Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persepsi Keluarga Penerima Manfaat tentang Program Pengentasan Kemiskinan beserta faktor pengaruhnya. Penelitian ini memadukan metode kuantitatif dengan kualitatif, melibatkan 770 responden yang dipilih secara acak menggunakan teknik Proporsional Multistage Random Sampling. Responden terdiri dari penyelenggara, pendamping, dan penerima program dari 77 desa di 11 provinsi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan FGD serta dianalisis menggunakan confirmatory factor analysis dan deskriptif interpretatif. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, berusia di atas 26 tahun, berstastus menikah, berpendidikan tamat SD, bekerja sebagai buruh dan petani dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 905.430,/bulan serta rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1.110.372,-/ bulan. Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan sebagian besar KPM mengaku paham tentang Program Pengentasan Kemiskinan. Persepsi KPM didominasi pengaruh faktor obyek dibandingkan faktor pelaku dan faktor kondisi. Hasil analisis data kualitatif mengungkap bahwa pemahaman KPM hanya sebatas pada bantuan yang diterima, bukan tentang hakikat program. Penelitian ini merekomendasikan: 1) penguatan edukasi dan sosialisasi mengenai hakikat program bagi peningkatan kapasitas, kemandirian, dan keberfungsian sosial, serta kesiapan KPM menghadapi graduasi; 2) penguatan koordinasi, baik di kalangan penyelenggara, pendamping, dan penerima program bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program; dan 3) peningkatan kualitas dan kuantitas pendampingan sebagai bekal intervensi tentang program kepada KPM agar tujuan program dapat tercapai sesuai harapan. Kata kunci: persepsi; keluarga penerima manfaat; program pengentasan kemiskinan.
Abstrak Melalui penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif secara proporsional, penelitian ini mengungkap bahwa alih fungsi lahan akan terus berkembang pesat, terutama di tiga titik ”Segitiga Emas” pertumbuhan kota, yakni Kawasan Aviasi Temon, Kawasan Peruntukan Industri Sentolo dan Kawasan Wisata Menoreh sebagai dampak perkembangan YIA. Terciptanya ruang-ruang bisnis baru membuka peluang kerja bagi warga masyarakat luas. Ada kecenderungan/dinamika pemanfaatan ruang melebar lebih luas dan tidak terkendali (urban sprawl). Petani adalah kelompok yang paling rentan terdampak karena pelepasan tanah sebagai aset produksi bagi mereka ibarat terputusnya hubungan kerja (transient poverty) dan dapat memunculkan persoalan sosial baru yang lebih besar. Perkembangan Kulon Progo dan sekitarnya akan berdampak pada peningkatan arus migrasi sehingga persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Keterbatasan keberdayaan masyarakat tidak menyurutkan spirit mereka untuk beradaptasi dan bersaing dengan masyarakat luas. Penelitian ini merekomendasikan transaksi pelepasan tanah bagi pemenuhan kebutuhan industrialisasi yang selama ini menggunakan sistem ganti untung seyogyanya dirubah menggunakan sistem ganti investasi yang memungkinkan masyarakat dapat berperan sebagai investor agar tetap memperoleh keuntungan atas operasi bisnis dari alih fungsi lahan miliknya. Lajunya proses pembangunan fisik wajib diiringi dengan pembangunan sosial berupa penyiapan warga masyarakat agar tidak tersingkir akibat perubahan peradaban yang sangat cepat di wilayahnya. Kata kunci: Era Aerotropolis, Kondisi Masyarakat, Alih Fungsi Lahan Abstract Through the combination of quantitative and qualitative methods proportionally, this research reveals that land use change will continue to grow rapidly, especially in the three "Golden Triangle" points of urban growth, namely the Temon Aviation Area, Sentolo Industrial Designation Area and Menoreh Tourism Area as a result of YIA developments. The creation of new business spaces opens up job opportunities for the wider community. There is a tendency/dynamics of space utilization to widen more widely and uncontrollably (urban sprawl). Farmers are the most vulnerable group to be affected because the release of land as a production asset for them is like a break in the employment relationship (transient poverty) and can lead to new, bigger social problems. The development of Kulon Progo and its surroundings will have an impact on increasing migration flows so that competition for jobs is getting tougher. The limitations of community empowerment did not dampen their spirit to adapt and compete with the wider community. This study recommends that land release transactions to fulfill industrialization needs that have been using a profit-reimbursing system should be changed to an investment-replacement system that allows the community to act as investors in order to continue to benefit from business operations from the conversion of their land functions. The pace of the physical development process must be accompanied by social development in the form of preparing community members so that they are not eliminated due to very rapid changes in civilization in their territory. Keywords: Aerotropolis Era, Community Condition, Land Convertion.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.