Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) memiliki potensi dengan total wilayah perairan umum mencapai 65% dari keseluruhan wilayahnya. Rawa banjiran menjadi sumber daya yang paling besar menopang perekonomian salah satunya dari hasil tangkapan perikanan tangkapnya. Tulisan ini menjelaskan kegiatan penangkapan dan hasil tangkapan ikan dalam hubungannya dengan fluktuasi tinggi permukaan perairan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian telah dilaksanakan pada Maret hingga Desember 2016, dengan melibatkan 16 orang nelayan pencatat hasil tangkapan. Nelayan berasal dari Palbatu dan Desa Tampakang, Kecamatan Danau Panggang. Data hasil tangkapan diperoleh dari 11 jenis alat penangkapan ikan yang terbagi dalam empat kelompok yaitu kelompok pancing/hook and line(pancing pelampung dan rawai baung), kelompok jebakan /pot trap (lukah baung, jabak baung, tampirai dan tamba seluang), kelompok jebakan/barrier trap (hampang padang, selambau kasa, dan selambau sungai), dan kelompok jaring/gill net (lalangit dan rengge). Data tinggi permuka air secara rutin dikumpulkan oleh nelayan setempat. Nilai laju tangkap dan hasil tangkapan dikorelasikan dengan tinggi muka air melalui uji-t. Hasil penelitian menunjukkan alat penangkapan ikan lukah baung dan tampirai dapat digunakan sepanjang tahun. Alat penangkapan ikan selambau sungai memiliki nilai laju tangkapyang tertinggi. Nilai laju tangkap berkorelasi signifikat terhadap tinggi muka air, sedangkan nilai hasil tangkapan hasil tangkapan tidak berkorelasi signifikan terhadap tinggi permukaan air.Hulu Sungai Utara Regency (HSU) has potency with total inland waters area about 65% from total administration area. The flood plain becomes the largest resources to sustain the economic through the fish catch production. This paper describes the fishing activity and fish production on relationship with water level fluctuation in Hulu Sungai Utara Regency. This research was conducted on March to December 2016, with involved 16 fishers whose collected the fishing data activity. They are come from Palbatu village and Tampakang village, Danau Panggang District. Catch data collected by 11 fishing gears which separated to four groups they are hook and line (pancing pelampung and rawai), pot trap (lukah baung, jabak baung,tampirai and tamba seluang), barrier trap (hampang padang, selambau kasa, and selambau sungai), and gill net (lalangit and rengge. The water level fluctuation data was collected by local fishermen.The catch rate and production were correlated by t-test analysis. The results show that lukah baung and tampirai might be used throughout the season. The Selambau sungai got the highest of the catching rate. The catching rateswere significant correlated to water level fluctuation. While, the fishing production was not significant correlated to water level fluctuation.
Suatu penelitian yang bertujuan melihat penerapan konsep ko-manajemen, yangmerupakan suatu pengaturan kemitraan dengan menggunakan kemampuan dan minatmasyarakat lokal, telah dilakukan pada dua reservat yaitu di Jambi dan Sumatera Selatan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui dilengkapi dengan panduan daftar pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian.
Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi budidaya ikan patin pada masyarakat tani di Desa Mariana telah dilakukan dengan cara mensurvai seluruh (12 orang) petani ikan patin yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan masyarakat tani di Desa Mariana dalam menyerap teknologi budidaya ikan patin.
UPAYA, LAJU TANGKAP, DAN ANALISIS USAHA PENANGKAPAN UDANG PEPEH (Metapenaeus ensis) DENGAN TUGUK BARIS (FILTERING ABSTRAKPerairan estuaria merupakan daerah pertemuan air tawar dan laut. Secara ekologi, mempunyai karakteristik yang khas dan dinamis. Estuaria sebagai daerah perangkap unsur hara yang menjadikan perairan ini relatif lebih subur. Di pantai timur Sumatera Selatan yang menghadap Selat Bangka, perairan estuaria dibentuk oleh muara Sungai Upang, Sungai Musi, Sungai Banyuasin, dan Sungai Sembilang. Di perairan ini aktivitas penangkapan ikan sangat berkembang. Tuguk baris merupakan salah satu alat tangkap yang sangat berkembang dari 13 jenis alat tangkap yang ada diperairan ini. Penelitian ini untuk mengetahui laju tangkap dan analisis usaha penangkapan udang pepeh (Metapenaeus ensis) dengan alat tangkap tuguk baris (filtering divice) telah dilakukan pada tahun 2006 di perairan estuaria Sungai Banyuasin. Data diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya penangkapan berdasarkan pada jumlah hari operasi berkisar antara 8-19 hari per bulan atau 160 hari per tahun. Laju tangkap udang pepeh rata-rata 4,84±2,49 kg per unit jaring tuguk atau upaya, setara dengan 774,40 kg per jaring per tahun. Komposisi bobot hasil tangkapan adalah udang 90,46% dan ikan 9,54%. Analisis operasional terhadap 34 buah jaring tuguk selama 1 tahun sebagai berikut biaya investasi awal Rp.80.240.000, total biaya tetap dan biaya operasional Rp.53.780.000, pendapatan bersih antara Rp.10.140.000-145.596.000, atau ratarata Rp.77.868.000 atau Rp.1.622.000 per kepala keluarga per bulan. B/C ratio 2,44. Ditinjau dari analisis usaha, penangkapan udang pepeh dengan alat tangkap tuguk baris menguntungkan. KATAKUNCI:upaya, laju tangkap, udang pepeh, tuguk, estuari PENDAHULUAN
ABSTRAKSungai Kapuas merupakan sungai terbesar di Kalimantan Barat, memiliki tipe ekologi yang kompleks mulai dari hulu sampai ke muara dan memiliki keanekaragaman hayati tinggi terutama keanekaragaman ikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sebaran jenis ikan, pakan alami, dan habitat dari beberapa jenis ikan. Metode penelitiannya adalah dengan survei dan observasi selama tiga kali pada bulan April, Juli, dan Desember 2007 di daerah aliran Sungai Kapuas bagian tengah, hulu, sampai stasiun sekitar Danau Sentarum, Leboyan, Danau Empangau, Jongkong, dan, Sungai Sibau Hulu. Pengambilan data dilakukan pada 12 stasiun pengamatan. Parameter yang diambil adalah diversitas dan sebaran ikan, pakan alami (food habits), habitat, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran ikan semah (Tor spp.) di hulu sungai yang berarus deras, sedangkan ikan ringo (Datnoides microlepis) tersebar dari kawasan Semitau, Danau Sentarum, sampai Danau Empangau. Ikan tabirin (Belodonthicthys dinema), hampir tersebar di semua stasiun pengamatan, dan ikan entukan (Thinnichthys thynoides) paling dominan di danau. Berdasarkan pada pengamatan pakan alami, ikan semah merupakan ikan omnivora, sedangkan tabirin, dan ringo merupakan ikan karnivora. Ikan entukan sebagai ikan pemakan plankton (plankton feeder). KATAKUNCI:sebaran, kebiasaan makan ikan, habitat, daerah aliran Sungai Kapua PENDAHULUAN
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.