This paper is an analysis of various collective resources to consider the current practice of churches in Indonesia in connection with the Covid-19 pandemic. Government regulations have restricted social gatherings, including worship in churches, to break the chain of the spread of this deadly plague. Finally, worship was held online by adopting internet-based technology to carry out worship in their respective homes. This paper is qualitative research litera-ture to analyze the Covid-19 phenomenon from the perspective of Christian theology. As a conclusion, the church must see the pandemic outbreak as an opportunity to stimulate the rise of house churches through the government's social restriction policy regarding religious worship. The house church is typical of the church carried out by the early church in the Acts. Abstrak Paper ini adalah analisis berbagai sumber daya kolektif untuk mem-pertimbangkan praktik gereja-gereja di Indonesia saat ini sehubungan dengan pandemi Covid-19. Peraturan pemerintah telah membatasi pertemuan sosial, termasuk ibadah di gereja demi memutus rantai penyebaran wabah yang mematikan ini. Akhirnya, ibadah pun diadakan secara online dengan mengadopsi teknologi berbasis internet untuk melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Paper ini merupakan penelitian kualitatif literatur untuk menganalisis fenomena Covid-19 ini dari perspektif teologi Kristen. Sebagai kesimpulannya, gereja harus melihat peristiwa wabah pandemi ini sebagai kesempatan untuk menstimulasi bangkitnya gereja rumah melalui kebijakan pembatasan sosial dari pemerintah terkait ibadah keagamaan. Gereja rumah merupakan tipikal gereja yang dilakukan oleh gereja mula-mula di dalam Kisah Para Rasul.
Membentuk karakter kristen pada anak keluarga kristen kedengarannya tidaklah luar biasa karena tidak mungkin orang tua kristen akan membentuk karakter yang tidak sesuai dengan identitas orang tua. Karakter berguna dalam segala aspek kehidupan karena menjadikan orang berintegritas, berpengaruh dan menjadi saksi Kristus yang efektif. Namun kenyataannya begitu banyak anak-anak kristen yang memiliki karakter tidak baik, banyak orang kristen yang di penjara, bahkan anak pendeta yang menjadi batu sandungan dimana-mana.
Great comission is a mandate that Jesus gave to His disciples before He ascent to the heaven. This mandate has often been implemented to be a mere act of evangelization, how to make people believe in Jesus for their salvation sake. The world where church lived today has changed by applying advanced technology in all human life aspect, for generally called the era of digitalization. There were some different challenges and needs of todays church with the early church who received that mandate in the first century. Thus this is an article aimed to explain how to actualize a great commission according to Matthew 28:19-20 in a different world today, which called the era of digital. This article used a qualitative method with an analytical approach to the text of Matthew 28:19-20, and a descriptive of the era of digital today as a context of actualizing that great commission. As a conclusion, the church ought to apply the advanced technology with digitization to reach out people in the world where unreached yet.AbstrakAmanat agung merupakan sebuah mandat yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Perintah ini sering diimplementasikan dengan sekadar tindakan penginjilan, bagaimana membuat orang menjadi percaya Yesus demi keselamatannya. Dunia di mana gereja hidup sekarang telah berubah oleh karena kemajuan teknolgi yang merambah seluruh aspek hidup manusia, yang biasa disebut dengan era digitalisasi. Oleh sebab itu ada perbedaan tantangan dan kebutuhan yang dialami oleh gereja sekarang dengan gereja mula-mula di abad pertama. Maka dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mengaktualisasikan amanat agung dalam Matius 28:19-20 dalam konteks dunia di era digital. Artikel ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis atas teks Matius 28:19-20, dan deskriptif atas konsep dunia di era digital sebagai konteks untuk mengaktualisasikan amanat agung tersebut. Sebagai kesimpulan, gereja harus mengaplikasikan kemajuan teknologi digitalnya untuk menjangkau orang-orang yang selama ini belum terjangkau.
