Keberadaan kampung-kampung sebagai area permukiman turut mengisi peruntukan tata guna lahan di kawasan perkotaan Surabaya. Kampung-kampung lama yang padat menempati area strategis diantara kawasan perdagangan dan jasa maupun peruntukan lainnya, mampu menunjukkan jati diri dan bertahan pada era perkembangan kota saat ini. Terlebih saat ini pada masa Pandemic Covid 19, sebagai kawasan permukiman yang berpenduduk padat, dituntut untuk dapat melindungi diri, baik dari sisi lingkungan fisik kampungnya maupun masyarakatnya, untuk mampu bertahan dalam situasi yang penuh keterbatasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana perilaku masyarakat dalam lingkungan perkampungan di beberapa wilayah perkotaan, untuk dapat mampu bertahan, beradaptasi dan mengembangkan diri dalam menghadapi situasi pandemic Covid 19, yang serba terbatas dan tidak menentu. Masyarakat dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang telah mengubah kebiasaan sehari hari menjadi sebuah kebiasaan baru dalam era New Normal. Penelitian ini termasuk dalam kategori diskriptif kualitatif, yakni menganalisa kemampuan bertahan pada masyarakat di kampung kota, baik ditinjau dari aspek fisik lingkungannya maupun non fisik (perilaku & budaya masyarakatnya), sehingga dapat dikaji wujud kebertahanannya. Metode penelitian menggunakan teknik observasi lapangan dan interview pada beberapa responden secara purpose sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk bertahan, baik secara fisik maupun non fisik, akan mampu meningkatkan rasa memiliki terhadap tempat (sense of place).
Desa wisata Kalanganyar di Sidoarjo, sebagian besar wilayahnya berupa pesisir, menghampar di sepanjang pantai Timur Sidoarjo, Jawa Timur. Didukung oleh adanya infrastruktur jalan, keberadaan pesisir, sungai, hutan bakau, tambak-tambak ikan serta hasil laut lainnya, merupakan potensi yang dapat dikembangkan, namun belum dieksplorasi dengan baik. Dalam upaya pengembangan wilayahnya sebagai desa wisata, diarahkan dengan menerapkan konsep kawasan tepi air. Dasar penerapan konsep kawasan tepi air adalah untuk mengoptimalkan penggunaan lahan (land use), dengan fungsi permukiman, perdagangan dan jasa (komersial) serta mengembangkan
Kota Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang banyak menyimpan nilai-nilai historis. Adanya bangunan peninggalan maupun kawasan bersejarah, berupa kampung-kampung lama di kawasan pusat kota Surabaya menjadi saksi perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah kawasan Kampung Peneleh, yang terdapat pemakaman Belanda, turut menjadi cikal bakal pertumbuhan dan perkembangan kampung-kampung lama kota Surabaya. Diantaranya adalah kampung Lawang Seketeng, yang menyimpan riwayat kesejarahan perjuangan Bangsa Indonesia. Di kampung ini banyak menyisakan bangunan peninggalan yang sarat dengan peristiwa sejarah, diantaranya adalah keberadaan Langgar Dukur Kayu, Rumah Gaya Kolonial, Makam Mbah Pitono dan Mbah Dimo, Makam Syekh Al Habib Zaini, Rumah Singgah Bung Karno dan Bung Tomo, Rumah Puing dan Rumah Jengki, serta masih banyak lagi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bangunan peninggalan tersebut dari aspek makna cultural dan potensinya sebagai salah satu tujuan wisata heritage yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif-komparatif, dengan cara menganalisa bangunan peninggalan menggunakan kriteria penilaian makna cultural dengan teknik skoring. Dari hasil penilaian tersebut, akan dapat dipetakan potensi pelestariannya. Hasil penelitian menunjukkan tingginya nilai makna cultural bangunan peninggalan, sehingga hal ini dapat menjadi peluang untuk dapat diwujudkannya wisata heritage guna menjaga nilai-nilai historis yang terkandung didalamnya.The city of Surabaya is one of the old cities in Indonesia which has a lot of historical values. The existence of heritage buildings and historic areas, in the form of old villages in the downtown area of Surabaya, is a witness to the struggle of the people in defending Indonesia's independence. One of them is the Peneleh Village area, which has a Dutch cemetery, which became the forerunner of the growth and development of the old villages of Surabaya. Among them is the village of Lawang Seketeng, which holds a historical history of the struggle of the Indonesian nation. In this village, there are many heritage buildings that are full of historical events, including the existence of Langgar Dukur Kayu, Colonial Style House, Tomb of Mbah Pitono and Mbah Dimo, Tomb of Sheikh Al Habib Zaini, Shelter House of Bung Karno and Bung Tomo, Rubble House and Jengki House, and many others. This study aims to identify the existence of these heritage buildings from the aspect of cultural meaning and their potential as one of the heritage tourism destinations launched by the Surabaya City Government. The research method used is descriptive qualitative-comparative, by analyzing heritage buildings using cultural meaning assessment criteria with scoring techniques. From the results of the assessment, it will be possible to map its conservation potential. The results show the high value of the cultural significance of heritage buildings, so that this can be an opportunity for the realization of heritage tourism in order to maintain the historical values contained therein
