ABSTRAK
Myogenic low back pain merupakan suatu sindroma nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh ketegangan otot-otot di sekitar punggung bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorder. Tujuan penelitian ini untukmembuktikan perbedaan efektivitas antara intervensi slow stroke back massage dan William flexion exercise terhadappeningkatan kemampuan fungsional pada penderita myogenic low back pain.. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan pre dan post test control group design. Jumlah sampel sebanyak 36 orang yang dibagi menjadidua kelompok. Kelompok 1 diberikan intervensi slow stroke back massage dan Kelompok 2 diberikan intervensi Williamflexion exercise. Kedua kelompok mendapatkan intervensi microwave diathermy sebagai terapi awal. Pengukurankemampuan fungsional punggung bawah menggunakan MOLDBQ. Uji hipotesis menggunakan paired sample t-testdidapatkan hasil p=0,000 dengan selisih pre dan post 20,12±1,445 pada Kelompok 1, sedangkan pada Kelompok 2didapatkan hasil p=0.000 dengan selisih pre dan post 9.94±0.854. Uji perbandingan dengan independent sample t-testdidapatkan beda selisih p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa intervensi slowstroke back massage lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan fungsional dibandingkan dengan William flexionexercise pada penderita myogenic low back pain.
Kata Kunci: myogenic low back pain, slow stroke back massage, William flexion exercise, microwave diathermy,MOLDBQ
Pendahuluan: Cervical radiculopathy merupakan suatu kondisi klinis dimana terjadinya kompresi pada akar saraf yang menyebabkan perubahan fisiologis pada jaringan saraf. Tujuan Penelitian: membuktikan upper limb neurodynamic bilateral lebih menurunkan nyeri, meningkatkan range of motion (ROM) cervical, dan ekstensi elbow pada penderita cervical radiculopathy jika dibandingkan dengan neurodynamic ipsilateral. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post-test control group design menggunakan 24 orang sampel yang dibagi ke dalam 2 kelompok. Pada Kelompok 1 diberikan upper limb neurodynamic ipsilateral sedangkan Kelompok 2 diberikan intervensi upper limb neurodynamic bilateral. Intervensi diberikan sebanyak 12 kali. Pengukuran skor nyeri menggunakan numerical pain rating scale (NPRS) dan ROM cervical menggunakan goniometer dan tension nervus medianus diukur melalui ROM ekstensi elbow. Hasil: Perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok didapatkan pada pengukuran skor nyeri dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) pada pengukuran nyeri diam dan saat neurodynamic testing. Perbedaan yang bermakna juga ditemukan pada pengukuran ekstensi elbow dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Perbedaan yang tidak bermakna ditemukan pada pengukuran ROM cervical (ekstensi, rotasi, dan lateral fleksi ipsilateral) dengan nilai p = 0,377; 0,110; dan 0,342 secara berurutan (p > 0,05). Kesimpulan: upper limb neurodynamic bilateral lebih menurunkan skor nyeri dan menurunkan tension nervus medianus dibandingkan dengan upper limb neurodynamic ipsilateral dan tidak lebih meningkatkan ROM cervical pada penderita cervical radiculopathy.
Kata kunci: nyeri, ROM cervical, ROM ekstensi elbow, neurodynamic ipsilateral, neurodynamic bilateral, cervical radiculopathy
Agility is used by soccer athletes when passing opponents by dribbling the ball in order to score goals more easily. Body Mass Index (BMI) affects agility. Athletes who have a normal BMI have better agility which is useful for displaying their maximum abilities. Athletes with an abnormal BMI can result in decreased agility and an increased risk of injury. This study aims to determine the correlation between BMI and agility in soccer athletes in Melawi Regency.This research is an analytic observational study with a cross sectional approach. The sample of this study amounted to 105 people who were selected using non-probability sampling technique with purposive sampling method. Agility was measured by t-test, while BMI was measured by the result of body weight () divided by the square of height () adjusted by category.Based on the non-parametric chi-square analysis test, the results were p = 0.021 (p<0.05) which indicates that there is a significant correlation between BMI and agility, where the lower the BMI, the higher the agility. This is because the higher the BMI causes an increase in the load that can inhibit muscle contraction.Based on the results of the study, it can be concluded that there is a significant correlation between body mass index and agility in soccer athletes in Melawi Regency.
Keywords : Body Mass Index (BMI); agility; football athletes
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan intervensi ultrasound dan muscle energy technique lebih efektif daripada ultrasound dan mckenzie exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus low back pain non-spesifik. Tes yang digunakan adalah modified oswestry low back pain disability questionnaire untuk mengukuran nyeri fungsional. Menggunakan desain experimental dengan pre-test and post-test group design melibatkan sampel sebanyak 32 orang yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok 1 dengan perlakuan ultrasound dan muscle energy technique dan kelompok 2 dengan perlakuan ultrasound dan mckenzie exercise. Hasil Uji Hipotesis menggunakan independent sample t-test memperoleh hasil p = 0,000 dengan beda rerata pada kelompok 1 22,85(SB 4,348) sedangkan kelompok 2 didapatkan beda rerata 12,86(SB 2,797). Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan nyeri fungsional LBP non-spesifik yang bermakna antara kelompok perlakuan muscle energy technique dan kelompok perlakuan mckenzie exercise.Kata kunci: low back pain non-spesifik, modified oswestry low back pain disability questionnaire, ultrasound, muscle energy technique, mckenzie exercise
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.