Salah satu cara memanfaatkan batubara bawah permukaan adalah dengan cara mengonversinya ke dalam bentuk gas yang lebih ramah lingkungan melalui metode underground coal gasification (UCG). Cekungan Sumatra Selatan adalah salah satu cekungan batubara produkfif di Indonesia. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk untuk mengetahui lokasi potensi batubara yang cocok untuk pengembangan UCG. Evaluasi potensi batubara Indonesia untuk pengembangan UCG di cekungan ini, dilakukan dengan cara mengarakterisasi lapisan batubaranya. Batubara cekungan Sumatra Selatan di Daerah Bayung Lencir, Muara Kilis, dan Srijaya Makmur dievaluasi karakteristiknya untuk melihat potensi UCG pada batubara tersebut. Parameter karakteristik yang dievaluasi meliputi peringkat, ketebalan, kemiringan dan kedalaman lapisan batubara, rasio kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, batuan pengapit berikut ketebalannya, kondisi hidrogeologis (posisi batubara terhadap akuifer), struktur geologi serta sumber daya batubara. Hasil evaluasi menunjukkan, berdasarkan karakteristik batubaranya, daerah Bayung lencir merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan UCG.
Komposisi maseral dan mineral serta peringkat batubara merupakan beberapa parameter yang digunakan untuk penentuan karakteristik batubara. Penelitian di daerah Pahirangan dan sekitarnya bertujuan mengetahui karakteristik batubara Formasi Dahor berupa komposisi maseral dan mineral serta peringkat batubara. Komposisi maseral dan mineral dilakukan dengan analisis petrografi untuk mengetahui material organik pembentuk batubara, sementara identifikasi peringkat batubara dilakukan dengan analisis geokimia dan pengukuran reflektansi vitrinit. Analisis dilakukan tehadap 42 conto di Formasi Dahor. Komposisi kelompok maseral utama didominasi oleh huminit yang berkisar antara 64,40% s.d. 93,60% dan sebagian kecil inertinit (2,00% s.d. 20,40%) serta liptinit (0,00% s.d. 10,00%). Berdasarkan parameter hasil perhitungan, nilai reflektansi vitrinit, kandungan air, Hardgrove Grindability Index, unsur hidrogen, oksigen, dan karbon mengindikasikan batubara di daerah penelitian termasuk dalam peringkat lignit-subbituminus, sedangkan material organik pembentuk batubara berasal dari tumbuhan berkayu.
Potensi batubara Indonesia, baik yang dapat ditambang secara terbuka maupun yang ada di bawah permukaan (kedalaman >100m), sebagian besar merupakan batubara peringkat rendah. Salah satu pemanfaatan batubara peringkat rendah adalah gasifikasi bawah permukaan. Data dan evaluasi awal tentang potensi batubara untuk kegiatan gasifikasi ini sangat diperlukan. Evaluasi potensi batubara untuk gasifikasi ini pada Lubang Bor JWT-02 telah dilakukan dengan parameter evaluasi antara lain, kedudukan/kedalaman batubara, ketebalan batubara, karakteristik batubara, batuan pengapitnya dan sumber daya batubara. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan adanya potensi lapisan batubara yang dapat dikembangkan untuk gasifikasi bawah permukaan.
Sumber daya gambut di Indonesia cukup berlimpah. Terlepas dari pertentangan dalam pemanfaatannya, gambut dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), karena memiliki syarat yang bisa terpenuhi dan mempunyai karakteristik yang identik dengan batubara kalori rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah potensi sumber daya gambut dan estimasi suplai sebagai bahan bakar alternatif untuk PLTU. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Ketebalan gambut di daerah ini bervariasi antara 0,7 m sampai dengan 8,7 m dan memiliki nilai kalori rata-rata 5.070 kal/gram (adb). Cadangan terkira gambut yang digunakan untuk PLTU adalah gambut yang memiliki ketebalan kurang dari tiga meter sebesar 45.238.945 ton di Kecamatan Teluk Meranti. Untuk energi listrik dengan kapasitas terpasang 100 MW, gambut pada Blok Teluk Meranti dapat menyuplai bahan bakar untuk PLTU selama ± 114 tahun.
Penelitian pada lapisan batubara Formasi Tanjung di daerah Megalau, Kotabaru ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik geometri cleat yang terdapat pada lapisan batubaranya. Objek yang diteliti adalah cleat yang terdapat pada lapisan batubara yang tersingkap di permukaan. Orientasi jurus dari cleat pada daerah penelitian yaitu berarah relatif Timur – Barat untuk face cleat dan ber ar ah relatif Utara-Selatan untuk butt cleat. Perbandingan panjang face cleat dan butt cleat adalah 2 : 1. Frekuensi keterdapatan face cleat lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan butt cleat. Permeabilitas rekahan dari singkapan adalah 14,6 mD – 46,7 mD.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.