Latar belakang: Makanan yang dikonsumsi selain sehat, bersih dan bergizi juga harus aman. Penjamah makanan memiliki peran penting dalam memastikan keamanan makanan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) tentang higiene dan sanitasi makanan pada penjamah makanan yang bekerja di kantin Universitas Andalas, Padang, Indonesia.Metode: Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan cross sectional study. Pengumpulan data pada tahun 2020 melibatkan 52 penjamah makanan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square CI 95%(α=0,05).Hasil: Hasil penelitian menunjukan 65,4% penjamah memiliki pengetahuan baik, 53,8% memiliki sikap baik dan 52% memiliki praktik baik tentang higiene dan sanitasi makanan. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (p= 0,003), pelatihan higiene dan sanitasi makanan (p=0,05), pengetahuan (p=0,005), dan sikap (p=0,006) dengan praktik higiene sanitasi makanan.Simpulan: Penjamah makanan lebih banyak yang memiliki pengetahuan, sikap dan praktik yang baik, namun beberapa aspek tindakan personal hygiene seperti penggunaan masker, sarung tangan dan celemek pada saat pengolahan dan penyajian makanan perlu ditingkatkan. ABSTRACT Background: The food consumed in addition to being healthy, clean and nutritious must also be safeFood handlers are crucial in guaranteeing food safety and preventing food illness. The purpose of this study was to compare food handlers' knowledge, attitude, and behaviors (KAP) on food hygiene and sanitation at Andalas University in Padang, Indonesia. Method: This study's design was quantitative, with a cross-sectional approach. Data were collected in 2020 involving 52 food handlers was assessed using a questionnaire. . The data were examined in univariate and bivariate mode using the chi square test with a 95 percent confidence interval (=0,05).Result: 65,4 percent of food handlers have adequate knowledge, 53,8 percent have a positive attitude, and 52 percent adopt appropriate food hygiene and sanitation methods. There is a significant relationship between education level (p=0,003), food hygiene and sanitation training (p=0,05), knowledge (p=0.005), and attitude (p=0,006) and food hygiene and sanitation behaviors.Conclusion: Even though the results show that there are more food handlers who have good KAP levels, some aspects on personal hygiene measures like use of masks, gloves and aprons during food processing and serving need to be improved.
<p><em>Operators have some risks in getting visual fatigue because they always work in front of the monitor. The objective of this research was to know factors related to the grievance of visual fatigue in computer operator workers. The design of this research was quantitative by using cross-sectional in control room a cement industry in Padang on September 2014 till January 2015. The variables were age, eye-resting, working periods, deviation refraction toward grievance on visual fatigue. The sampling technique is total sampling with the amount of 40 respondents. Data were collected by questionnaire. Data were analyzed in univariate and bivariate with 95%CI(α=0,05). The result of analysis showed 67,5% (>mean=0,44) operators experienced visual fatigue, 52,5% are old (>40 years), 55% working periods >3 years, 82,5% are never eye-resting(≤10 minutes/hours), 52,5% have deviation refraction. Statistical test result visual fatigue relationship with age (p-value=0,025), working periods (p-value=0.263), eye-resting (p-value=0.393), deviation refraction (p-value=0,025). There was a meaningful relation between age and deviation refraction with the grievance of visual fatigue. We do hope Company must oblige the workers to do eye-checking, pay attention to the pattern of rest at work and on each monitor installed with anti-glare</em></p><p><em><br /></em></p><p><em>Operator memiliki risiko mengalami keluhan kelelahan mata karena selalu bekerja di depan monitor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja operator komputer. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di ruang PT Semen Padang pada September 2014 hingga Januari 2015. Variabelnya adalah usia, istirahat mata, masa kerja, kelainan refraksi terhadap keluhan kelelahan mata. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan 95% CI (α = 0,05). Hasil analisis menunjukkan 67,5% operator mengalami kelelahan visual, 52,5% berusia tua (> 40 tahun), 55% masa kerja > 3 tahun, 82,5% tidak pernah mengistirahatkan mata (≤10 menit / jam), 52,5% mengalami kelainan refraksi. Hasil uji statistik hubungan kelelahan mata dengan usia (p-value = 0,025), masa kerja (p-value = 0,263), istirahat mata (p-value = 0,393), kelainan refraksi (p-value = 0,025). Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata. Diharapkan perusahaan mewajibkan para pekerja operator komputer melakukan pemeriksaan mata secara berkala, memperhatikan pola istirahat mata dan pada setiap monitor dipasang dengan anti-glare</em></p>
