Aeny TN, Prasetyo J, Suharjo R, Dirmawati SR, Efri, Niswati A. 2018. Isolation and Identification of actinomycetes potential as the antagonist of Dickeya zeae pineapple soft rot in Lampung, Indonesia. Biodiversitas 19: 2052-2058. This study was aimed to collect and identify actinomycetes from the rhizosphere of pineapple with the potency as a biocontrol agent of Dickeya zeae, the pathogen of pineapple soft rot. Soil samples were collected from four different pineapple plantations in Lampung Province, in December 2016. Samples were air-dried, serially diluted, and plated on modified ISP2 medium and several single characterized colonies were sub cultured and purified. The growing colonies were grouped into different colour series based on their aerial-mycelia and substrate-mycelia colors. Antagonistic activity of the actinomycetes isolates were evaluated against Dickeya zeae by agar diffusion method using the same medium agar lawn with the bacterial cultures. Selected antagonistic actinomycete isolates with the biggest clear zone formation were further characterized and identified molecularly based on 16S rDNA sequences. The results showed that as many as 34 actinomycete isolates collected from pineapple rhizosphere produced clear zones. Two isolates, namely GGF2-i5 and GGF4-i18, presented the biggest clear zone were proposed as the potential antagonist strains against D. zeae and identified as Streptomyces parvulus and Streptomyces hygroscopicus subsp. hygroscopicus, respectively. Both of the 16S rRNA gene sequences from those strains were deposited in the GenBank with the accession number MH170279 and MH170280, respectively.
Colletotrichum musae adalah penyebab penyakit antraknosa pada buah pisang. Pengendalian penyakit ini biasanya dilakukan dengan menggunakan fungisida sintetis yang menimbulkan residu dan berdampak negatif pada lingkungan. Salah satu upaya mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan fungisida nabati dari ekstrak tanaman dari famili Zingiberaceae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak tanaman jahe, kencur, kunyit, dan lengkuas terhadap pertumbuhan koloni jamur Colletotrichum musae secara in-vitro dan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang secara in-vivo. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2014. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan enam ulangan. Lima perlakuan tersebut adalah ekstrak dari tanaman jahe, kencur, kunyit, lengkuas dengan konsentrasi 10% (v/v) dan kontrol. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe, kunyit dan kencur dengan konsentrasi 10% (v/v) dapat menekan pertumbuhan jamur C. musae secara in-vitro. Ekstrak kencur memiliki kemampuan paling efektif dalam menekan pertumbuhan jamur C. musae secara in-vitro, namun dalam percobaan secara in-vivo semua ekstrak tidak dapat menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), dan babadotan (Ageratum conyzoides) terhadap pertumbuhan dan sporulasi Colletotrichum musae. Penelitian juga bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang, teki dan babadotan terhadap keparahan penyakit antraknosa secara in vivo.Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan September 2014. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 (lima) perlakuan dan 6 (enam) ulangan. Lima perlakuan tersebut yaitu kontrol, iprodion 50%, esktrak teki, babadotan, dan alang-alang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan kemudian dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak teki, babadotan dan alang-alang dapat menekan pertumbuhan, sporulasi C. musae secara in- vitro dan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang secara in-vivo. Ekstrak teki dan babadotan lebih efektif dalam menekan pertumbuhan, sporulasi C. musae dan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang. Ekstrak teki dan babadotan menunjukkan keefektifitasan yang sebanding dengan fungisida iprodion 50% dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah pisang.
ABSTRAKPenurunan jumlah ekspor pisang disebabkan oleh kualitas buah pisang yang kurang baik akibat serangan penyakit antraknosa. Hingga saat ini fungisida sintetik yang kurang ramah lingkungan masih digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa sehingga perlu adanya fungisida alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016 di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman, Universitas Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun krinyu dan teki sebagai fungisida nabati dalam menekan pertumbuhan C. musae patogen antraknosa pada pisang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dibagi menjadi kontrol, krinyu fraksi air, krinyu fraksi alkohol, teki fraksi air, teki fraksi alkohol, krinyu tanpa fraksinasi dan teki tanpa fraksinasi. Selanjutnya dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak krinyu tanpa fraksinasi lebih efektif menekan pertumbuhan dan pembentukan spora C. musae baik secara in vitro maupun in vivo.Kata kunci : Colletotrichum musae, krinyu, pisang, teki PENDAHULUANDi Indonesia, pisang memiliki produksi yang tinggi dibandingkan dengan buah yang lain. Akan tetapi secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan teknik budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit terutama oleh serangan penyakit pascapanen seperti antraknosa. Penyebab penyakit antraknosa adalah Colletotrichum musae (Semangun, 1996) Pengendalian penyakit antraknosa biasanya dilakukan dengan menggunakan fungisida sintetik. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan akibat penggunakan fungisida sintetik ini adalah terganggunya lingkungan seperti timbulnya resistensi patogen, terbunuhnya organisme non-target, residu pada makanan serta membahayakan bagi kesehatan manusia. Untuk mengurangi dampak negatif dalam pengendalian penyakit antraknosa, salah satunya dengan menggunakan fungisida nabati.Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati diantaranya adalah tumbuhan krinyu (Chromolaena odorata) dan teki (Cyperus rotundus). Ekstrak daun krinyu ini dilaporkan bersifat anti jamur terhadap Aspergillus niger (Owolabi, dkk., 2010) dan Drechslera heveaeatau bercak daun (Ogbebor dan Adekunle, 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan ekstrak dari daun krinyu dan teki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun krinyu dan teki sebagai fungisida nabati dalam menekan pertumbuhan C. musae penyebab antraknosa pada pisang secara in vitro dan in vivo.
Peningkatan produksi tanaman buah naga selalu diupayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, namun seperti halnya tanaman budidaya lainnya, permasalahan hama dan penyakit tanaman juga menjadi salah satu faktor pembatas peningkatan produksi buah naga. Penanaman yang dilakukan secara luas dan monokulturakan meningkatkan resiko terjadinya ledakan hama dan penyakit. Tidak adanya informasi yang akurat tentang jenis penyebab penyakit yang menyerang menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan penyakit tanaman ini sulit diatasi. Kurangnya informasi ini mengakibatkan langkah pengendalian yang dilakukan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi jenis patogen, agar teknik pengendalian yang nantinya digunakan dapat tepat sasaran sehingga hasil pengendaliannya dapat lebih optimal. Dalam penelitian ini, inventarisasi dilakukan kepada penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengambilan sampel tanaman sakit dilakukan di perkebunan PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) Di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur.Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jamur patogen yang menyerang tanaman buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF). Hasil penelitian menunjukkanbahwa Jamur penyebab penyakit buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) adalah Jamur Neofusicoccum parvum yang menyebabkan gejala karat pada bagian batang tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 55,06, jamur Colletotricum gloesporioides yang menyebabkan gejala busuk pada buah naga, jamur Neoscytalidium dimidiatum yang menyebabkan gejala antraknosa pada bagian batang tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 11,67 %
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.