The objective of this research is to identify a treatment that can break the dormancy and increase the vigor of candlenut seed (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) seedling. Treatments were mechanical scarification and chemical scarification. Mechanical scarification was control (S0), cracking (S1), filing (S2), and sanding (S3). Chemical scarification was control (T0), immersion in 10% HCl (T1), 10% H2SO4 (T2), and 10% KNO3 (T3) for 20 minutes. Soon after treatment, the persistence of seed dormancy (weeks), speed growing (% etmal−1), and height of the seedling were observed. Cracking the seed was showed the highest growth rate among all treatments (2,44 % etmal−1). Mechanicals and chemicals scarification were effective to break seed dormancy. Persistence of seed dormancy mechanical and chemical scarification various between 3-5 weeks, meanwhile the control was 7 weeks. Seedlings with the treatment combination of cracking and soaking with 10% KNO3 were the highest in 1, 3, and 5 weeks after planting.
Arthocarpus integer or cempedak is an indigenous fruit with a distinctive taste and smell. Cutting seeds on water content observations need to be considered because the seeds contain sap that can affect the observation results. A. integer seeds are classified as recalcitrant seeds, so the handlers must be careful. This research aims to study the recalcitrant properties of A. integer seeds. The study consisted of 2 treatments i.e., drying length (0, 2, 3, 4, 5, 6 hours) and seed colour (yellow, orange, white). The results showed that the length of drying had an effect on the height of the seedlings, the wet weight of the sprouts, and the maximum growing potential, while the colour of the fruit had an effect on the maximum growing potential and wet weight of the seedling.
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman rempah yang penting bagi masyarakat Indonesia. Air kelapa dan bonggol pisang diharapkan mampu dijadikan alternatif untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman bawang merah terhadap pemberian air kelapa dan MOL bonggol pisang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2020 di Padasuka, Bandung, Jawa Barat 6°53’14.5104” LS dan 107°39’13.0572” BT dengan ketinggian tempat 722 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 Faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah air kelapa yang terdiri dari 4 taraf (a0 = kontrol, a1 = 25%, a2 = 50%, dan a3 = 75%). Faktor kedua adalah MOL bonggol pisang yang terdiri dari 3 taraf perlakuan (m0 = kontrol, m1 = 40 mL tanaman-1, m2 = 80 mL tanaman-1). Uji lanjut yang digunakan adalah uji DMRT 5% (Duncan’s multiple range test). Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara air kelapa dan MOL bonggol pisang terhadap tinggi tanaman usia 3 MST dan 4 MST, namun tidak memberikan pengaruh secara mandiri atau interaksi terhadap tinggi tanaman setelah 4 MST, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah umbi hingga akhir pengamatan. Perlu memperhatikan waktu penyimpanan Pupuk Organik Cair (POC) MOL bonggol pisang karena dapat mempengaruhi unsur hara didalamnya.
Kenakalan remaja di masa pandemi menjadi hal yang memprihatinkan pada saat ini. Pengabdian ini bertujuan untuk melaksanakan partisipasi dalam menemukan program yang membangun karakter anak remaja melalui program keagamaan. Metode pengabdian ini menggunakan participation action research. Hasil pengabdian menunjukan bahwa keberhasilan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan remaja. Penerapan model ini dimulai sejak refleksi sosial, perencanaan partisipatif, dan hingga pelaksanaan program. Keberhasilan pengabdian ini dilihat dari indikator perubahan karakter anak remaja. Adapun indikator perubahan karakter remaja meliputi timbulnya keaktifan dalam organsisasi Karang Taruna yang sebelumnya vakum, diadakannya pengajian rutinan, meningkatnya kesadaran untuk membangun self-regulation dengan diadakannya berbagai macam kegiatan positif seperti peningkatan budaya literasi, belajar berkebun, serta diskusi bersama memecahkan permasalahan yang ada.
Penurunan kualitas tanah karena akumulasi penggunaan pupuk kimia berdampak pada penurunan hasil tanaman buncis tegak. Teknik budidaya organik dengan menggunakan media tanam campuran tanah, arang sekam, dan cocopeat serta penggunaan pupuk guano dilakukan sebagai upaya alternatif peningkatan produksi buncis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dosis pupuk guano dan berbagai jenis media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.). Penelitian dilaksanakan dari April hingga Mei 2020 di Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dua faktor. Faktor pertama yaitu dosis pupuk guano terdiri atas 4 taraf: kontrol, 5 t ha-1, 10 t ha-1, dan 15 t ha-1. Faktor kedua yaitu media tanam dengan 5 taraf: tanah (kontrol), arang sekam padi, cocopeat, tanah + arang sekam padi, dan tanah + cocopeat. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara dosis pupuk guano dengan media tanam pada tinggi tanaman 28 HST. Dosis pupuk guano berkorelasi positif dengan variabel pertumbuhan tanaman dengan dosis terbaik yaitu 15 t ha-1. Media tanam campuran tanah dan arang sekam menghasilkan tanaman dengan tinggi tanaman, bobot polong segar, dan bobot polong kering tertinggi di antara semua perlakuan. Pupuk guano dapat di aplikasikan pada berbagai media tanam untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman buncis yang optimal.AbstractThe decline in soil quality cause by chemical fertilizer affected to the growth and yield of bush bean. Organic farming using guano fertilizer and combination of soil, husk charcoal, and cocopeat as the planting media can be used as an alternative technology to increase bush bean production. This study aimed to determine the effect of guano fertilizer dosage and various type of growing media on growth and yield of bush bean (Phaseolus vulgaris L.). This study was conducted from April to May 2020 at Cikandang village, Cileunyi Kulon, Cileunyi, Bandung. The experimental design used was factorial randomized block design with two factors. The first factor was dosage of guano fertilizer consisted of 4 levels i.e. control, 5 t ha-1, 10 t ha-1, and 15 t ha-1. The second factor was growing media with 5 levels i.e. soil (control), husk charcoal, cocopeat, soil + husk charcoal, and soil + cocopeat. The results showed the interaction between dosage of guano fertilizer and growing media on plant height in 28 days after planting. The dosage of guano fertilizer had a positive correlation with plant growth traits, and 15 t ha-1 as the best dosage for bush bean growth and yield. The media soil + husk charcoal produced plants with the highest plant height, fresh pod weight, and dry pod weight among all treatments. Guano fertilizer can be applied to various growing media to produce the optimal bush bean growth.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.