Flores Island is one of four big islands in NTT province with an area ±13,540 km 2 divided into 8 districts. The area is included in areas with unequal distribution of rainfall. Therefore, the amount of water availability during the dry season is relatively low then require to attempts of rainwater harvesting. One of the alternatives is by building a retention pond. The important parameter in the calculation of water availability is the value of runoff coefficient. The purpose of this research is to invent the runoff coefficient value of 30 retention ponds in 8 districts of Flores Island. In this study use rainfall data, climatology and technical of retention basin for the analysis of run off coefficient. The analysis method uses the Penman modification for evapotranspiration calculation and method F.J. Mock for discharge calculation. The result in graphical model uses monthly rainfall data and land slope data. Based on the analytical calculation method, the value of run off coefficient for each district in Flores was ranging 0.00-0.72. The minimum value of runoff coefficient happened in November was ranging from 0.00-0.39, and the maximum value of runoff coefficient happened in January was ranging from 0.48-0.72.
Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tergolong iklim tropis kering. Oleh karena itu, pemerintah pusat melalui BWS NT II membangun beberapa daerah irigasi di Kabupaten Kupang salah satunya adalah Daerah Irigasi Air Sagu dengan luas sebesar 163 Ha sebagai alternatif untuk mengoptimalkan ketersediaan air yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar debit andalan dengan Metode F. J. Mock dan mengetahui besar kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi Air Sagu dengan perhitungan secara manual dan perhitungan dengan Program Cropwat 8.0. Besar debit andalan setengah bulanan maksimum dengan Metode F. J. Mock terjadi pada bulan Februari (I) sebesar 2,47 m3/detik sedangkan minimum terjadi pada bulan November (I) sebesar 0,83 m3/detik. Kebutuhan air irigasi maksimum untuk pola tanam padi-padi-palawija dengan perhitungan secara manual sebesar 0,61 m3/detik, sedangkan perhitungan dengan Program Cropwat 8.0 sebesar 0,67 m3/detik. Kebutuhan air irigasi minimum untuk pola tanam padi-padi-palawija dengan perhitungan secara manual sebesar 0,07 m3/detik, sedangkan perhitungan dengan Program Cropwat 8.0 sebesar 0,01 m3/detik. Neraca air untuk pola tanam padi-padi-palawija aternatif 1-alternatif 4 mengalami surplus air dengan surplus air paling tinggi sebesar 2,40 m3/detik pada perhitungan secara manual dan 4,55 m3/detik dengan menggunakan Program Cropwat 8.0.
Embung Wae Lerong terletak di Kota Ruteng Kabupaten Manggarai, memiliki luas tangkapan sebesar 0,606 km2 dan curah hujan tahunan berkisar 2.500-3.000 mm/tahun. Namun pada beberapa lokasi masih mengalami keterbatasan air, sehingga dibutuhkan bangunan penangkap hujan untuk membantu peningkatan potensi pertanian saat musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain Embung Wae Lerong sebagai penampung air selama musim hujan agar dapat digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air irigasi. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis data secara empiris. Analisis curah hujan digunakan metode Log Pearson III dan analisis debit banjir menggunakan metode Rasional. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Penman Modifikasi dan analisis debit andalan menggunakan metode F.J. Mock. Analisis stabilitas lereng menggunakan metode Limit Equilibrium Method dibantu dengan Program GeoStudio Slope/W 2007. Hasil penelitian menunjukkan curah hujan rerata bulanan berkisar 28,87 - 511,99 mm/bulan. Curah hujan periode ulang 50 tahun sebesar 249,28 mm serta debit banjir untuk kala ulang 50 tahun sebesar 12,094 m3/s. Desain tubuh Embung Wae Lerong adalah tinggi 13,5 m, lebar puncak 5 m, panjang embung 81,50 m, kemiringan lereng hulu 1:3, dan kemiringan hilir 1:2,25. Untuk angka keamanan stabilitas tubuh embung nilainya > 1,10 sehingga masih dalam kondisi aman. Kapasitas tampungan Embung Wae Lerong adalah sebesar 86.540,96 m3 dengan luas permukaan genangan sebesar 19.855,69 m2 pada elevasi MAN 1.204,00 m. Ketersediaan debit andalan pada Embung Wae Lerong adalah 0,001 – 0,793 m3/s dan kebutuhan air irigasi untuk Pola Tata Tanam I (Padi-Padi-Palawija) berkisar hingga 0,176 m3/s. Nilai keseimbangan air mengalami defisit pada bulan Mei – September yang berkisar 0,017 – 0,13 m3/s.
Tanah lempung ekspansif di Desa Oebelo merupakan tanah dengan potensi kembang susut yang besar dan sering menyebabkan kerusakan struktur. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya perbaikan tanah melalui stabilisasi secara kimiawi menggunakan kapur, fly ash dan bottom ash. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh stabilisasi tersebut terhadap sifat fisik dan mekanis tanah, serta kapasitas dukung maksimum yang dihasilkan melalui nilai California Bearing Ratio (CBR). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Tanah asli (TA) dicampurkan dengan 5% kapur, 20% bottom ash dan fly ash dengan variasi 10% (V1), 15% (V2), 20% (V3), 25% (V4) dan 30% (V5) dari berat kering tanah. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik dan mekanis tanah, serta uji CBR terendam dan tak terendam, dengan perlakuan tanpa pemeraman dan 7 hari pemeraman. Hasil pengujian menunjukkan tanah asli tergolong dalam kelompok A-7-6 (AASHTO) dan kelompok CH (USCS). Seiring penambahan stabilisator nilai berat jenis, batas cair, batas plastis, indeks plastisitas, persentase tanah berbutir halus, kadar air optimum dan potensi pengembangan mengalami penurunan, sedangkan nilai batas susut, berat volume kering dan nilai CBR mengalami peningkatan. Nilai CBR dengan penambahan bottom ash meningkat 3,33 kali dari campuran tanpa bottom ash. Kelima variasi campuran yang ada memenuhi syarat nilai CBR untuk kondisi terendam (>3%), dan hanya V1 yang tidak memenuhi syarat untuk kondisi tak terendam (>6%). Kapasitas dukung maksimum dihasilkan dari sampel CBR tak terendam dengan 7 hari pemeraman (V5) sebesar 16,66%.
Bencana gempa bumi dapat menelan banyak korban jiwa. Oleh karena itu desain bangunan tahan gempa sudah menjadi kewajiban dalam merancang suatu bangunan sebagai antisipasi apabila terjadi gempa bumi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level kinerja dari sistem struktur setback dan sistem struktur non setback menggunakan metode time history analysis. Terdapat 3 model struktur yang dikaji yaitu struktur non setback dengan sistem struktur 6 lantai, dimana bentang terpanjang 20 m, bentang terpendek 15 m, dan tinggi setiap lantai 3,5 m, Sedangkan model setback1, setback di aplikasikan pada lantai 6 dan model setback2, setback diaplikasikan pada lantai 5 dan lantai 6. Hasil penelitian ini menunjukan kapasitas penahan gempa lateral terbesar adalah bangunan setback satu lantai pada arah x (timur-barat), dengan perbedaan sebesar 1,07%, sedangkan pada arah y (utara-selatan) kapasitas penahan gempa terbesar adalah bangunan non setback, dengan perbedaan sebesar 4,79%. Level kinerja struktur yang dihasilkan dari bangunan setback dan non setback bervariasi, dari immediate occupancy sampai damage control.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.