<em>Buzzer </em>merupakan istilah yang dewasa ini mudah dikenali oleh siapa saja. Kehadiran <em>buzzer </em>tidak terlepas dari penggunaan gawai di kalangan masyarakat atau yang dikenal dengan netizen. Aktivitas netizen di <em>new media</em> atau internet menyebabkan <em>buzzer </em>menjadi fenomena yang terus ada dan berkembang saat ini. Apa yang dilakukan <em>buzzer </em>semula hanya sebagai bagian dari promosi atau pemasaran produk oleh perusahaan-perusahaan jasa atau barang. Namun hal itu berubah seiring kontestasi politik tanah air. Berbagai platform media sosial digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun postingan. Penggunaan platform media sosial pun menjadi ruang publik untuk menyampaikan pendapat ataupun komentar sesuai kapasitas warganet itu sendiri. Kapasitas dan latar belakang yang berbeda menimbulkan keriuhan di jagat maya. Tidak jarang sampai menimbulkan konflik. Hal ini tidak lain karena percakapan tersebut mampu mengubah pandangan masyarakat atau opini publik. Besarnya pengaruh pesan yang disampaikan oleh <em>buzzer </em>dalam mengubah opini publik membuatnya layak untuk diteliti. Konstruksi pesan dalam pembentukan opini publik pada dasarnya telah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Khususnya di dunia politik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa konstruksi pesan yang dibuat oleh <em>buzzer </em>mampu untuk mengubah pandangan ataupun opini publik terhadap suatu hal ataupun narasi yang ada di tengah masyarakat
Kehadiran internet memberikan alternatif bagi setiap individu untuk mencari pasangan hidup (jodoh) tanpa harus bertatap muka. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pergeseran makna yang terjadi dalam proses ta’aruf yang dijalani oleh pria dan wanita yang sudah menikah serta individu yang sedang menjalani ta’aruf. Penelitian kualitatif ini fokus untuk menggali tahapan hubungan komunikasi interpersonal dalam proses ta’aruf melalui analisis data Interpretative Phenomenological Analysis. Informan penelitian ini terdiri dari tujuh orang, yaitu tiga pasangan yang sudah menikah melalui proses ta’aruf dan satu orang yang sedang menjalani proses ta’aruf di Kota Padang. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa tahapan dalam proses ta'aruf klasik, antara lain perkenalan, konfirmasi, penjajakan, pertemuan keluarga dan menetapkan hari pernikahan. Tahapan ta'aruf klasik ini bertransformasi dikarenakan konsekuensi teknologi komunikasi. Ta’aruf sudah bisa dilakukan melalui teman, orang tua, saudara maupun media sosial. Ta'aruf online membuat terjadinya pergeseran makna ta'aruf, di mana kesakralan sebuah proses ta’aruf sudah diartikan berbeda walaupun esensinya sama. Saat ini, keseriusan individu dalam menjalani ta’aruf tidak murni karena Allah, melainkan menjadi lifestyle dan sudah menjadi konsumsi publik bahkan kamuflase. The presence of the internet provides an alternative for each individual to find a life partner (mate) without having to meet face to face. This study aims to analyze the shifting of meaning in the ta'aruf process carried out by married couples and individuals undergoing ta'aruf. This qualitative research focused on exploring the stages of interpersonal communication in ta'aruf using Interpretative Phenomenological Analysis. The informants of this study consisted of seven people, of which three couples were married through the ta'aruf process and one person who was undergoing the ta'aruf process in Padang. Informants were selected by the purposive sampling technique. The results of this study indicated that the stages in the classical ta'aruf process includes an introduction, confirmation, exploration, family gatherings, and setting a wedding day. This classical ta'aruf stage transforms due to the impact of communication technology. Ta'aruf can be done through friends, parents, siblings, and social media. Online ta'aruf makes a shift in the meaning of ta'aruf, where the sacredness of a ta'aruf process has been interpreted differently, although the essence stays the same. At present, the seriousness of individuals in carrying out ta'aruf is not purely due to Allah, but ta’aruf has become a lifestyle, public consumption, and even camouflage.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang implikasi uji kompetensi wartawan terhadap profesionalisme insan pers. Batasan masalah dalam penelitian ini pada pandangan wartawan terhadap uji kompetensi, menjelaskan pemaknaan wartawan bersertifikasi terhadap profesionalitas pemberitaan dan kemampuan wartawan bersertifikasi dalam merekonstruksi sebuah realitas. Untuk mendiskusikan persoalan tersebut, peneliti mengambil lokasi penelitian pada organisasi Persatuan Wartawan Indonesia Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan motode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz yaitu untuk memahami suatu realitas yang terjadi pada wartawan bersertifikasi dan menggali pengalaman wartawan dalam mengkonstruksi peristiwa dan menginterpretasikannya ke dalam sebuah berita. Hasil penelitian ini menemukan bahwa wartawan bersertifikasi pada PWI Agam menilai pentingnya uji kompetensi. Profesionalisme di lapangan diterjemahkan secara subjektif oleh wartawan besertifikasi lewat pemberitaan. Wartawan besertifikasi mengkonstruksi realitas menjadi sebuah berita tidak lepas dari kepentingan narasumber dan pemilik media.
Poverty is one of the social problems that the government can never completely solve. As a result, other, more significant social issues arise and cause social vulnerability, such as conflict and crime. As a province that is experiencing rapid growth in the last ten years, the West Sumatra find difficulty to overcome the number of poor people in several districts and cities. The research outcomes are the models and forms of social policy made by West Sumatra regencies and cities governments in improving the welfare of poor communities. It is also covering the constraints or obstacles to the implementation of social policy and the selection of welfare state models for the poor in some districts and municipalities of West Sumatra. This research is conducted qualitatively with a sociological approach that uses social perspective on searching and explaining social facts that happened to needy groups. Based on research conducted that the social policy model adopted by the government in responding to social problems in the districts and cities of West Sumatra reflects the welfare state model given to the poor. There is a strong relationship between the welfare state model and the form of social policy made by the government.
Kesenian dapat menjadi sumber bagi ilmu pengetahuan karena dapat diekstrak menjadi berbagai konsep dan teori. Tulisan ini menawarkan penggunaan Metode Analisis Tapisan (MATA) sebagai alat untuk mendapatkan substansi kesenian agar kesenian tidak hanya sekedar menjadi tontonan atau produksi industri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.