Cimahi City was originally one part of Bandung Regency, with rapid growth finally established as an administrative city on January 29, 1976, then became autonomous city on June 21, 2001. Cimahi currently become one of the growth areas of Bandung in the West. The current population is 561,386, with an average growth of 2.12% per year (source: population database of Cimahi City 2014). Green Open Space (RTH) in several cities in West Java has decreased both in terms of quality and quantity. This has the effect of reducing urban environmental quality and causing urban problems such as floods, especially in the rainy season, increasing air pollution, and decreasing urban happiness index due to the lack of open space available for social interaction. The similarity of the configuration of the arrangement of the site in this case the similarity of the typology of building mass composition, the number of occupants and the target of the residents of low income (MBR) of the two rusunawa Cimahi City, namely Cibeureum and Leuwigajah interesting to examine which is more effective the arrangement of green space and its utilization and the determinants what's playing. In the management, maintenance and utilization of the flats RTH is the main responsibility of apartment managers, in this case the Cimahi Municipal Government, but the involvement of all residents in maintaining and maintaining cleanliness, especially in disposing of waste in place and use the facilities provided responsibly.
Abstrak. Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah salah satu alternatif solusi terhadap kebutuhan rumah yang layak huni bagi masyarakat khususnya di negara berkembang. Disamping masalah keterbatasan lahan, masalah biaya sewanya tetap menjadi masalah bagi beberapa golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Terjadinya perubahan sifat perumahan dari pola konvensional yang bersifat horizontal ke arah vertikal tentu berdampak pada pola interaksi sosial penghuni di dalamnya dari sistem rumah yang bersifat individual (kepemilikan pribadi) menjadi lebih sosial karena kepemilikan fasilitas bersama (komunal). Dalam memenuhi kebutuhan sosial, pengaksesan media sosial (seperti : facebook, instagram, tweeter, dll) menjadi salah satu jenis kebutuhan baru di jaman sekarang. Kemajuan teknologi komunikasi saat ini semakin mudah dan murah melalui media sosial merupakan fenomena yang melanda semua kalangan, termasuk dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Saat ini, tidak membutuhkan perangkat yang sangat canggih untuk mengakses internet ditambah harga kuota internet yang semakin murah. Kesamaan konfigurasi penataan tapak dalam hal ini kesamaan tipologi penyusunan massa bangunan, jumlah penghuni dan sasaran penghuni yaitu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kedua rusunawa Kota Cimahi, yaitu Cibeureum dan Leuwigajah menarik untuk diteliti manakah yang lebih efektif pemanfaatan fasilitas bersama serta faktor-faktor penentu apa sajakah yang berperan terhadap pola sosialnya.Kata kunci : rusunawa, fasilitas bersama, interaksi sosial, media sosial Abtract. Affordable flats or lowcosts flats (Rusunawa) is one alternative solution to the needs of a decent home for the community, especially in developing countries. Besides the problem of land constraints, the problem of rent costs remains a problem for some low income community groups (MBR). Changes in the nature of housing from a conventional pattern that is horizontal to the vertical direction would have an impact on the pattern of social interaction of residents in it from the home system that is individual (private ownership) becomes more social because of the ownership of communal facilities (communal).In fulfilling social needs, accessing social media (such as: facebook, instagram, tweeters, etc.)
AbstrakKota Cimahi pada awalnya merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Bandung, dengan pesatnya pertumbuhan akhirnya ditetapkan sebagai kota administratif pada 29 Januari 1976, selanjutnya menjadi kota otonom pada tanggal 21 Juni 2001. Cimahi saat ini menjadi salah satu kawasan pertumbuhan Kota Bandung di bagian Barat. Jumlah penduduknya saat ini adalah 561.386 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata 2,12% per tahun (sumber: database kependudukan Kota Cimahi tahun 2014). Ruang Terbuka Hijau (RTH) di beberapa kota di Jawa Barat mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan dan menimbulkan masalah perkotaan seperti terjadinya bencana banjir, khususnya pada musim penghujan, peningkatan pencemaran udara, dan berkurangnya indeks kebahagiaan kota akibat minimnya ruang terbuka yang tersedia untuk interaksi sosial. Kesamaan konfigurasi penataan tapak dalam hal ini kesamaan tipologi penyusunan massa bangunan, jumlah penghuni dan sasaran penghuni yaitu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kedua rusunawa Kota Cimahi, yaitu Cibeureum dan Leuwigajah menarik untuk diteliti manakah yang lebih efektif penataan RTH dan pemanfaatannya serta faktor-faktor penentu apa sajakah yang berperan. Dalam pengelolaan, pemeliharaan dan pemanfaatan RTH rusunawa memang tanggung jawab utama pengelola rumah susun, dalam hal ini pemerintah Kota Cimahi, namun perlu keterlibatan semua penghuni dalam merawat dan menjaga kebersihannya, khususnya dalam membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan sarana yang disediakan dengan bertanggung jawab.
