since the Covid-19 outbreak all of the institutions in Indonesia are forced to use online learning. The sudden use of online learning causes many obstacles. There are many previous studies explored the obstacles of online learning. However, this present study aims to find out the benefits and obstacles from the students’ experiences during online learning in the pandemic Covid-19. This present study is a qualitative research design which is used thematic analysis. Since the students’ characteristics and other factors are different with the previous studies, this present studies have different findings. The benefits that students can get from online learning experiences are students become technology literate, the learning become accessible and flexible, increase positive attitudes, and more efficient. Nevertheless, the obstacles are technology illiterate thus, students have difficulties to use online learning platform, the course material is less understandable, laziness, lack of communication among the students, time management, less lecturer’s guide, a lot of assignments, and cheating during the examination.
Abstract:Dysphemism is an expression with connotations that are offensive either about the denotatum or the audience. It is used to talk about one's opponents, things one wishes to show disapproval of, and things one wishes to be seen to downgrade. The topic of dysphemism is crucial to investigate because dysphemism is the infraction of the rules of politeness that deals with the matters of face and face effects.This research uses descriptive qualitative method. The approach used in this research is library research. Data taken from taking notes and observation.This article is written to explain dysphemism in the perspective of Semantics, Sociolinguistics, and Discourse Analysis.Keywords: Dysphemism, Politeness, Semantics, Sociolinguistics, Discourse Analysis PENDAHULUANBahasa telah berevolusi dari masa ke masa. Sebagai produk budaya ciptaan atau hasil kreasi manusia, bahasa berkembang dengan berbagai penggunaan yang bervariasi. Bahasa digunakan untuk mengekspresikan ide, pikiran, perasaan dan emosi. Bahasa, dalam artian yang sesungguhnya, adalah merupakan realisasi atau representasi pemikiran manusia secara lisan.Semakin lama semakin bertambah fungsi bahasa, yaitu tidak hanya digunakan untuk menjaga komunikasi antar manusia, tetapi juga digunakan untuk menghina, mengejek, merendahkan, atau bahkan membunuh musuh. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa fungsi bahasa bervariasi tergantung oleh orang yang menggunakan bahasa tersebut. Hal inilah yang meyebabkan Allan dan Burrdige (2009) mengatakan bahwa bahasa dapat digunakan menjadi perisai dan senjata bagi para penggunanya, baik untuk merangkul kawan, maupun menghancurkan lawan.Secara umum, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dan untuk membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia. Menurut Nababan dalam Masrokhin (2002, h. 3-4) bahasa mempunyai beberapa fungsi yang lebih spesifik, yaitu sebagai alat perkembangan budaya, menjaga keberlangsungan budaya, dan temuan atas karakteristik dari suatu kebudayaan.Bahasa mempunyai dua peran yang khusus dalam kehidupan manusia. Pertama berdasarkan skala atau jangkauan, dan kedua adalah berdasarkan ranah penggunaan. Berdasarkan skala atau jangkauan dapat dibedakan menjadi bahasa nasional dan bahasa komunitas. Sebagai bahasa nasional, fungsi bahasa adalah sebagai kebanggaan bangsa, persatuan, alat komunikasi resmi serta simbol identitas suatu negara. Sedangkan bahasa sebagai bahasa komunitas digunakan oleh kelompok kecil manusia, seperti kelompok etnis dalam suatu negara, suku, atau komunitas subkutltur sebagai simbol identitas kelompok mereka.Berdasarkan ranah penggunaan, terdapat fungsi bahasa dalam ranah pendidikan, kebudayaan, dan individu. Penggunaan bahasa dalam ranah pendidikan adalah sebagai alat pemersatu bagi semua pelajar yang merupakan bagian dari
Media massa menggunakan berbagai piranti bahasa untuk mengemas ideologi konstruktif dan destruktif terkait dengan lingkungan, misalnya eufemisme dan disfemisme. Penelitian ini berusaha mengkaji permasalahan kebahasaan yang terdapat dalam wacana lingkungan dalam media massa di Indonesia, yakni mengenai disfemisme. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dari majalah Gatra, Tempo, Trust, harian Kompas, Kabar Indonesia, Media Indonesia, Suara Merdeka, dan Surabaya Pagi, portal Antara, Vivanews, Detiknews, Metronews, dan Okezone menggunakan metode simak, dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Namun, data tersebut dibatasi hanya seputar permasalahan tentang polusi, pencemaran, dan reservasi lingkungan. Analisis data dilakukan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik lanjutan berupa teknik substitusi dan parafrase. Bentuk satuan ekspresi disfemisme yang digunakan oleh media massa di Indonesia pada wacana lingkungan ada empat macam, yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Satuan ekspresi yang berbentuk kata, yaitu berupa kata dasar, kata turunan dan kata majemuk.Satuan ekspresi disfemisme berbentuk kata turunan, yaitu kata turunan berkategori nomina, verba, dan ajektiva. Satuan ekspresi disfemisme yang berbentuk frase, yaitu frase nomina, frase ajektiva, dan frase verba. Referensi disfemisme yang ditemukan berkaitan dengan manusia, tumbuhan, binatang, tanah, nuklir dan material beracun, sampah dan limbah, polusi, perusakan habitat alami, kepunahan spesies, dan tabu. Fungsi-fungsi satuan ekspresi disfemisme ada dua belas macam, yaitu (1) mengungkapkan kemarahan atau kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir, (4) menuduh atau menyalahkan, (5) mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7) menghina, mengejek atau mempertajam penghinaan, (8) memperingatkan, (9) menunjukkan ketidaksetujuan, (10) menunjukkan rasa tidak suka, (11) melebih-lebihkan, dan (12) menunjukkan bukti.
This study is try to find out the students’ attitude towards English language learning in Jombang elementary schools. Attitude is one of the factors that influence the language acquisition. The study used qualitative research methodology. The data were gathered by using questionnaire. The findings showed that most of the students have positive attitude towards English. But, there is a finding that showed the students’ competence in learning English is poor. Positive attitude did not influence their competence in acquiring English. Some suggestions for government to make a guide or curriculum of English teaching –learning in elementary school. So that the teachers know how to teach English for young learner appropriately.
This study aims to determine the identity captured from the politeness strategies used by Jo and Amy March on Little Women movie. To analyze the description of politeness strategies used by Jo and Amy March as the main characters in the film, the researcher used the theory of Leech on maxim politeness. Then, this study is using a qualitative descriptive method. Based on the results that have found from Jo and Amy March’s dialogue, they are dominant using agreement maxim because of a close relationship between their family, and also they have close relation and intensiveness with their sisters.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.