The southern region of Indonesia is one of the places where tropical cyclones grow in the southern hemisphere. During 1983-2017 there were 51 tropical cyclones occurring in the region. This study aims to understand the characteristic of tropical cyclones in southern Indonesia and their variations, both spatially and temporally, and their effect on extreme rain events in Indonesia. Historical data analysis results show that tropical cyclones in southern Indonesia generally occur in November-April with a lifetime of 7-8 days. The result of data analysis shows that the central pressure value of tropical cyclone in latitude 0°-10°S is more than 960 hPa. The value tends to be higher than the central value pressure of tropical cyclone in latitude 10°S-20°S, which has the range of values about 920-960 hPa. This study also explains that there are 9 tropical cyclones in 35 years back that grow or move closer to the Indonesian archipelago in latitude 0°-10°S. The event of tropical cyclone Dahlia at the end of 2017 also affect the enormously increase of rainfall in Gunungkidul, Yogyakarta region with the increase of rain reaches 750% from the historical average.
IntisariPada tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk redistribusi curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Indonesia pada pertengahan hingga akhir bulan Februari 2013. Temperatur permukaan laut di perairan sekitar Jawa bagian barat sekitar 29-300C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 75-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat laut hingga barat daya Jakarta.AbstractApplication of weather modification has carried out to redistribute of precpitiaion over Jakarta and the surrounding during 26 January to 27 February 2013. During this period, ENSO and IOD was normal condition. The MJO shows that the convection enhanched over Indonesia region on mid to late February 2013. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-300C. The 850 mb relative humidity on February 2013 was 75-80%. Cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta,
Analysis of land and forest fire has been conducted in relation with smoke haze disaster in Riau province during February and March 2014. Daily hotspot data from NOAA 18 and daily ISPU (Standard Air Pollutant Index) data of the ministry of environment are used in this study. Air quality has been categorized as dangerous for several days with ISPU exceeding 500. The number of hotspot indicating the forest fire reaches 2543, with 1319 hotspots detected in February 2014 and 1224 hotspots in March 2014. The highest number of hotspot is occurred on February 11 with 243 hotspots, while 171 hotspots are detected on March 27.The hotspot distribution is concentrated in Bengkalis with the number of 650 which is 25.6% of total hotspots in Riau Province, followed by Pelalawan with 350 hotspots (13.8%), Siak with 311 hotspots (12.2%), Indragiri Hilir with 309 hotspots (12.2%), Rokan Hilir with 286 hotspots (11.2%), Meranti with 232 hotspots (9.1%), and Dumai with 220 hotspots (8.7%).Telah dilakukan analisis kebakaran hutan dan lahan terhadap bencana kabut asap di Provinsi Riau pada bulan Februari dan Maret 2014. Data harian hotspot dari NOAA 18 dan data harian ISPU dari Kementerian Lingkungan Hidup digunakan dalam penelitian ini. Kualitas udara dalam beberapa hari sempat masuk kategori Berbahaya dengan nilai ISPU >500. Jumlah hotspot yang menunjukkan adanya kebakaran hutan dan lahan mencapai 2.543 titik Bulan Februari 2014 terdapat 1.319 titik hotspot sedangkan bulan Maret 2014 terdapat 1.224 titik hotspot. Jumlah hotspot terbanyak pada bulan Februari 2014 terjadi pada tanggal 11 Februari (243 titik) sedangkan pada bulan Maret 2014 terjadi pada tanggal 27 Maret (171 titik). Sebaran titik panas terkonsentrasi di Kabupaten Bengkalis sebanyak 650 titik atau 25,6 % dari total hotspot yang ada di Provinsi Riau. Jumlah terbanyak berikutnya adalah Kabupaten Pelalawan 350 titik (13,8 %), Kabupaten Siak 311 titik (12,2 %), Kabupaten Indragiri Hilir 309 titik (12,2 %), Kabupaten Rokan Hilir 286 titik (11,2 %), Kabupaten Meranti 232 titik (9,1 %), dan Dumai 220 titik (8,7 %).Keywords: Smoke haze, air quality, hotspot, land and forest fire.
IntisariTelah dilakukan analisis angin pada berbagai level ketinggian pada saat penerapan TMC yang dilakukan pada tanggal 26 Januari s.d 27 Februari 2013. Data yang digunakan adalah data angin tiga jam-an MERRA (1.25o x 1.25o), data angin harian NCEP (2.5o x 2.5o) serta angin gradient dari BOM Australia. Selama kegiatan, angin baratan mendominasi wilayah Jawa bagian barat. Arah angin di Jawa bagian barat sangat dipengaruhi oleh gangguan tropis yang muncul di Samudera Hindia sebelah selatan Indonesia. Terjadi pembalikan arah angin dari angin baratan menjadi angin timuran akibat pengaruh Siklon Tropis Gino di sebelah barat daya Sumatera. Kecepatan angin pada akhir kegiatan mencapai 20 m/s akibat pengaruh Siklon Tropis Rusty di sebelah barat Australia.AbstractThe Application of weather modification has carried out to redistribute precipitation over Jakarta and the surrounding on 26 January to 27 February 2013. Data used in this study are 3 hourly MERRA wind data (1.25o x 1.25o), daily NCEP wind data (2.5o x 2.5o), and gradient wind analysis data from BOM Australia. The westerly wind dominated over western part of Java.The wind direction in the western part of Java is strongly influenced by the tropical disturbance in the Indian Ocean south of Indonesia. The Tropical Cyclone Gino over Southwest Sumatera caused easterly wind over west part of Jawa. The wind speed up to 20 m/s due to the effect of Tropical Cyclone Rusty in the west of Australia.
Informasi keberadaan es di atmosfer sangat penting, tidak hanya untuk studi meteorologi, namun juga untuk kegiatan modifikasi cuaca maupun pengembangan sistem peringatan dini bencana hidrometeorologi. Pada makalah ini, kami mendemonstrasikan tiga teknik deteksi es dengan memanfaatkan observasi radar X-band polarimetrik Furuno WR-2100. Data Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) untuk parameter horizontal reflectivity (Zh), differential reflectivity (ZDR) dan specific differential phase (KDP) pada kejadian presipitasi konvektif di wilayah Banten dan Bogor tanggal 24 Januari dan 14 Februari 2016 dianalisis dengan menggunakan metode Hail Differential Reflectivity (HDR), metode konsistensi KDP (CM) dan metode fuzzy logic (FL). Produk data yang dihasilkan oleh ketiga metode tersebut saling dibandingkan secara horizontal pada ketinggian 500 meter, 2 kilometer dan 5 kilometer, serta secara vertikal hingga ketinggian 15 kilometer. Hasil analisis menunjukkan metode HDR paling sensitif dan konsisten untuk identifikasi es pada setiap level ketinggian, sedangkan metode FL dapat membedakan jenis es secara spesifik. Di sisi lain, rendahnya sensitivitas metode CM dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya konsentrasi es yang signifikan pada waktu observasi dan mengindikasikan metode tersebut lebih sensitif untuk deteksi jenis es dengan ukuran yang lebih besar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.