Pokeas (Batissa violacea var. celebensis, von Martens 1897) male and female, was = 6.46-(6.46-0.025) e-2.8t and , respectively. Natural mortality (M), fishing mortality (F) and total mortality (Z) in males were found higher than females. In general, the utilization level of pokea in the Lasolo river has experienced over exploitation. Keywords: clam, Lasolo River, management resources, pokea, Southeast Sulawesi ABSTRAKKerang pokea (Batissa violacea var. celebensis, von Martens 1897) merupakan kerang ekonomis dari Sulawesi yang produksinya terus mengalami penurunan sejalan dengan peningkatan aktivitas pengambilannya di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pertumbuhan, kematian dan tingkat eksploitasi kerang pokea di segmen muara Sungai Lasolo Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam pengelolaan sumberdaya kerang pokea di Sulawesi Tenggara. Data pemisahan kelompok umur, pertumbuhan, kematian (alami, tangkapan dan total) dan tingkat eksploitasi masing-masing menggunakan metode Bhattacharya, model inverse von Bertalanffy, hasil tangkapan yang dikonversi dari data lebar cangkang dan empiris Pauly yang terakomodasi dalam program FiSAT II versi 1.1.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pokea jantan dan betina tersebar dari ukuran anak, dewasa dan tua yang didominasi pada ukuran dewasa. Pola pertumbuhan jantan dan betina masing-masing yaitu: Lt = 6.46-(6.46-0.025)e -2.8t dan Lt = 7.79-(7.79-0.025)e -0.5t . Kematian pokea tertinggi secara alami (M), penangkapan (F) dan total (Z) pada jantan ditemukan lebih tinggi
Pokea merupakan jenis kerang bernilai ekonomis yang dieksploitasi nelayan Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika populasi kerang pokea di muara Sungai Lasolo Sulawesi Tenggara. Sampel kerang pokea dikumpulkan secara periodik setiap bulan selama setahun (Januari-Desember 2014) di muara Sungai Lasolo Sulawesi Tenggara. Sampel kerang dikumpulkan secara acak berdasarkan luas sapuan alat tangkap tradisional (tangge). Kepadatan kerang berdasarkan ukuran dan waktu pengamatan diuji dengan U-Mann Whitney sedangkan kepadatan terhadap produksi dan biomassa masing-masing dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerang pokea ditemukan dari ukuran 0,15-1,67 cm sampai 7,57-8,09 cm, dengan kepadatan berkisar 173-569 ind/m2. Kepadatan tinggi ditemukan dari ukuran 1,74-2,26 cm sampai 2,80-3,32 cm, yang berbeda nyata dengan kelas ukuran lain, sedangkan kepadatan kerang tidak berbeda nyata di setiap waktu pengamatan. Produksi somatik individu tertinggi ditemukan pada ukuran 5,45-5,97 cm (3,02gMKBC/m2/thn) sedangkan produksi populasi tahunan terbesar terdapat pada ukuran 2,80-3,32 cm sebesar 160,87 g MKBC/m2/thn. Biomassa pokea berkisar 0,0002-20,07 gMKBC/m2 dengan biomassa terbesar terdapat pada ukuran 2,80-3,32 sebesar 20,069 gMKBC/m2. Kemampuan pulih (P/B) pokea sebesar 8,01/thn.
Mikroplastik merupakan plastik yang berukuran kurang dari ≤ 5 mm. Mirkoplastik yang terdegradasi dapat ditemukan di sedimen perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui jenis-jenis mikroplastik dan nilai kelimpahan mikroplastik yang mengendap pada sedimen di Perairan Teluk Kendari. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai dengan Juli 2019. Pengamatan sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Pengujian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universiats Halu Oleo. Pengamatan di lakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap pegeringan, pengurangan volume, pemisahan densitas dan penghitungan dengan menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis mikroplastik yang ditemukan ada tiga jenis yaitu tipe fragmen, film dan fiber. Mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sedimen berdasarkan jenis pada setiap stasiunnya adalah jenis film dengan kelimpahan 2 partikel/gr sedimen sedangkan kelimpahan terendah adalah jenis fiber yaitu 0.07 partikel/gr sedimen. Dengan persentase jenis kelimpahan mikroplastik paling tinggi secara keseluruhan yaitu fragmen (52 %), film (42 %) dan fiber (6 %). Keberadaan mikroplastik pada sedimen menjadi perhatian untuk mengelola perairan serta potensi perikanan dan kelautan di Teluk Kendari.Kata Kunci: Mikroplastik, Sedimen, Teluk Kendari.
Bulu babi, bintang laut biru, teripang, kima, lola, siput drupella, lobster, dan bintang laut berduri merupakan organisme megabentos yang berasosiasi dengan terumbu karang. Terumbu karang adalah habitat bagi ribuan biota, baik yang hidup sementara maupun menetap selamanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman megabentos serta untuk mengetahui hubungan persentase tutupan karang dengan kepadatan dan keanekaragaman jenis megabentos di Perairan Desa Buton, Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019, yang meliputi pengambilan data dan pengolahan data. Pengambilan data megabentos dilakukan dengan menggunakan metode Belt Transect yang ditarik sejajar garis pantai dengan luasan 150 m2. Untuk pengambilan data persentase tutupan karang menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) dengan menarik transek sejajar garis pantai sepanjang 60 m2. Nilai kepadatan megabentos yang tertinggi dengan nilai 2,37 ind/m2berada pada kondisi karang yang baik dengan nilai tutupan persentase 73,03% dan yang terendah dengan nilai 2,13 ind/m2berada pada kondisi karang yang sedang dengan nilai tutupan persentase 48,32%. Hasil indeks keanekaragaman jenis megabentos pada kondisi karang yang baik diperoleh 1,73, untuk kategori kondisi karang yang sedang diperoleh nilai 1,59, danuntuk kategori karang yang buruk diperoleh nilai 1,32. Hasil perhitungan korelasi kepadatan megabentos dengan persentase tutupan karang diperoleh nilai r = 0,57 dengan kategori hubungan sedang, sedangkan untuk hubungan keanekaragaman jenis dengan persentase tutupan karang sangat kuat diperoleh nilai r = 0,99.Kata Kunci: Megabentos, Kepadatan, Keanekaragaman, Desa Buton
Perairan Desa TapuemeaKonawe Utara merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi risiko kerusakan lingkungan akibat aktivitas kegiatan manusia di darat. Telah dilakukan pengambilan sampel untuk menentukan konsentrasi logam berat Ni di Perairan Tapuemeapada April 2019. Sebanyak delapan sampel air dan sampel sedimen diambil dandianalisis menggunakan metode Spektofotometridengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, Sulawesi Selatan. Hasil studi menunjukkan bahwa kandungan logam berat Ni di sedimen berkisar 0,76–9,72 ppm atau setara dengan 79,74–9369,39µg/g. Kandunganlogamberat Ni di sedimentelah sangat tercemar berdasarkan standar internasionalbakumutu IADC/CEDA Tahun 1997 dantidak sesuai dengan standarkandungan logam berat Ni di sedimen padakondisiperairanlaut yang normal. Hal yang serupa dijumpai di air, kandungan Ni dalam air berkisar 0,04–0,23ppm dan telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)0,05ppm yang ditetapkan oleh KMNKLH No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut. Sebaran logam berat Ni terlarut danlogam berat nikel dalam sedimen di Perairan Desa Tapuemea sebagian besar didugaberasaldariaktifitasantropogenik di darat.Kata kunci: logam berat nikel, sedimen, air, Desa Tapuemea
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.