Anemia khususnya pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional, sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak seperti daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsumsi telur terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen Semu dengan Rancangan one grup pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yaitu semua penderita anemia yang ada di Kelurahan Tanjung Ratu, besar sampel didapatkan menggunakan rumus Uji T Independen sebanyak 10, kemudian pengambilan sampel menggunakan teknik Consecutive sampling. Instrument yang digunakan penelitian ini dengan menggunakan lembar observasi, Lembar Standar Operasional Prosedur (SOP) dan alat pengukur Hb (Hb Meter). Peneliti melakukan analisis bivariat yaitu menggunakan uji paired test. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,001, dilakukan dengan mengkonsumsi 36 butir telur rebus yang diberikan selama 6 hari dengan pembagian 1 hari 6 butir telur rebus dimakan 2 pagi, 2 siang dan 2 malam. sebelum dilakukan penerapan terapi telur rebus di dapat nilai maksimum 11,7 gr/dl dan setelah dilakukan penerapan terapi telur didapatkan nilai maksimum 12,0 gr/dl. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi telur terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia di kelurahan Tanjung Ratu Lampung Tengah.
Latar belakang. Diare dapat menyebabkan kekurangan gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan kognitif. Gangguan gizi dapat terjadi karena asupan makanan yang kurang, atau kehilangan langsung karena kerusakan mukosa usus. Kehilangan protein melalui saluran cerna dapat dinilai dengan pemeriksaan kadar alpha 1 antitrypsin feses. Tujuan. Menilai perbedaan kadar alpha 1 antitrypsin feses berdasarkan tingkat keparahan diare akut pada anak. Metode. Penelitian cross sectional dari Januari-Juli 2017. Penelitian dilakukan di RSUP Dr M Djamil dan RS Yos Sudarso Padang. Tingkat keparahan diare dinilai menggunakan Vesikari clinical severity scoring system. Kadar alpha 1 antitrypsin feses diperiksa dengan cara ELISA. Analisis statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil. Dari 60 subjek penelitian, rerata kadar alpha 1 antitrypsin adalah 202,32±131,96 mg/dL. Kadar alpha 1 antirypsin feses pada kelompok tingkat keparahan diare ringan didapatkan 123,6 (87-295,1) mg/dL. Pada kelompok tingkat keparahan diare sedang 166,4 (23,8-332,9) mg/dL dan kelompok tingkat keparahan diare berat 268,6 (25,5-511,9) mg/dL. Uji analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan kadar alpha 1 antitrypsin feses yang signifikan pada setiap tingkat keparahan diare dengan nilai p=0,003. Kesimpulan. Terdapat peningkatan kadar alpha 1 anitripsin feses yang bermakna sesuai dengan tingkat keparahan diare. Sari Pediatri 2018;19(5):267-72Kata kunci: tingkat keparahan diare akut, kadar alpha 1 anttitrypsin feses, anak
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.