Introduction: Zirconia (ZrO2) is a metal-free substance that rapidly improving as dental materials that has a good properties which are high biocompatibility, esthetics, and strength. Addition of a stabilizer like CaO will increase the mechanical properties of zirconia due to the transformation toughening. Methods: The Calcia Partially Stabilized Zirconia (Ca-PSZ) nanoparticles can be synthesized by using sol gel technique. This method makes easier to control the purity, homogeneity and physical characteristics at low temperature. This method consists of two stages, hydrolysis and condensation. The precursor were used  Zirconium Chloride (ZrCl4) with 0,1 M concentration and Calcia as stabilizer with 7% concentration. The addition of Calcia will help the tetragonal crystals forming at low temperature. Calcination temperature was used 900o C. To prevent conglomeration or agglomeration, dispersants are needed. One of the dispersants available is chitosan. Results: X-Ray Diffraction (XRD) analysis identifies that there are tetragonal and monoclinic phase with a percentage of 85% and 15% perspectively for sample without using chitosan and 100% tetragonal for sample that using chitosan. Analysis of Scanning Electron Microscope (SEM) results that particles with chitosan are more homogenous and dispersed with smaller size produced compared to particles without chitosan. Conclusion: From the results of the analysis, Ca-PSZ with sol-gel technique can produce nanoparticle and addition of  chitosan  can dispersed nanoparticles that could be used as material restoration and rehabilitation component  in dentistry.

Latar belakang: Peningkatan jumlah lansia di Indonesia membawa konsekuensi meningkat pula gangguan kesehatan yang dialami, salah satunya yaitu penurunan fungsi kognitif. Fungsi Kognitif adalah respon maladaptif yang ditandai oleh terganggunya daya ingat, disorientasi, inkoheren, dan suka berpikir logis. Upaya untuk menghindari terjadinya penurunan fungsi kognitif dapat dengan cara meningkatkan aktivitas fisik seperti senam pada lansia Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas senam lansia terhadap fungsi kognitif Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah tinjauan literatur menggunakan situs Google Sholar dan EBSCO menggunakan kata kunci “senam lansia” DAN “fungsi kognitif”’ dan keyword dalam Bahasa inggris “elderly exercise” AND “cognitive”. Pencarian tersebut menghasilkan sejumlah 16 artikel yang sesuai dengan tujuan dan tema penelitian Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh artikel menyatakan  ada pengaruh antara senam  dengan perubahan fungsi kognitif pada lansia. Kesimpulan: Melakukan ativitas fisik seperti senam otak, aerobic, maupun latihan ketahanan pada lansia setidaknya minimal 1 kali seminggu selama 15 menit selama 6 minggu atau lebih akan melancarkan aliran dan volume pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak sehingga terjadi peningkatkan kewaspadaan, konsentrasi dan memori fungsi kognitif.