<em>The Covid-19 pandemic that began in early 2020 has had serious impacts on various aspects of life globally, nationally and locally, including family planning program services in Indonesia. BKKBN, for example, carries out various policies to increase participation in family planning programs to maintain community welfare by anticipating the baby boom during the Covid-19 pandemic. Based on the results of the survey conducted, the interest of men to participate in becoming MOP contraceptive acceptors began to increase. This is certainly a progress where the awareness of men to participate in family planning programs is increasing. The increase in participants occurred because of ‘correct’ knowledge about family planning programs. Before the Covid-19 pandemic, many men and their families did not have adequate knowledge about vasectomy as a method of contraception. Consequently, this caused limited accessibility to contraceptive services and acceptance among men. The main objective of this paper is therefore to provide complete and clear information to men regarding the benefits, impacts and perspectives of applied ethical theology on the use of the vasectomy method of contraception. Methodologically, this study uses a qualitative method by collecting several journals and books related to the formulation of the problem and looking for possible equations to answer this research problem. The expected results are therefore a wider recognition of the important role of health workers, culture, and experienced family planning cadres, as well as a provision of knowledge and direction in socializing the vasectomy method, including understanding the theologically ethical perspectives of vasectomy as a method of contraception.</em> <br /> <br /><strong>Key words:</strong> Covid-19, Ethical Theological Perspectives, Family Planning Program, Men, Vasectomy.
Kaum homoseksual berharap masyarakat banyak menerima keberadaan mereka dan tidak lagi memberikan stigma negatif. Mereka juga berharap untuk mendapat perlakuan yang sama seperti kepada kaum heteroseksual, di mana mereka dapat menikah dengan pasangannya. Penelitian ini membahas tentang perspektif etis, yuridis dan teologis terhadap perkawinan sejenis. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Melalui penelitian ini diharapkan gereja mempunyai pemahaman dan tahu bagaimana harus bersikap terhadap kaum homoseksual dan tuntutannya untuk dapat melakukan perkawinan dengan pasangannya yang sejenis. Juga diharapkan kaum homoseksual dapat menyadari dan bertobat bahwa perilakunya tersebut adalah salah dan menyimpang secara etis, melanggar aturan secara yuridis bahkan perilakunya tersebut adalah dosa dihadapan Tuhan.
Abstrak Perintisan gereja tidak dapat dipisahkan dari misi, karena sebuah gereja dikatakan berkembang dan bertumbuh apabila gereja tersebut melakukan misi. Kegiatan gereja yang terhambat oleh karena pandemi yang terjadi tidak menghambat semangat gereja Tuhan sebagai "yang dipanggil keluar" untuk melakukan persekutuan orang-orang percaya. Dalam kesempatam ini komsel dibentuk dengan sasaran anak-anak muda usia sekolah yang diperlengkapi untuk menjangkau lingkungannya. Melalui zoom meeting diadakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta komsel akan firman Tuhan, pertumbuhan dan pendewasaan anggota juga merupakan sasaran daripada perintisan komsel ini. Kata Kunci: perintisan gereja, komunitas sel, misi
Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk dari segi agama, pernikahan beda agama sangat potensial untuk terjadi. Namun hingga saat ini pernikahan beda agama masih menjadi perdebatan di kalangan umat Kristen. Rasul Paulus dalam 1 Kor 7:12-16 menyatakan larangan untuk menceraikan pasangan yang tidak beriman. Penelitian bertujuan untuk menggali makna larangan menceraikan pasangan yang tidak beriman tersebut dan relevansinya bagi umat Kristen di Indonesia. Metode yang dipakai adalah pendekatan kualitatif studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) larangan Paulus untuk menceraikan pasangan yang tidak beriman karena keyakinan bahwa proses pengudusan terhadap pasangan tidak beriman tersebut dapat terjadi dalam pernikahan; 2) dalam kaitan dengan pernikahan, hal yang utama adalah terciptanya damai sejahtera; 3) pengajaran Paulus tersebut sangat relevan diterapkan di kalangan umat Kristen di Indonesia dalam bentuk penerimaan terhadap pernikahan beda agama, yang juga dapat dilihat sebagai bagian dari perwujudan damai sejahtera.
Transgender phenomena are often found in people's lives, especially in the field of work such as fashion, beauty salons, the world of entertainment and others. Many of them change their physique and appearance by performing medical procedures, namely surgery. In this study, the researcher formulates how the medical and theological perspectives on transgender are as a reference for the church in acting. The researcher used descriptive qualitative method with a literature review approach. The result of this research is that transgender is a sin from a theological perspective because it is not in accordance with biblical truth, and God is able to restore their souls without changing their physical bodies. Meanwhile, medically for cases where it is not clear what the gender is and requires medical action such as surgery, medically it must first be ascertained that the body and innate organs are not followed by psychological factors. The church must take Jesus as an example in the attitude of hating sin but loving sinners and helping these transgender people with pastoral care. ABSTRAKFenomena transgender banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat terutama pada bidang pekerjaan seperti fashion, salon kecantikan, dunia entertainmen dan lain-lain. Banyak dari antara mereka yang mengubah fisik dan penampilan dengan melakukan tindakan medis yaitu tindakan operasi. Dalam penelitian ini Peneliti merumuskan bagaimana perspektif medis dan teologis terhadap transgender sebagai acuan bagi gereja dalam bersikap. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kajian literatur. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa transgender itu dosa dipandang dari perspektif teologis karena tidak sesuai dengan kebenaran alkitab, dan Allah sanggup memulihkan jiwa mereka tanpa merubah fisik mereka. Sedangkan secara medis untuk kasus yang tidak jelas apa jenis kelaminnya dan membutuhkan tindakan medis seperti operasi maka secara medis harus dipastikan terlebih dahulu tubuh dan organ tubuh bawaan, bukan mengikuti faktor kejiwaannya. Gereja harus menjadikan Yesus sebagai teladan dalam bersikap yaitu membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa dan menolong kaum transgender ini dengan pendampingan pastoral. Kata Kunci: LBGT; Trangender, Iman Kristen, Sikap Gereja, Mengasihi Sesama.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.