AbstrakFatigue merupakan fenomena normal bagi setiap orang yang dapat dikurangi dengan istirahat maupun tidur. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan lama waktu tidur dengan akumulasi kelelahan kerja pada dosen. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 dengan desain cross sectional digunakan dalam penelitian terhadap 236 partisipan berasal dari 8 sekolah tinggi ilmu kesehatan swasta di Jawa Barat. Lama waktu tidur per hari diukur menggunakan kuesioner dan akumulasi kelelahan kerja diukur menggunakan instrumen self-diagnosis Check List for Assessment of Worker's accumulated fatigue. Rerata waktu tidur adalah 6,23±1,1 jam per hari). Hasil uji statistik menggunakan Product Moment didapatkan lama waktu tidur berkorelasi negatif dengan gejala kelelahan subjektif (r=-0,132; p<0,05), kondisi kerja(r= -0,169; p<0,05) dan akumulasi kerja (r=-0,173; p<0,05). Semakin tinggi lama tidur, maka semakin rendah kelelahan kerja yang terjadi. Kurangnya waktu tidur dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat pada kualitas hidup dosen dan dapat menyebabkan sakit. Untuk mengurangi akumulasi kelelahan kerja harus cukup waktu tidur dan beristirahat. (r=-0.132; p<0.05), working conditions (r=-0.169; p<0.05), and working accumulation (r=-0.173; p<0.05). The more sleep duration the lower job burnout. Long term sleepiness can be affected to quality of live. Adequat sleep one of best way to deal with job burnout problems. SLEEP DURATION AND ACCUMULATED FATIGUE IN LECTURE
Latar Belakang: Gangguan muskuloskeletal banyak dikeluhkan oleh penjahit yang bekerja di perusahaan dengan lama bekerja yang berkisar antara 6-8 jam per hari dan posisi statis. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan status gizi, masa kerja, dan sikap kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada penjahit yang bekerja di suatu perusahaan di Kota Bandung. Metode: Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, melibatkan 30 orang penjahit sebagai responden yang diambil secara total sampling. Pengukuran status gizi dengan bantuan timbangan berat badan dan microtoise, untuk sikap kerja diukur menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan gangguan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengeluhkan gangguan muskuloskeletal, sikap kerja yang berisiko dan status gizi dalam kategori gemuk. Responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa keluhan muskuloskeletal berhubungan dengan status gizi (p=0,001), masa kerja (p=0,000), dan sikap kerja (p=0,000). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar penjahit mengalami gangguan muskuloskeletal dan sikap kerja yang berisiko, oleh karena itu perlu dilakukan peregangan setiap 4 jam sekali pada saat bekerja dan perlu melakukan senam punggung setiap hari sebelum tidur.
Latar belakang: Anak stunting beresiko mudah sakit, untuk itu diperlukan asupan zat gizi yang dapat meningkatkan respon imun tubuh agar dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya. Zat gizi tersebut bisa didapatkan dalam vitamin dan mineral yang seimbang;Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan mikronutrien dengan riwayat penyakit infeksi pada balita stunting;Metode: : Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional di UPTD Puskesamas Limbangan Sukaraja Sukabumi, jumlah sampel 74 balita stunting usia 12-59 bulan, dipilih dengan proportional random sampling dari 4 desa. Data yang dikumpulkan meliputi: asupan mikronutrien yang diperoleh dari formulir recall 2 x 24 jam dan kuesioner riwayat penyakit infeksi, seperti: diare, ISPA dan kecacingan. Data dianalisis dengan uji analisis univariat, analisis bivariate menggunakan uji chi-square;Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan mikronutrien pada balita stunting termasuk dalam kategori kurang. Balita yang menderita infeksi sebesar 78,4%. Hasil analisis statistik disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan vitamin A, vitamin C, zat besi, zinc dan tembaga (p<0,05) dan tidak ada hubungan antara asupan vitamin B1, B6, B9 dan vitamin E dengan kejadian infeksi balita stunting (p>0,05). Semakin baik asupan mikronutrien pada balita stunting, maka kejadian infeksi semakin menurun. Simpulan: Kejadian infeksi pada balita stunting berhubungan dengan intake mikronutrien yang diperlukan untuk mempertahankan kekebalan tubuh.
Background: Fatigue is one of the risks of a decrease in the health status of the workforce. The risks that can be caused due to fatigue include a decrease in work motivation, low performance, low quality of work, many errors in work, low work productivity, causing work stress. Stress is a situation of emotional tension and pressure experienced by someone when facing many demands and obstacles that can affect one's emotions, thoughts and physical condition. Objective: The purpose of this study was to determine the relationship of work stress, age and years of work with subjective fatigue in the production department employees at PT. Sunrise Bumi Textiles, Bekasi City. Method: This study uses an analytical method with Cross sectional design. The number of samples is 57 people at the time of the entire shift. The sampling technique uses Proportional Random Sampling and Chi Square Test as statistical tests. This study used the IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) questionnaire and DASS 21 (Depression Anxiety and Stress Scale). Result: The results of the study revealed that there was a significant relationship between work stress and subjective fatigue p value = 0.0001. There is no relationship between age and subjective fatigue p value = 0.15, and there is no significant relationship between tenure and subjective fatigue p value = 0.263.Conclusion: Workers who suffered from work stress more easily become fatigue. Recommendation from this research is: conduct worker placement according to age and years of service, provide a control room to rest, provide drinking water at work, conduct training or training for new workers.
Background: Fatigue is a workplace accident that decreased efficiency and endurance at work. This study aims to determine the factors that influence work fatigue in tofu production workers at the Galih Dabeda Silk Tofu Factory Kampung Cibuntu Bandung. Method: The research was cross sectional design and sample in the form of total sampling with a total of 80 employees. Data collection is done through interviews and direct measurements. Data analysis was performed univariately and bivariately with chi square test and the magnitude of the relationship (OR). Results: Factors related to work fatigue are noise (p-value 0,0001) and lighting (p-value 0,0001), but heat stress (p-value 0.532; OR 1.045 95%; 0.987- 1,112) did not correlate with fatigue. Conclusion: The conclusion that can be drawn from this study is the noise and lighting associated with the occurrence of work fatigue in employees in the factory know, while the heat pressure is not proven to be associated with work fatigue. Suggestions that can be recommended are to provide alternating hours of rest for 30-60 minutes to employees, use personal protective equipment as needed and drink water at least 8-10 glasses a day or 160 - 200 ml of water in one day according to their respective needs the worker.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.