ABSTRAKPenurunan jumlah ekspor pisang disebabkan oleh kualitas buah pisang yang kurang baik akibat serangan penyakit antraknosa. Hingga saat ini fungisida sintetik yang kurang ramah lingkungan masih digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa sehingga perlu adanya fungisida alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016 di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman, Universitas Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun krinyu dan teki sebagai fungisida nabati dalam menekan pertumbuhan C. musae patogen antraknosa pada pisang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dibagi menjadi kontrol, krinyu fraksi air, krinyu fraksi alkohol, teki fraksi air, teki fraksi alkohol, krinyu tanpa fraksinasi dan teki tanpa fraksinasi. Selanjutnya dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak krinyu tanpa fraksinasi lebih efektif menekan pertumbuhan dan pembentukan spora C. musae baik secara in vitro maupun in vivo.Kata kunci : Colletotrichum musae, krinyu, pisang, teki PENDAHULUANDi Indonesia, pisang memiliki produksi yang tinggi dibandingkan dengan buah yang lain. Akan tetapi secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan teknik budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit terutama oleh serangan penyakit pascapanen seperti antraknosa. Penyebab penyakit antraknosa adalah Colletotrichum musae (Semangun, 1996) Pengendalian penyakit antraknosa biasanya dilakukan dengan menggunakan fungisida sintetik. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan akibat penggunakan fungisida sintetik ini adalah terganggunya lingkungan seperti timbulnya resistensi patogen, terbunuhnya organisme non-target, residu pada makanan serta membahayakan bagi kesehatan manusia. Untuk mengurangi dampak negatif dalam pengendalian penyakit antraknosa, salah satunya dengan menggunakan fungisida nabati.Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati diantaranya adalah tumbuhan krinyu (Chromolaena odorata) dan teki (Cyperus rotundus). Ekstrak daun krinyu ini dilaporkan bersifat anti jamur terhadap Aspergillus niger (Owolabi, dkk., 2010) dan Drechslera heveaeatau bercak daun (Ogbebor dan Adekunle, 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan ekstrak dari daun krinyu dan teki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun krinyu dan teki sebagai fungisida nabati dalam menekan pertumbuhan C. musae penyebab antraknosa pada pisang secara in vitro dan in vivo.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.