondents of business owners. The results showed that Value Added Rentabilty (Rnt) before earthquake in 2018 was 216.82% and post-earthquake in 2019 was 316.81%, meaning that the income obtained by capital owners from profits and labor wages was greater after the earthquake than before the earthquake for one IDR use of capital.

Pemasaran merupakan elemen penting menjalankan sebuah bisnis. Banyak pelaku bisnis yang meluangkan waktunya untuk memikirkan metode pemasaran apa yang tepat agar barang yang dijualnya laku di pasaran, karena sukses tidaknya bisnis bergantung pada metode/ cara pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha khususnya para pelaku Industri Kecil Menengaah (IKM). Masalah utama yang dihadapi oleh IKM adalah kurangnya pengetahuan dalam memasarkan produk agroindustri secara online. Minimnya pengetahuan IKM mengenai pemasaran online menginspirasi tim pengabdian kepada masyarakat untuk menyampaikan sosialisasi dan memberikan pelatihan mengenai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam memasarkan produk agroindustri. Jika pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) paham akan pentingnya pemasaran online, diharapkan mereka akan termotivasi untuk menggunakan digital marketing sebagai sarana komunikasi dan peluang bisnis untuk usahanya. Dengan adanya pelatihan yang diberikan terdapat perkembangan pemahaman dari mereka tentang pentingnya pemasaran online dengan memanfatkan marketplace dan media sosial sebagai wadah untuk mempromosikan produk yang ingin dijual.

Many factors cause why farmers do not have the ability to maintain their socio-economic life, mainly because it is difficult to obtain fresh funds, unavailability of production facilities and supporting factors such as fertilizers, superior seeds, counseling, and the low attention of local and central governments.Explorative and developmental research, which focuses on exploratory activities in providing an overview in mapping the profile of farmers, including the supply chain of vegetables sold to the capital city of Palu, the capital city of Central Sulawesi Province as well as a trading center and government. The research was carried out around the areas affected by the Jono Oge and Sidondo Earthquake and Liquefaction of Sigi Regency to look at the marketing chain and Palu City to see the supply chain at the Masomba and Manonda traditional markets, while to see the perpetrators of the trade system were traced based on the location of the traders and suppliers domiciled. To find out the suppliers in the traditional market, a careful identification is carried out so that the percentage (share) of suppliers outside Jono Oge can be known.The data analysis used in this research is descriptive.The longer the marketing chain in the tomato and chili vegetable trading system in the research area around Jono Oge and Sidondo which was affected by the earthquake and liquefaction, the more inefficient it will be. Thus, marketing channel I for both tomatoes and chilies is the one that gives a higher Farmer’s Share value and is more efficient than marketing channel II. All institutions involved in the marketing chain, from farmers, traders to retailers, carry out marketing functions, namely buying, selling, transportation, storage, processing, standardization and grading, financing, risk management, and market information. The margin share of producer farmers in each marketing channel for each tomato and chili is 84% and 89.74%, respectively.

Izin PIRT merupakan izin edar atas produk olahan pangan industri rumah tangga. Dengan adanya izin PIRT, konsumen memperoleh kepercayaan atas produk olahan pangan industri rumah tangga. Setelah memperoleh kepercayaan dari konsumen, konsumen tidak akan ragu untuk memilih dan membeli produk olahan pangan tersebut. Dengan demikian, pelaku usaha dapat menjangkau konsumen lebih luas dengan keuntungan lebih banyak. Namun hal ini belum disadari oleh KWT Nine Seru sebagai pelaku usaha berbasis industri rumah tangga di Desa Lantan. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi pentingnya izin PIRT sebagai penguatan produk olahan keripik KWT Nine Seru di Desa Lantan. Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah: (1) meningkatkan pemahaman akan pentingnya izin PIRT sebagai penguatan produk olahan keripik KWT Nine Seru di Desa Lantan, (2) memotivasi dan menumbuhkan kesadaran anggota KWT Nine Seru untuk mengurus Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau izin PIRT. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa seluruh kegiatan sosialisasi berlangsung dengan sangat baik. Peserta sosialisasi memperoleh pemahaman baru mengenai pentingnya izin PIRT sebagai penguatan produk. Sebanyak 48% peserta sangat setuju untuk mengurus izin PIRT setelah kegiatan sosialisasi berakhir. Selanjutnya diharapkan ada kegiatan pendampingan pembuatan izin PIRT bagi pelaku usaha industri rumah tangga di Desa Lantan sebagai keberlanjutan dari kegiatan pegabdian ini.