ABSTRAK Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kronis yang ditandai xerosis, eczema kronis dan pruritus akibat paparan berulang dengan antigen. Minyak almond berasal dari buah almond (prunus dulcis) merupakan emolien yang kaya akan senyawa aktif asam lemak esensial, vitamin dan mineral lain yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi kandungan minyak almond dengan analisis in silico pada pengobatan DA. Senyawa aktif prunus dulcis diekstraksi dari database knapsack. Format simplified molecular input line entry system (SMILE) diambil dari basis data pubchem. Potensi perbaikan sawar, anti eczema, antiinflamasi dan antipruritus menggunakan pass server. Mekanisme molekuler senyawa aktif tubuh manusia diambil dari search tool for interacting chemicals (STITCH), diprediksi secara eksperimental, dianalisis komputasional dan analisis pathway dengan perangkat lunak cytoscape. Terdapat 17 senyawa aktif pada Prunus dulcis. Potensi tinggi sebagai antieczema diprediksi secara komputasi dan uji laboratorium, sedangkan potensi antiinflamasi, perbaikan sawar kulit dan antihistamin dalam uji laboratorium tidak terbukti, namun secara komputasional diprediksi efektif. Oleic acid dengan rerata kemungkinan aktif (Pa) 0,838 sebagai senyawa tertinggi antieczema. Minyak almond dipertimbangkan sebagai terapi topikal tambahan DA karena meningkatkan penetrasi terapi topikal lain, namun perlu diatur frekuensi pemakaiannya untuk mencegah keparahan gejala DA. ABSTRACT Atopic dermatitis (AD) is chronic inflammatory disease characterized by xerosis, chronic eczema and pruritus due to repeated exposure to antigens. Almond oil derived from almonds (Prunus dulcis) is emollient that rich in active compounds of essential fatty acids, vitamins and other minerals that are beneficial for maintaining healthy skin. Aim of this study to evaluate the content of almond oil by in silico analysis as treatment of AD. The active compound prunus dulcis was extracted from the knapsack database. The simplified molecular input line entry system (SMILE) format is taken from the pubchem database. Potential barrier repair, anti eczema, anti-inflammatory and antipruritic using pass server. The molecular mechanism of the active compounds in human body was taken from the search tool for interacting chemicals (STITCH), predicted experimentally, computationally analyzed and pathway using cytoscape software. There are 17 active compounds in Prunus dulcis. High potency as antieczema predicted computationally and in laboratory tests, while the potential for anti-inflammatory, skin barrier repair and antihistamines in laboratory tests was not proven, but computationally predicted to be effective. Oleic acid with average active probability (Pa) of 0.838 the highest antieczema compound. Almond oil considered as adjunct topical therapy for AD because increases the penetration of other topical therapies, but need to adjust the frequency of use to prevent the severity of AD symptoms.
Histiositosis sel Langerhans (HSL) adalah kelainan langka yang ditandai dengan akumulasi dan proliferasi sel dendritik (sel langerhans). Insidensi terjadi 2-9 kasus dari 1.000.000 anak per tahun, rata-rata kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 3 tahun. Kulit sebagai organ kedua yang paling banyak terlibat memberikan manifestasi klinis berupa krusta atau papul bersisik. Insidensi HSL cukup langka, tanda dan gejala yang bervariasi menyebabkan sulitnya mendiagnosis dalam waktu singkat. Seorang anak laki-laki usia 2 tahun datang dengan keluhan bintil kemerahan pada area kepala. Bintil kemerahan bertambah berat dan semakin meluas hingga bagian badan. Pemeriksaan fisik terdapat papul bersisik berwarna merah kecoklatan pada area kulit kepala, dahi, belakang telinga, leher dan trunkus. Pemeriksaan histopatologi menunjukan epidermis sebagian tersusun intak, dermis dengan sebukan sel histiosit, sel plasma, eosinofil, kesan sel mast dan leukosit PMN. Pemeriksaan imunohistokimia CD117 ditemukan sel langerhans pada sebagian sel dan ditemukan sel langerhans dengan pewarnaan CD117, CD-1a dan IHC S-100 dari trunkus anterior. Diagnosis HSL ditegakkan berdasarkan temuan histopatologi pada dermis terdapat sebukan sel histiosit dan imunohistokimia ditemukan sel langerhans. Pasien mendapat terapi sistemik berupa kemoterapi dan terapi topikal pada lesi kulit krim dengan krim mometason dan salep gentamisin pada area erosi. Pengamatan pada hari ke 30 perawatan pasien menunjukan perbaikan sistemik dan lesi kulit. HSL merupakan kasus jarang. Pemeriksaan biopsi histopatologi dapat menegakkan diagnosis definitif dengan ditemukannya morfologi sel langerhans atau granula Birbeck yang dikonfirmasi pemeriksaan immunofluoresen protein S100 positif, antigen CD1a atau langerin immuhistokimia dengan menggunakan mikroskop elektron. Berdasarkan keterlibatan organ HSL diklasifikasikan menjadi single sistem HSL dan multi sistem HSL. Tatalaksana bergantung pada kriteria klasifikasi HSL. Multi sistem HSL memiliki prognosis buruk karena keterlibatan organ berisiko dan regresi spontan jarang terjadi
Herpes zoster (HZ) merupakan penyakit neurokutaneus yang disebabkan oleh reaktivasi dan multiplikasi varicella zoster virus (VZV) pada ganglion yang terinfeksi. Karakteristik klinis HZ berupa ruam unilateral dermatomal yang terasa nyeri. Ruam berupa vesikel berkelompok, makulopapular dengan dasar kemerahan terlokalisasi pada daerah persarafan ganglion. Herpes zoster menjadi penyakit yang umum terjadi dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius yang memengaruhi kualitas hidup.
