Nosocomial infections is an infection acquired in the hospital in patients treated for at least 72 hours (3x24 hours). Environmental infection caused by bacteria from an existing object within the hospital. Microorganisms are often potentially causing nosocomial infections are Proteus sp., Escherichia colii, Staphylococcus aureus, Candida albicans, and Pseudomonas aeruginosa. Objective: to know the most aerobic bacteria and the pattern of aerobic bacteria in Pediatric Intensive Care Unit at BLU Dr Prof. Dr R. D. Kandou. Methods: 24 swab samples were taken on the surface of the tool, treatment rooms and 6 samples of air space. Identification of bacterial cultures taken on an agar medium, gram staining and biochemical tests. Results: identified bacteria obtained 11 types of microorganisms, such as Bacillus subtilis, Staphylococcus sp., Enterobacter agglomerans, Serratia rubidaea, Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, Coccus Gram-negative, Klebsiella pneumoniae, Candida sp., Pseudomonas sp., Streptococcus sp. Conclusion: Gram negative bacteria are bacteria that are found in the Pediatric Intensive Care Unit. Staphylococcus sp., and Pseudomonas sp., a common bacteria that cause nosocomial infections with Staphylococcus sp., a bacterium that is most found.Keywords: bacteria, germs pattern, nosocomial infections, pediatric intensive care unit.Abstrak: Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit pada pasien yang dirawat paling tidak selama 72 jam (3x24 jam). Infeksi lingkungan yang disebabkan oleh bakteri dari benda yang ada dilingkungan rumah sakit. Mikroorganisme yang sering berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial adalah Proteus sp., Escherichia colii, Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Pseudomonas aeruginosa. Tujuan: mengetahui bakteri aerob terbanyak dan pola dari bakteri aerob tersebut pada Ruang Perawatan Intensif anak di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Metode: sampel diambil pada 24 usapan permukaan alat, ruangan perawatan dan 6 sampel udara ruang. Identifikasi bakteri dilakukan kultur pada media agar, pewarnaan gram dan uji biokimia. Hasil: bakteri yang teridentifikasi didapatkan 11 jenis mikroorganisme, yaitu Bacillus subtilis, Staphylococcus sp., Enterobacter agglomerans, Serratia rubidaea, Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, Coccus Gram negatif , Klebsiella pneumoniae, Candida sp., Pseudomonas sp., Streptococcus sp. Kesimpulan: bakteri gram negatif merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada Ruang Perawatan Intensif anak. Staphylococcus sp., dan Pseudomonas sp., merupakan bakteri tersering yang menyebabkan infeksi nosokomial dengan Staphylococcus sp., merupakan bakteri yang terbanyak ditemukan.Kata kunci: bakteri, pola kuman, infeksi nosokomial, ruang perawatan intensif anak.
Bacteria are the main cause of external ocular infection worldwide. Therefore, it is necessary to improve the treatment according to the cause of the infection in order to prevent the emergence of antibiotic-resistant bacteria. This study was aimed to identify the bacteria by using the Gram staining method in patients with external ocular infections. This was a descriptive study with a cross sectional design using bacterial culture of purulent secretion obtained from conjunctival and palpebral swabs in patients with external ocular infections at Manado Eye Hospital Manado. Based on the types of external ocular infections, conjunctivitis was the leading cause (50%), followed by keratitis (30%), blepharitis (13.3%), and keratoconjunctivitis (6.7%). Females were more frequeny than males (63.3% vs 36.7%). The youngest age in this study was 9 years and the oldest was 81 years, meanwhile, the most common age group was adults >40 years. The most common type of occupation was housewives. The results of bacterial culture were as follows: 19 samples showed no growth; 6 samples (54.5%) of Gram-positive bacteria in the form of staphylococcus, coccus, diplococcus; 3 samples (27.3%) of Gram-negative bacteria in the form of bacillus; and 2 samples (18.2%) of mixed Gram positive and negative bacteria in the form of bacillus and coccus. Conclusion: Gram-positive bacterium in the form of coccus is the most common cause of external ocular infection.Keywords: external ocular infection, bacteria, Gram staining Abstrak: Bakteri ialah penyebab utama infeksi mata luar di seluruh dunia. Pengobatan yang sesuai dengan penyebab infeksi dapat mencegah munculnya bakteri yang resistan terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri dengan menggunakan metode pewarnaan Gram pada penderita infeksi mata luar. