Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak terhadap lapisan masyarakat salah satunya yaitu pendidikan di Indonesia. Banyak terjadi perubahan dalam dunia pendidikan, seperti kegiatan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di sekolah menjadi kegiatan pembelajaran tanpa adanya tatap muka yaitu daring. Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring ini terdapat permasalahan yaitu terkadang saat pembelajaran siswa terkendala oleh jaringan yang lemah. Selain itu, siswa dan guru terbatas untuk membahas materi karena pembelajaran dilaksanakan secara daring. Sehingga dibutuhkan alternatif lain dalam pembelajaran yaitu program homeschooling. Dalam pembelajaran homeschooling ini, agar siswa tetap mengikuti pembelajaran secara efektif dan mempunyai minat belajar yang tinnggi maka memerlukan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dan membuat siswa lebih aktif yaitu model pembelajaran discovery learning. Sehingga pembelajaran tentang teks berita ini menggunakan penerapan model discovery learning untuk meningkatkan minat belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk untuk mendeskripsikan pembelajaran melalui program homeschooling dan bagaimana penerapan model pembelajaran disccovery learning untuk meningkatkan minat belajar siswa tentang teks berita. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Fokus dari penelitian ini yaitu meningkatkan minat belajar tentang teks berita dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning. Sumber data utama dalam penelitian ini yaitu siswa. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi atau pengamatan secara langsung. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis data deskriptif kualitatif. hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran pada saat pandemi ini menggunakan pembelajaran alternatif lain yaitu melalui program homeschooling. Meskipun pembelajaran dilakukan secara homeschooling, pembelajaran harus tetap efektif dan menyenangkan dengan menggunakan penerapan suatu model pembelajaran discovery learning. Penerapan model ini pada teks berita ini melalui program homeschooling dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Pada proses pembelajaran antara pendidik dan siswa sering digunakan bentuk tindak tutur ekspresif karena sering mengekspresikan perasaan yang dirasakan melalui tindakan yang dituturkan. Hal tersebut bisa dibuktikan saat pembelajaran berlangsung, pendidik memberikan pujian sebagai bentuk apresiasi kepada siswanya melalui tuturan memuji. Selain itu, pendidik juga sering menggunakan tuturan menyetujui dan menyalahkan dari pernyataan yang sudah dituturkan oleh siswanya. Penggunaan tindak tutur ekspresif di sekolah dengan tindak tutur ekspresif yang digunakan di bimbingan belajar terlihat berbeda. Bahasa yang digunakan di sekolah menggunakan bahasa yang formal. Pada bimbingan belajar menggunakan bahasa semiformal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur ekspresif dalam pembelajarn bahasa Indonesia di Bimbingan Belajar Primagama Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik simak, catat dan rekam merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan. Hasil penelitian ini terdapat 8 bentuk tindak tutur ekspresif meliputi tindak tutur: (1) menyetujui, (2) memuji, (3) meminta maaf, (4) mengucapkan terima kasih, (5) mengeluh, (6) berharap, (7) bersyukur, dan (8) menyalahkan. Simpulan enelitian ini adalah bentuk tindak tutur yang dominan dalam pembelajaran yaitu tindak tutur menyetujui dengan jumlah data 7 (20%), sedangkan tindak tutur yang tidak dominan yaitu tindak tutur terima kasih berjumlah 2 data (6%).Kata Kunci: bimbingan belajar, pembelajaran Bahasa Indonesia, tindak tutur ekspresifAbstractIn the learning process between educators and students, expressive speech acts are often used because they often express the feelings they feel through the actions spoken. This can be proven when learning takes place, educators give praise as a form of appreciation to their students through praising speech. In addition, educators also often use utterances of agreeing and blaming from statements that have been spoken by their students. The use of expressive speech acts in schools with expressive speech acts used in tutoring looks different. The language used in schools uses formal language. In tutoring using semiformal language. This study aims to describe the form of expressive speech acts in Indonesian language learning at the Primagama Wonogiri Learning Guidance. This study used descriptive qualitative method. Listening, note-taking and recording techniques are data collection techniques used. The results of this study there are 8 forms of expressive speech acts including speech acts: (1) agreeing, (2) praising, (3) apologizing, (4) thanking, (5) complaining, (6) hoping, (7) grateful, and (8) blame. The dominant form of speech act in learning is an affirmative speech with a total of 7 data and a percentage of 20%, while the non-dominant one is an expression of gratitude with a total of 2 data and a percentage of 6%.Keywords: tutoring, Indonesian Language Learning, expressive speech
Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan dalam penelitian ini mendeskripsikan bentuk dan maksud kata normal dalam bahasa gaul, bentuk akronim dan penyingkatan kata dalam bahasa gaul, mengungkap makna konotasi dan denotasi dalam bahasa gaul. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yakni dengan teknik padan. Data dalam penelitian ini berupa kalimat dan kata dalam kolom komentar akun Instagram @fadiljaidil. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik simak, catat, dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini yakni, terdapat penggunaan bahasa gaul dalam kolom komentar akun Instagram @fadiljaidi. Dalam kajian bahasa, ditemukan beberapa bentuk bahasa gaul. Dalam paparan tersebut menunjukkan sebanyak 22 data mengandung bahasa gaul. Selain itu, terdapat tiga ragam leksikon bahasa gaul. Terdapat tiga leksikon yang ditemukan yakni, penggunaan bahasa atau kata normal, penggunaan bentuk akronim, dan penggunaan bentuk singkatan. Dalam penggunaan bahasa atau kata normal, terdapat sebuah perubahan kata yang tidak mengubah maksud atau makna kalimat. Selanjutnya, penggunaan bentuk akronim dan singkatan terdapat makna yang beberapa tidak sesuai konteks. Maka dari itu, ditemukan makna konotasi dan denotasi dalam penggunaan bentuk akronim dan singkatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.