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis residif dengan beberapa faktor risiko yang memengaruhi antara lain genetik, sistem imunitas, lingkungan serta hormonal. Lesi kulit psoriasis berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan. Tata laksana psoriasis bervariasi tergantung dari derajat keparahan penyakit dan dapat berupa penggunaan obat topikal, sistemik, terapi sinar maupun terapi dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti mineral dan balneoterapi. Balneoterapi dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada psoriasis karena efektivitasnya terhadap perbaikan lesi psoriasis terutama tipe plak. Balneoterapi adalah teknik pengobatan tradisional dengan cara mandi, minum atau inhalasi menggunakan air yang mengandung mineral dan dapat menggunakan sumber mineral seperti air mineral, lumpur yang mengandung mineral (peloid) dan gas alam yang berasal dari mata air alami. Balneoterapi dapat mengurangi ketebalan stratum korneum dan lusidum, menurunkan jumlah limfosit, histiosit, granulosit dan eosinofil, meningkatkan permeabilitas kulit, mengurangi inflamasi, memperbaiki mikrosirkulasi serta sistem imun kulit serta dapat menurunkan cytokine proinflamasi pada penyakit psoriasis. Artikel ini bertujuan untuk membahas efektivitas modalitas balneoterapi sebagai terapi tambahan pada psoriasis sehingga dapat mempercepat terjadinya perbaikan klinis dan mengurangi terjadinya kekambuhan penyakit.
Latar belakang: Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik akibat Mycobacterium leprae yang mengenai terutama kulit dan saraf. Reaksi reversal ditandai dengan bercak eritematosa keunguan, bercak lama menjadi lebih tampak serta muncul bercak baru. Risiko silent neuropati dapat terjadi pada reaksi reversal sehingga diperlukan deteksi kerusakan saraf dini. Pemeriksaan histopatologi sebagai salah satu metode pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung diagnosis dan tipe MH secara tepat.Tujuan: Penulisan makalah ini bertujuan untuk melaporkan satu kasus reaksi reversal pada MH tipe borderline tuberkuloid berdasarkan tinjauan histopatologi Kasus: Seorang wanita, berusia 55 tahun mengeluhkan bercak kemerahan yang mati rasa pada regio fasialis, trunkus anterior et posterior, ekstrimitas inferior. Pasien memeriksakan ke dokter spesialis kulit dan mendapat terapi multi drug therapy (MDT) pausibasiler (PB) selama 3 bulan. Bercak kemudian menjadi lebih tampak dan bertambah disertai pengelupasan kulit, lecet, pembengkakan kedua tungkai. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) tidak didapatkan BTA. Pemeriksaan histopatologi pada lapisan epidermis tampak ortokeratosis tipe lamelar, atrofi epidermis dan pendataran rete ridge. Pada dermis tampak edema, granuloma dengan batas tidak tegas, histiosit epiteloid dan sel raksasa berinti banyak tipe langhans, tidak ada “gren zone”. Pada pengecatan FF tidak didapatkan BTA.Diskusi: Reaksi pada MH dapat terjadi sebelum, saat dan setelah pengobatan MDT ditandai dengan peningkatan inflamasi dan peninggian pada lesi sebelumnya. Keterlambatan dalam diagnosis dan tatalaksana pada MH dengan reaksi dapat menyebabkan kerusakan saraf yang berimplikasi pada disabilitas dan deformitas yang mempengaruhi kualitas hidup pasien.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.