Jalan Bandar Buat merupakan jalan yang memiliki aktivitas kendaraan padat karena penghubung antarkota, memiliki pasar, dan SPBU. Hal ini berpotensi menyumbangkan gas CO dari kendaraan kepada pedagang toko di tepi jalan tersebut. Pengukuran konsentrasi CO disekitar Jalan Bandar Buat tahun 2019 adalah 2.549,9 µg/Nm3. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat risiko pajanan CO terhadap pedagang yang berjualan di sepanjang jalan depan pasar Bandar Buat Kota Padang Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode ARKL. Penelitian dilaksanakan pada November 2020-April 2021 dengan populasi pedagang 221 orang dan sampel 67 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling dan sampel udara diambil pada tiga titik pengukuran menggunakan impinger. Jumlah kendaraan hari “balai” dan biasa sebesar 19.726 dan 15.221, total beban polutan 428.016,4 g/km dan 324.069 g/km. Rerata suhu pada kedua hari penelitian sebesar 33,36oC dan 36,23oC menunjukkan dampak CO di udara ambient. Nilai RQ realtime maupun lifetime masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Pengukuran konsentrasi CO tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi populasi berisiko. Suhu di lokasi pengukuran berada diatas suhu normal sebagai efek CO. Pertambahan penduduk, kendaraan, dan industri menjadi ancaman 30 tahun kedepan. Diharapkan pemerintah dan masyarakat mengurangi kadar CO dengan penanaman vegetasi dan pengaturan shift kerja.
Latar belakang: Data Dinas Kesehatan Kota Pariaman berdasarkan uji laboratorium terhadap kualitas air minum dari Depot Air Minum Isi Ulang menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 50% air minum tidak memenuhi syarat untuk air minum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab buruknya kualitas Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.Metode: Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dilaksanakan di beberapa Depot Air Minum Isi Ulang, Dinas Kesehatan, dan beberapa Puskesmas di Kota Pariaman pada bulan Februari-Juni 2021. Informan berjumlah 9 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan 9 informan. Analisis data menggunakan transkripsi, reduksi, koding, kategorisasi, penyajian data dan interpretasi data faktor penyebab buruknya kualitas DAMIU di kota PariamanHasil: Rendahnya kualitas air minum isi ulang di Kota Pariaman disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pemilik atau pekerja mengenai higiene sanitasi di depot air minum isi ulang yang berdampak pada buruknya praktik higiene sanitasi dalam menjaga kualitas air minum. Hal ini juga sejalan dengan kurangnya sosialisasi dan edukasi dari Dinas Kesehatan setempat dan pihak terkait mengenai higiene dan sanitasi.Simpulan: Karena minimnya pengetahuan dan buruknya praktik higiene sanitasi oleh petugas Depot Air Minum Isi Ulang, maka Dinas Kesehatan harus selalu melakukan sosialisasi dan edukasi secara intensif dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas air minum isi ulang kepada setiap operator Depot Air Minum Isi Ulang. ABSTRACT Background: Data from Health Office of Pariaman City mentioned that based on laboratory tests on the quality of drinking water from Refill Drinking Water Depots showed that every year more than 50% does not meet requirements for drinking water. This study aimed to analyze factors of the bad quality of drinking Refill Drinking Water Depots Quality in Pariaman City, Indonesia. Method: This research is qualitative with a phenomenological approach which was carried out in several Refill Drinking Water Depots, Health Office, and several Public Health Center in Pariaman City in February-June 2021. There were 9 informants. Data were obtained by conducting in-depth interviews with 9 informants. Data were analyzed using transcription, reduction, coding, and categorization of data presentation and data interpretation about factors of the bad quality of drinking Refill Drinking Water Depots Quality in Pariaman City.Result: The low quality of refill drinking water in Pariaman City is caused by the low knowledge of the owners or workers regarding the sanitation hygiene of the refill drinking water in depots which has an impact on poor sanitation hygiene practices in maintaining drinking water quality. This is also in line with the lack of socialization and dissemination of information from the local Health Office and related parties regarding hygiene and sanitation.Conclusion: Since the lack of knowledge and poor sanitation hygiene practices by Refill Drinking Water Depot officers, the Health Office should always provide intensive and sustainable socialization and information dissemination to improve the quality of refill drinking water to every operator of Refill Drinking Water Depots
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.