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan kultur bakteri hasil swab sekret purulen dari konjungtiva dan palpebra pada penderita infeksi mata luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. Hasil penelitian mendapatkan bahwa jenis infeksi mata luar terbanyak ialah konjungtivitis (50%), diikuti oleh keratitis (30%), blefaritis (13,3%), dan keratokonjungtivitis (6,7%). Perempuan lebih banyak (63,3%) menderita infeksi mata luar dibandingkan laki-laki (36,7%). Usia termuda ialah 9 tahun dan tertua 81 tahun. Kelompok usia terbanyak ialah dewasa >40 tahun. Jenis pekerjaan ibu rumah tangga yang terbanyak dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Hasil proses kultur mendapatkan 19 sampel tidak menunjukan adanya pertumbuhan, 6 sampel (54,5%) bakteri Gram positif dengan bentuk staphylococcus, coccus, diplococcus, 3 sampel (27,3%) bakteri Gram negatif dengan bentuk bacillus, dan 2 sampel (18.2%) campuran bakteri Gram positif dan negatif dengan bentuk bacillus dan coccus. Simpulan: Bakteri Gram positif berbentuk coccus yang paling sering menjadi penyebab infeksi mata luar.Kata kunci: infeksi mata luar, bakteri, pewarnaan Gram
The world is in fear of the pandemic Coronavirus Disease (COVID-19) which is so deadly, the World Health Organization (WHO) declared the world a global health emergency. The number of confirmed cases is still very high until now, even in Indonesia this pandemic is still not over. The transmission is so fast and wide, plus the current clinical manifestations of COVID-19 have varied, ranging from asymptomatic to severe. This literature review aims to determine the Diagnostic of COVID-19 with the most appropriate Clinical Microbiology Laboratory Examination and to find out the importance of Clinical Microbiology Laboratory examinations in COVID-19 Diagnostics. The method used is in the form of literature studies from several scientific sources that are accurate and valid regarding the Diagnostic of COVID-19 with Clinical Microbiology Laboratory Examination. The results showed that Polymerase Chain Reaction (PCR) is the gold standard in detecting COVID-19 although there are several factors that can affect the results of the PCR examination which then cause false negatives / positives. Conclusion Clinical Microbiology Laboratory Examination is very important and very helpful. Diagnostic COVID-19 in the Microbiology Laboratory can be done by using Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen, RDT Antibody, PCR, and Virus Culture. Diagnostic COVID-19 with the recommended Clinical Microbiology Laboratory Examination and the gold standard is PCR examination. However, there are also several factors that can affect the results of the PCR examination.Keywords: diagnostic, COVID-19, Clinical Microbiology Laboratory Abstrak: Dunia sedang dalam ketakutan dengan pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) yang begitu mematikan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dunia sebagai darurat kesehatan global. Jumlah kasus yang terkonfirmasi masih sangat tinggi hingga saat ini, bahkan di Indonesia pandemi ini masih belum berakhir. Penularannya begitu cepat dan luas, sertta manifestasi klinis COVID-19 yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga parah. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui Diagnostik COVID-19 dengan Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik yang paling sesuai dan untuk mengetahui pentingnya pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik dalam Diagnostik COVID-19. Metode yang digunakan berupa studi pustaka dari beberapa sumber ilmiah yang akurat dan valid mengenai Diagnostik COVID-19 dengan Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan gold standard dalam mendeteksi COVID-19 meskipun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PCR yang kemudian menimbulkan false negatif/positif. Kesimpulan Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik sangat penting dan sangat membantu. Diagnostik COVID-19 di Laboratorium Mikrobiologi dapat dilakukan dengan menggunakan Antigen Rapid Diagnostic Test (RDT), Antibodi RDT, PCR, dan Kultur Virus. Diagnostik COVID-19 dengan Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik yang direkomendasikan dan menjadi gold standard adalah PCR. Namun, ada juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PCR.Kata Kunci: diagnostik, COVID-19, Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Nosocomial infection is an infection which occurs in the hospital caused by microbacteria from the hospital. Infection in neonatal is a serious issue in each hospital until today. