The method that uses microorganisms to increase oil recovery from reservoir rocks is called Microbial enhanced oil recovery (MEOR). Using this method, the microorganisms are injected to the reservoir and produce the metabolic product which is used in MEOR. There are 6 main metabolic products (bio-products) that can be effected to the reservoir fluid and rock. The 6 main bio-products are bio-surfactant, bio-polymer, bio-mass, bio-solvent, bio-gases and bio-acid. Every bio-product has a different effect on the reservoir and is produced by different microbes, with its purpose being to decrease the residual oil saturation that is left behind in the reservoir rock. Bio-surfactant can reduce the interfacial tension between oil and the formation water and bio-polymers control the mobility of water that is used in waterflooding. Biomass can plug the reservoir pores and then change the flow direction of fluid flow in the rock. Bio-gas increases reservoir pressure and then forces the oil out of the rocks. Bio-acid can dissolve rock particles and open pore mouths, thus increasing rock porosity and permeability and allowing more fluid to flow, especially in Limestone. A MEOR field trial was successfully applied at ‘X’ Field X in Indonesia, involves 10 wells. It can decrease oil viscosity, increase in Oil API Gravity and decrease of the oil pour point. Oil production rate increased from 8 to 66%. Scale is observed as a disadvantage of successful MEOR. The results from this field trial demonstrate that MEOR is potential and offers some benefit to increase oil production.
<p align="center"><span style="font-size: medium;">Abstrak</span></p><p>Lapangan Panas Bumi “S” merupakan lapangan panas bumi water dominated, lapangan ini sudah diproduksikan dengan satu unit PLTP dengan kapasitas terpasang 60 MWe. Dalam pengembanganya, akan dilakukan pembangunan PLTP Unit II. Tujuan dari penelitian ini adalah memodelkan reservoir <del datetime="2020-01-13T07:21"> </del>dengan bantuan software tough2 dan melakukan simulasi pengembangan lapangan “S” melalui pembangunan PLTP Unit II dengan penambahan lima sumur produksi. Metodologi yang digunakan dengan membuat pemodelan reservoir dengan bantuan software <em>tough2</em>. Pertama yang dilakukan menentukan grid yang akan dibuat, kemudian memasukan material, porositas, perme<span style="text-decoration: underline;"><ins datetime="2020-01-13T07:23"><span style="color: #008080;">a</span></ins></span>bilitas, konduktivitas panas dan <em>specific heat</em>. Kemudian melakukan inisialisasi dengan melakukan running selama enam puluh tahun. <em>H</em><em>i</em><em>story matching</em> data produksi tiap-tiap sumur dilakukan dengan merubah parameter permebilitas batuan reservoir sampai terjadi matching tekanan dan temperatur antara kondisi aktual dengan model. Setelah dilakukan <em>history matching </em>kemudian dilakukan pengembangan PLTP Unit II dengan menambah lima sumur. Dari hasil simulasi dengan pengembangan PLTP Unit II didapatkan kapasitas terpasang 55 MWe selama tiga puluh tahun<a href="file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/lia%20(1).docx#_msocom_1"><span style="font-family: Calibri;">[L1]</span></a><span style="font-family: Calibri;"> </span>.</p><p>Kata Kunci : Pengembangan,panas bumi, software though 2<ins datetime="2020-01-13T07:23"></ins></p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p><p> </p>
Menurut penelitian tahun 2014 oleh Silva et al., tumpahan minyak bumi (Oil Spill) merupakan salah satu dampak lingkungan yang serius dari kegiatan industri migas (petroleum industries). Salah satu upaya dalam mengelola tumpahan minyak tersebut yaitu dengan menggunakan bioremediasi berupa biosurfaktan. Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah telah menjadi tambang minyak bumi tradisional sejak tahun 1893. Dari tambang inilah banyak terjadi tumpahan minyak proses produksi. Penelitian yang dilakukan yaitu pengujian keefektifan biosurfaktan pada tanah tercemar Cepu dalam penurunan TPH, pH, dan logam berat. Metode yang dilakukan dengan cara mengaduk tanah tercemar dengan larutan osmosis murni, biosurfaktan, dan katalisator. Berdasarkan dari hasil pengujian, terjadi penurunan TPH dari 13,49% menjadi 9,39% dan penurunan tingkat keasaman dari 9,21 (basa) menjadi 7,16 (netral). Beberapa logam berat pada tanah mengalami penurunan namun beberapa pula justru mengalami peningkatan, seperti Ba dari kadar 249,6 ppm menjadi 302,9 ppm dan Se dari kadar 1,5 ppm menjadi 2,6 ppm. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan variabel kontrol seperti sifat fisik tanah, sehingga dapat dilakukan pengujian yang lebih optimal untuk sampel tanah tersebut.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.