Stunting merupakan keadaan indeks tinggi badan menurut umur di bawah minus dua standar deviasi berdasarkan standar WHO.. Stunting merupakan manifestasi jangka panjang faktor konsumsi diet berkualitas rendah, penyakit infeksi berulang, dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan. Jenis penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan desain cross-sectional. Sebanyak 74 sampel dipilih secara simple random sampling. Penelitian dilakukan dari Maret sampai April 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi stunting sebesar 26,9 persen dan normal sebesar 73,1 persen. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat asupan energi, riwayat durasi penyakit infeksi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian stunting. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan paling dominan dengan kejadian stunting. Penelitian ini menyarankan pemerintah, instansi kesehatan, dan pihak terkait berkolaborasi menerapkan kebijakan untuk mengurangi risiko stunting. Masyarakat disarankan mendapatkan pendidikan yang berkualitas, memberikan asupan nutrien yang seimbang dan meningkatkan derajat kesehatan anak.
This article appeared in a journal published by Elsevier. The attached copy is furnished to the author for internal non-commercial research and education use, including for instruction at the author's institution and sharing with colleagues.Other uses, including reproduction and distribution, or selling or licensing copies, or posting to personal, institutional or third party websites are prohibited. b s t r a c tBackground: The burgeoning health burden in Indonesia requires strengthening primary care services through interprofessional collaboration. Purpose: to explore factors contributing to interprofessional collaboration within health centres Indonesia. Methods: Eight focus group discussions involving a range of health professionals from health centres were conducted in four districts in East Java, Indonesia. Thematic analysis was used to generate findings. Results: Collaborative practices in Indonesian health centres are directly affected by health professional interactions (personnel level) e hierarchy and lack of role understanding have been reported as barriers to the interactions. These factors are in turn affected by health centre's environment (organisational level) and the Government legislation/policy (health system). The health centre's environment included organisation's culture, team management, physical space, as well as communication and coordination mechanisms. Conclusions: Factors contributing to collaborative practices in this setting were complex and intertwined. Structuring collective actions or strategies would be required to address the identified collaborative issues.
Stunting merupakan keadaan indeks tinggi badan menurut umur di bawah minus dua standar deviasi berdasarkan standar WHO.. Stunting merupakan manifestasi jangka panjang faktor konsumsi diet berkualitas rendah, penyakit infeksi berulang, dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan. Jenis penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan desain cross-sectional. Sebanyak 74 sampel dipilih secara simple random sampling. Penelitian dilakukan dari Maret sampai April 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi stunting sebesar 26,9 persen dan normal sebesar 73,1 persen. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat asupan energi, riwayat durasi penyakit infeksi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian stunting. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan paling dominan dengan kejadian stunting. Penelitian ini menyarankan pemerintah, instansi kesehatan, dan pihak terkait berkolaborasi menerapkan kebijakan untuk mengurangi risiko stunting. Masyarakat disarankan mendapatkan pendidikan yang berkualitas, memberikan asupan nutrien yang seimbang dan meningkatkan derajat kesehatan anak.
Imam Al Ghazali is a figure with a unique and revolutionary style of thinking. He also contributed a lot of thought about moral education. Family environment is very dominant in fostering moral education and moral education should start from the family because little children spend more time in the family environment than outside the home. To form a noble character, should the child's moral planting done early on as a foundation to live his life in the future. This paper aims to describe how the concept of moral education of children according to Imam Al Ghazali. AbstrakImam Al Ghazali merupakan seorang tokoh yang memiliki corak pemikiran yang unik sebagaimana terlihat dari perkembangan pemikirannya yang sangat revolusioner, juga banyak memberikan sumbangan pemikiran tentang pendidikan akhlak. Dimulai dari lingkungan keluarga yang sangat dominan dalam membina pendidikan akhlak, karena anak yang masih kecil lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan keluarga dari pada di luar rumah. Untuk membentuk akhlak yang mulia, hendaknya penanaman akhlak terhadap anak dilakukan sejak dini sebagai pondasi untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana konsep pendidikan akhlak anak menurut Imam Al Ghazali. Kata Kunci: pendidikan akhlak, anak, al ghazali A. PendahuluanPendidikan merupakan sebuah sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, dengan membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya, karena dengan pendidikan dapat merobohkan tumpukan pasir jahiliyah (kebodohan). Pendidikan merupakan sarana paling utama untuk membesarkan, mendorong, dan Eko Setiawan J u r n a l K e p e n d i d i k a n , V o l . 5 N o . 1 M e i 2 0 1 7 | 45
Kasus pneumonia yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang disebut coronavirus diseases 2019 (COVID-19) oleh World Health Organization (WHO) merupakan sebuah tragedi dalam dunia kesehatan secara global. Tata laksana yang tepat dan cepat diharapkan dapat menyelamatkan nyawa pasien. Sampai tulisan ini dibuat, belum terdapat satu jenis obat yang secara resmi diizinkan penggunaannya untuk terapi COVID-19. Kajian literatur ini bertujuan untuk 1) memaparkan tata laksana pengobatan dan 2) mendaftar serta menjelaskan alternatif obat yang dapat digunakan untuk SARS-CoV-2. Proses penelusuran artikel dalam kajian pustaka ini dilakukan pada sebuah database, yakni PubMed dengan kombinasi kata kunci (("corona virus") OR ("covid-19") OR ("SARS-CoV-2")) AND (("treatment") OR ("therapy")). Hasil kajian ini menunjukkan bahwa tata laksana pasien dengan COVID-19 dapat berbeda antar-setting dan negara dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, khususnya obat. Pedoman terapi WHO dan pedoman di Indonesia saat ini merekomendasikan supportive therapy untuk penanganan COVID-19, antara lain: terapi untuk gejala yang terjadi, pemberian oksigen, penggunaan antibiotik, terapi cairan, penggunaan vasopresor, dan tindakan medis (termasuk pemasangan ventilator) untuk menyelamatkan nyawa pasien. Belum terdapat obat khusus yang direkomendasikan untuk menekan replikasi SARS-CoV-2. Beberapa jenis obat yang potensial bermanfaat untuk SARS-CoV-2 antara lain: klorokuin atau hidroksiklorokuin, arbidol, ribavirin, favipiravir, lopinavir/ritonavir, remdesivir, oseltamivir, dan interferon. Namun sampai dengan tulisan ini dibuat, terdapat keterbatasan bukti penelitian dengan desain yang baik yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan terkait superioritas suatu jenis obat tertentu dibandingkan dengan alternatif yang lain. Dalam kondisi menunggu hasil penelitian dengan desain penelitian yang baik, penggunaan obat yang memiliki bukti efektivitas (walaupun belum baik) atau diduga efektif, perlu dioptimalkan untuk menyelamatkan nyawa pasien, khususnya mereka yang dalam kondisi parah.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.