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) is a care unit for newborn who needs special care. Nosocomial infection is often happening to babies in NICU. The objective is to determine the pattern of aerob bacteria causes nosocomial infection in Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. The research used descriptive method with prospective study. The amount of samples are 30 and was taken according to category of care room, room instruments, medical equipments and air. Based on the results, there are 11 species of bacterias included Bacillus subtilis 13 samples (43,3%), Serratia liquefaciens 4 samples (13,3%), Lactobacillus 3 samples (10%), Enterobacter agglomerans 2 samples (6,7%) and Klebsiella pneumoniae 2 samples (6,7%), Proteus mirabilis 1 sample (3,3%), Proteus vulgaris 1 sample (3,3%), Streptococcus non hemoliticus 1 sample (3,3%), Diplococcus 1 sample (3,3%), gram-positive Coccus 1 sample (3,3%) and gram-negative Coccus 1 sample (3,3%).Keywords: nosocomial infection, NICU, aerob bacteriaAbstrak: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit oleh kuman yang berasal dari rumah sakit. Infeksi nosokomial yang terjadi pada bayi baru lahir sampai saat ini merupakan masalah yang serius disetiap rumah sakit. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan unit perawatan untuk bayi baru lahir yang memerlukan perawatan khusus. Infeksi nosokomial sering terjadi terutama pada bayi yang mendapat perawatan di NICU. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial pada ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi prospektif. Sampel yang diteliti berjumlah 30 sampel dan di ambil berdasarkan kategori ruang perawatan, perabotan ruangan, peralatan medis dan udara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 11 spesies bakteri yaitu Bacillus subtilis 13 sampel (43,3%), Serratia liquefaciens 4 sampel (13,3%), Lactobacillus 3 sampel (10%), Enterobacter agglomerans 2 sampel (6,7%) dan Klebsiella pneumoniae 2 sampel (6,7%), Proteus mirabilis 1 sampel (3,3%), Proteus vulgaris 1 sampel (3,3%), Streptococcus non hemolitikus 1 sampel (3,3%), Diplokokus 1 sampel (3,3%), Kokus gram positif 1 sampel (3,3%) dan Kokus gram negatif 1 sampel (3,3%).Kata kunci: infeksi nosokomial, NICU, bakteri aerob
Kitchen of hospital to be a part or unit of a hospital that is not less important as other services in the hospital , because it provides direct services to patients through the food served by nutritional care . Nosocomial infections are infections that occur during hospitalization where the infection does not exist at the time of admission to the hospital . Infections that occur more than 48 hours after hospital admission . Most infections occur in hospitals is caused by external factors , ie diseases which spread from food and cutlery . Implementation of the food was less qualified health care, in addition to extending the treatment process can also cause cross-infections or nosocomial infections which can be through the cutlery and food . Purpose: To determine the presence of aerobic bacteria that can cause nosocomial infections in the kitchen of BLU Prof. Dr R. D. Kandou Manado .Method: This study was a prospective descriptive study that analyzed 24 samples on cutlery and 6 samples of food in kitchen of BLU Nutrition Dr Prof. Dr R. D. Kandou Manado. Result: From the results of this study were found 11 species of bacteria such as Bacillus subtilis (33,3%), a gram-negative cocci (10%) , Lactobacillus (10%), Enterobacter agglomerans (6,7%), Serratia rubidaea (6,7%), Providencia stuartii (3,3%), Serratia liquefaciens (3,3%), Providencia rettgeri (3,3%), Vibrio cholera (3,3%), Enterobacter cloacae (3,3%), Enterobacter aerogenes (3,3%).Conclusion: The conclusion of this study showed that the most commonly found bacteria was Bacillus subtilis (33,3%).Keywords: nosocomial infection, kitchen of hospital, bacteria.Abstrak: Instalasi gizi menjadi bagian atau unit kerja di rumah sakit yang tidak kalah pentingnya dengan pelayanan lain di rumah sakit, karena memberikan pelayanan langsung kepada pasien melalui makanan yang disajikan oleh asuhan gizi. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi selama perawatan di rumah sakit dimana infeksi tersebut tidak ada pada saat pasien masuk ke rumah sakit. Infeksi yang timbul lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit lebih disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya ke makanan dan alat makan. Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, selain memperpanjang proses perawatan juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokomial yang diantaranya dapat melalui alat makan dan makanan. Tujuan: Untuk mengetahui adanya bakteri aerob yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial di ruangan Instalasi Gizi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif prospektif yang dianalisis secara desktriptif pada 24 sampel alat makan dan 6 sampel makanan di ruangan Instalasi Gizi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil: Dari hasil penelitian ditemukan 11 spesies bakteri yaitu Bacillus subtilis (33,3%), Kokus gram negatif (10%), Lactobacillus (10%), Enterobacter agglomerans (6,7%), Serratia rubidaea (6,7%), Providencia stuartii (3,3%), Serratia liquefaciens (3,3%), Providencia rettgeri (3,3%), Vibrio cholera (3,3%), Enterobacter cloacae (3,3%), Enterobacter aerogenes (3,3%). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis (33,3%).Kata Kunci: infeksi nosokomial, instalasi gizi, bakteri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.