Abstrak - Masjid Salman ITB merupakan salah satu karya arsitektur monumental yang ada di Indonesia Memiliki atap melengkung ke atas dengan ruang sholat yang merupakan area bebas kolom dan hingga sekarang masih dapat berfungsi dengan baik. Struktur sendiri memiliki fungsinya sebagai media untuk menyalurkan beban, namun fungsi struktur dari sebuah bangunan tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi juga sebagai nilai keindahan dari karya arsitektur itu sendiri. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pemanfaatan struktur pada bangunan Masjid Salman ITB yang tidak hanya berfungsi sebagai media penyaluran beban pada bangunan, tetapi juga memiliki nilai estetis. Hasil penelitian dapat menjadi pengembangan keilmuan mengenai perancangan struktur yang dapat meningkatkan nilai estetika bangunan. Perancang dapat memanfaatkan keilmuan ini dalam mengambangkan desain yang berbasis struktur, sehingga kedepannya elemen struktur tidak hanya lagi dipandang sebagai pelengkap bangunan, tetapi memiliki nilai yang sama dengan desain arsitekturalnya. Teori yang digunakan untuk mengkaji estetika struktur adalah teori Bjorn Normann, dimana estetika struktur dapat dinilai dari fungsi mekanikal dan fungsi spasial. Teori tersebut akan menjadi dasar hasil kajian dari buku-buku yang terkait dengan struktur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pengolahan data yang bersumber dari studi literatur, pengamatan langsung, wawancara, dan simulasi. Analisis dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama yaitu, pembahasan struktur terhadap aspek strukturalnya sebagai media penyalur beban. Bagian kedua yaitu, pembahasan struktur terhadap aspek asritekturalnya sebagai wujud, ekspresi, dan elemen pembagi ruang. Pembahasan tersebut mengsilkan temuan yang menjadi dasar penarikan kesimpulan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, struktur sebagai elemen pembentuk ruang memiliki peran tertinggi dalam mencapai etetika struktur pada Masjid Salman ITB. Selanjutnya, struktur sebagai ekspresi bangunan masih memiliki peran yang cukup tinggi dalam mencapai estetika struktur pada Masjid Salman ITB. Terakhir, struktur sebagai wujud bangunan memiliki peran yang paling rendah untuk mencapai estetika struktur pada Masjid Salman ITB. Adapun hal ini dapat tercapai karena peran struktur sebagai penyalur beban yang memiliki penekanan pada pengoptimalan bentuk struktur dan konfigurasinya. Kata Kunci: Masjid Salman ITB, estetika struktur, fungsi struktural, fungsi arsitektural, penyalur beban, wujud, ekspresi, ruang dalam
Kota Cimahi pada awalnya merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Bandung, dengan pesatnya pertumbuhan akhirnya ditetapkan sebagai kota administratif pada 29 Januari 1976, selanjutnya menjadi kota otonom pada tanggal 21 Juni 2001. Cimahi saat ini menjadi salah satu kawasan pertumbuhan Kota Bandung di bagian Barat. Jumlah penduduknya saat ini adalah 561.386 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata 2,12% per tahun (sumber: database kependudukan Kota Cimahi tahun 2014).Ruang Terbuka Hijau (RTH) di beberapa kota di Jawa Barat mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan dan menimbulkan masalah perkotaan seperti terjadinya bencana banjir, khususnya pada musim penghujan, peningkatan pencemaran udara, dan berkurangnya indeks kebahagiaan kota akibat minimnya ruang terbuka yang tersedia untuk interaksi sosial.Kesamaan konfigurasi penataan tapak dalam hal ini kesamaan tipologi penyusunan massa bangunan, jumlah penghuni dan sasaran penghuni yaitu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kedua rusunawa Kota Cimahi, yaitu Cibeureum dan Leuwigajah menarik untuk diteliti manakah yang lebih efektif penataan RTH dan pemanfaatannya serta faktor-faktor penentu apa sajakah yang berperan.Dalam pengelolaan, pemeliharaan dan pemanfaatan RTH rusunawa memang tanggung jawab utama pengelola rumah susun, dalam hal ini pemerintah Kota Cimahi, namun perlu keterlibatan semua penghuni dalam merawat dan menjaga kebersihannya, khususnya dalam membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan sarana yang disediakan dengan bertanggung jawab.Kata kunci: RTH, rusunawa, penataan tapak Title: Evaluation of Arragement and Use of Green Open Space in Cimai City’s Rusunawa Cimahi City was originally one part of Bandung Regency, with rapid growth finally established as an administrative city on January 29, 1976, then became autonomous city on June 21, 2001. Cimahi currently become one of the growth areas of Bandung in the West. The current population is 561,386, with an average growth of 2.12% per year (source: population database of Cimahi City 2014).Green Open Space (RTH) in several cities in West Java has decreased both in terms of quality and quantity. This has the effect of reducing urban environmental quality and causing urban problems such as floods, especially in the rainy season, increasing air pollution, and decreasing urban happiness index due to the lack of open space available for social interaction.The similarity of the configuration of the arrangement of the site in this case the similarity of the typology of building mass composition, the number of occupants and the target of the residents of low income (MBR) of the two rusunawa Cimahi City, namely Cibeureum and Leuwigajah interesting to examine which is more effective the arrangement of green space and its utilization and the determinants what's playing.In the management, maintenance and utilization of the flats RTH is the main responsibility of apartment managers, in this case the Cimahi Municipal Government, but the involvement of all residents in maintaining and maintaining cleanliness, especially in disposing of waste in place and use the facilities provided responsibly. Keywords: RTH, rusunawa, arrangement of site
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.