Abstract. The encounter between religion and culture receives resistance as it is considered as the syncreticsm. Acculturation approach, however, offers alternative contribution to the tension of leadership with its cultural features. Paul transformational leadership and Minahasa leadership philosophy are two discussion materials that potentially could donate insight with acculturative construction. The research question that lead this work was how is Pauline transformational leadership and Minahasan leadership philosophy acculturative construction? This research attempted to see possibities that could be an alternative contribution to cultural and Christian leadership discussion. This research involved to leadership tension with qualitative and ethnography approach. Sources such as book, article, and academic essay were combined with field interview. In sum, collaboration between Paul transformational leadership and Minahasa leadership philosophy offers a new modification and construction perspective, a continuity leadership and dichotomous with solid cultural identity.Abstrak. Perjumpaan antara agama dan budaya menerima resistensi karena dianggap sebagai realisasi sinkretisme. Namun pendekatan akulturasi menawarkan alternatif yang kontributif bagi gejolak krisis kepemimpinan bercorak budaya. Konsep kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan di Minahasa merupakan dua objek diskusi yang berpotensi menyumbangkan pemikiran baru jika dikonstruksikan secara akulturatif. Rumusan masalah yang menuntun penelitian ini adalah, bagaimana konstruksi akulturatif kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan Minahasa? Penelitian ini mencoba untuk melihat kemungkinan yang dapat menjadi kontribusi alternatif bagi diskusi kepemimpinan kultural dan Kristen. Penelitian ini mendekati problematika kepemimpinan dengan metode kualitatif dan etnografi. Sumber pustaka seperti buku, artikel dan naskah akademik lainnya dikombinasikan dengan hasil wawancara di lapangan. Sebagai hasilnya, kolaborasi konsep kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan Minahasa menawarkan sebuah modifikasi dan konstruksi baru, kepemimpinan yang kontinuitas dan terdikotonomikan dengan identitas budaya yang kuat.
AbstrakPeranan pak terhadap Lanjut usia merupakan sesuatu yang penting karena PAK diharapkan dapat mengarahkan para lansia mengaktualisasikan dirinya. Tujuan tulisan ini adalah untuk meneliti landasan Alkitab untuk PAK bagi lanjut usia agar menjadi pedoman dalam operasional program, meneliti keberadaan lanjut usia guna mendapat dasar penetapan program pelayanan dan merumuskan target pencapaian program PAK yaitu lansia yang mampu beraktualisasi diri didalam keluarga gereja dan lingkungan sosial. Kurikulum pembahasan berdasarkan tujuan tersebut harus bersifat sederhana dan tepat guna yang meliputi pokok-pokok iman kristen pendalaman Alkitab dan pendalaman yang efektif. I. PendahuluanManusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang "Sungguh amat baik" (Kej. 1), bahkan disebut sebagai ciptaan yang paling mulia..dibandingkan dengan ciptaan lainnya.Akan tetapi manusia jatuh kedalam dosa maka manusia mengalami kematian baik kematian secara rohani maupun kematian secara jasmani. Alkitab mencatat umur manusia dari waktu ke waktu menjadi semakin pendek sehingga pemazmur menuliskan bahwa umur manusia hanya sampai "...tujuh puluh atau delapan puluh tahun dan kebanggaanya adalah kesukaran dan penderitaan (Maz. 90:10)". Ditinjau dari sudut ini, maka seorang lansia sudah tidak memiliki kesempatan yang banyak dalam hidupnya. Oleh sebab itu para kurikulum PAK yang memadai agar mereka dapat maksimal menjalani hidup dimasa tua dan mempersiapkan diri ketika dipanggil Tuhan. II. Pokok BahasanPembinaan warga gereja atau jemaat bertitik tolak dari ilmu pendidikan agama kristen sebaiknya segala kesempatan belajar diselenggarakan oleh pelbagai wadah (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.