There is an urgent need for cities to consider disaster and climate change issues. Disasters have caused major disruptions in low- and middle- income countries, often wiping out decades of development benefits in a few moments. Including Kalanganyar, which is geographically located in the hazard-prone. This village has no sandy beach area and directly facing the mangrove forest as the outermost boundary. Since 2/3 of the area is aquaculture, this has resulted in some areas lacking adequate mangrove forests. Therefore, Kalanganyar area becomes prone to tsunami hazards as well as river/tidal flooding. Therefore, disaster risk assessment is needed as input data in spatial planning and spatial planning of Kalanganyar Village as a disaster preventive action. This research is qualitative research with a phenomenology approach. The results of the data tape were analyzed by synchronic reading. Character appraisal is used to assess the eight principles of urban resilience design. The goal is to produce an anticipatory spatial planning concept for the natural disaster, the existing disaster of natural disasters but also human-caused disasters. From the results of character appraisal reading on the area, it was found that the urban fabric is less resilient. This is also coupled with some of the more frequent natural disasters that are floods and tsunamis. This then becomes the basis for the spatial development of disaster-prone areas and meets the overall parameters. Spatial area arrangement is done to anticipate future and future disasters, with more compact urban fabric arrangement, restoring ecological mangrove function according to standard, and also equitable distribution of village facilities and infrastructure so that the area is well developed and planned. This research can be a good and appropriate preventive action for the region.
Sebuah kawasan baik dalam lingkup kota, pinggiran kota maupun desa, banyak menyimpan potensi lokal dan kekayaan alam yang dapat dikembangkan guna mendukung kesejahteraan masyarakatnya. Salah satunya terdapat di desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Dengan kondisi tapaknya berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa, dimana sebagian besar areanya berupa tambak ikan. Keberadaan area tambak mempengaruhi tata kehidupan masyarakat serta kondisi sosial ekonominya. Banyaknya nelayan maupun petani tambak, serta melimpahnya hasil tambak berupa ikan bandeng dan hasil laut lainnya, berpengaruh terhadap berkembangnya sarana wisata. Kondisi ini ditandai dengan banyaknya tempat/kolam pemancingan ikan, dan tumbuhnya warung-warung kuliner dengan menu utama ikan bandeng bakar yang menjadi ikon bagi desa Kalanganyar. Adanya tata kehidupan masyarakat yang taat menjalankan tradisi keislaman tercermin dalam kehidupan sehari-hari, berpeluang untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata yang khas, misalnya musik patrol, rebana dan qasidah. Demikian pula dengan keberadaan tapak, dimana sebagian besar berada di tepian laut, mempunyai panorama alam yang khas, sehingga dapat diselaraskan dengan pengembangan konsep rancangan Arsitektur Pesisir pada penyelesaian bangunan-bangunannya. Didukung pula dengan pengembangan konsep fasilitas wisata air lainnya, seperti mendayung, dan susur sungai pada hutan bakau. Diharapkan kegiatan ini akan dapat mendukung terciptanya sebuah desa wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kekayaan alam dan potensi non fisik kawasan Kalangnyar. Digunakan metode eksploratif dan diskriptif, untuk mengeksplorasi seluruh potensi yang ada, serta diuraikan secara diskriptif. Analisa selanjutnya menggunakan teknik pembacaan secara sinkronik dan diakronik, sehingga diperoleh hasil yang dijabarkan secara kualitatif. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan kawasan Kalanganyar menjadi sebuah desa wisata. Kata-kunci : desa wisata, Kalanganyar, potensi lokal PengantarMengutip dari Djumiko (2010), bahwa kawasan pesisir merupakan daerah pantai atau tepi laut, dimana merupakan kawasan yang dinamis dan unik sebagai bagian dari suatu kota. Kawasan ini banyak terletak pada area selatan dan utara pantai Jawa, salah satunya adalah Desa Kalanganyar, di Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Dengan luas wilayah ± 13,5 Ha dan 2/3 dari luas tersebut adalah lahan pertambakan, dimana masyarakatnya mengandalkan aktifitas pertambakan pasang surut air laut sebagai mata pencaharian (Widiyanti, 2017). Potensi bahari ini cukup menjanjikan, selain pemandangan visual khas pesisir dan juga terdapat sentra produksi bandeng yang semakin pesat. Didukung potensi alam dan budaya yang begitu rupa, hal ini dapat menjadi daya tarik wisata bagi Desa Kalanganyar sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.