Yogyakarta is one of the destinations in Indonesia affected by the Covid-19. Currently, tourist objects in Yogyakarta are gradually starting to open to the public, and one of them is beach tourism, although it can lead to a new cluster risk of the spread of Covid-19. According to the Texas Medical Association, traveling to a beach is included in a moderate risk with a score of 5-6, and health protocols are still required. Applying the crisis management and crisis communication model of Coombs, J, Holladay, this study analyzes how tourism actors manage crisis communication at the beaches of Yogyakarta in the new normal era. A qualitative case study approach was used to illustrate that crisis communication management is an effort to manage a crisis to provide solutions to the beach tourism due to the Covid-19. Crisis management consists of stages, for example, pre-crisis, crisis, and post-crisis. Through these stages, tourism actors and tourists can determine steps they must prepare for during the Covid-19 crisis. In order to resolve the crisis during the pandemic, it is necessary to adopt new habits by tourism actors and tourists. New habits need to be communicated directly or through existing media because communication is essential in crisis resolution.
Artikel ini membahas fenomena keterpaparan hoaks vaksin COVID-19 pada warganet di Indonesia. Sejumlah penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa fenomena tersebut muncul sebagai akibat langsung dari derasnya arus informasi hoaks di media digital. Meningkatnya jumlah pengguna internet serta lemahnya pengaturan negara dalam mengawasi lalu lintas informasi digital dianggap telah menciptakan lingkungan yang menyuburkan konten hoaks. Kondisi ini menempatkan warganet pada situasi yang rentan terpapar hoaks vaksin COVID-19. Namun, berbeda dengan kesimpulan tersebut, penelitian ini menemukan bahwa tingkat literasi digital warganet memiliki peran yang paling signifikan dalam fenomena keterpaparan hoaks vaksin COVID-19. Dalam hal ini, penerimaan informasi oleh pengguna media digital (user) perlu dilihat sebagai proses pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh lingkungan-internal kognitif dirinya. Secara konseptual, seorang user yang mempercayai sebuah hoaks telah melewati proses membuat pertimbangan dan sampai pada tahap memutuskan satu pilihan sikap yang paling memuaskan bagi dirinya. Dengan menggunakan teori rasionalitas terbatas (bounded rationality), penelitian ini menjelaskan bagaimana keterpaparan informasi hoaks vaksin Covid-19 pada warganet berkaitan dengan keputusan mereka untuk mengakses informasi tersebut di media digital. Keterbatasan untuk mengoptimalkan sikap rasional ketika menanggapi informasi hoaks dan dampak negatifnya menyebabkan warganet cenderung menerima suatu info tanpa melakukan klarifikasi yang mendalam. Perilaku ini mendorongnya untuk mencari dan menerima informasi pendukung lain yang cenderung menguatkan narasi yang sudah dipercayai sebelumnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.