Tujuan penelitian untuk mengembangkan LKPD Matematika berbasis Problem Based Learning Materi FPB dan KPK kelas V Sekolah Dasar. Pengembangan LKPD Matematika dilatarbelakangi oleh kebutuhan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah, kemampuan dalam berfikir kritis serta menumbuhkan rasa ingin tahu. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/R&D). Tahapan utama dalam penelitian dan pengembangan ini adalah (1) pengumpulan informasi dan penelitian pendahuluan; (2) perencanaan; (3) pengembangan produk; (4) pengujian terbatas, dan (5) revisi produk akhir. Populasi dalam penelitian ini adalah pendidik kelas V SD Negeri kecamatan Tegineneng. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Sampel penelitian adalah 3 (tiga) guru kelas V SDN 28 Tegineneng, SDN 20 Tegineneng, dan SDN 1 Tegineneng. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengembangan materi LKPD berbasis PBL di Sekolah Dasar sangat layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan hasil validasi ahli materi sebesar 92,17%, hasil validasi ahli desain sebesar 86,67%, hasil validasi ahli media sebesar 89,56% dan hasil tes kepada guru sebesar 92,13%.
The purpose of this research is to explore the students’ perception about the implementation of blended learning approach (BLA) in inclusive education course. Thirty (30) students participated in this research. The data collection was done by open interview to know students’ perception about the implementation of blended learning. The interview results were analyzed using context analysis techniques. Based on the data analysis, there are four catego-ries of students' attention, namely: display of learning management system (LMS); accessibility; the benefits and sustainability. Student perceptions of each category are: the LMS display on the web of 50.53% is appropriate and simple, but must be modified to make it easier for students to understand. The negative perception about accessibility of 69.57% indicates that internet access to the web is still unstable and slow. Positive perception about BLA benefit of 66.94% indicates good benefits to students especially in terms of adding learn-ing experiences, knowledge, variations of learning models and learning more flexible and independent. A positive perception of BLA sustainability of 66.18% indicates should be continued because it can increase students' learning interest, learn more modern, flexible and independent.
This research aimed to examine the effect of the application of contextual teaching and learning (CTL) approach to the enhance of mathematical critical thinking ability (MCTA) of Primary School Teacher Students (PSTS). This research is an experimental study with the population of all students PSTS who took algebra subject matter of one university in the city of Bogor. The results showed: (1) the increase of MCTA of student who receive CTL better than students who receive TTL; (2) There are differences in the increase MCTA between students in groups of high MPA, medium MPA, and low MPA, both the student who received the CTL and TTL; and (3) There is no interaction between learning factors (CTL and TTL) with MPA (high, medium and low) toward the enhance of MCTA.Keywords: Critical Thinking Ability in Mathematics, Contextual Teaching and Learning Approach, Prior Mathematical Ability DOI: dx.doi.org/10.22342/jme.61.53
Penyebab kematian ketiga tertinggi di Indonesia disebabkan karena tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Perlu langkah prefentif yang cepat karena jumlah korban yang cukup besar akan memberikan dampak ekonomi (kerugian material) dan sosial yang tidak sedikit. Upaya-upaya pengurangan kecelakaan tersebut dapat dilakukan apabila diketahui karakteristik dan penyebabnya. Untuk itu, kajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik kecelakaan dan penyebabnya. Data kecelakaan yang akan digunakan dalam analisis ini merupakan data kecelakaan di Indonesia pada tahun 2012. Analisis yang digunakan merupakan analisis kuantitatif deskriptif dengan menggunakan 5W dan 1H.Hasil analisis data kecelakaan di Indonesia pada tahun 2012 dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok “what” adalah tipe kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan adalah sepeda motor (65%). Kelompok “who” adalah karakteristik pelaku dan korban kecelakaan yang didominasi oleh usia produktif (71%), berjenis kelamin laki-laki(>53%), berprofesi sebagai karyawan swasta (>54%) dan tingkat pendidikan yang masih SLTA (>51%). Kategori “why” adalah faktor penyebab kecelakaan terdiri dari faktor manusia (kurang tertib), faktor kendaraan (rem blong sebanyak 27%), jalan (kurangnya fasilitas keselamatan dijalan sebanyak 50%) dan lingkungan (hujan 51%). Kategori “when” adalah waktu kejadian kecelakaan yang paling banyak terjadi 06.00-18.00 sebanyak 62%. Kategori “where” yaitu lokasi rawan kecelakaan terjadi pada daerah yang memiliki kecepatan ijin yang tinggi dan hambatan samping yang besar seperti jalan arteri 38%, jalan kabupaten (38%) dan kawasan permukiman (77%). Terakhir adalah kategori how. Tipe pergerakan kendaraan yang paling banyak menyebabkan kecelakaan yaitu tabrakan depan-depan (24%) dan depan-samping (22%). Kata kunci : karakteristik kecelakaan, penyebab, kendaraan bermotor
Latar belakang: Sebuah daerah dinyatakan memiliki permasalahan kesehatan masyarakat jika memiliki prevalensi stunting sebesar 20% atau lebih. Prevalensi stunting di Kalimantan Timur mencapai 29,6% dan didominasi oleh anak usia dibawah dua tahun pada tahun 2017. Samarinda memiliki prevalensi stunting melebihi 20%. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting, tetapi dibutuhkan penelitian terkait sarana sanitasi, perilaku penghuni dan kebiasaan CTPS ibu dengan kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada/tidaknya hubungan antara kualitas sarana sanitasi, perilaku penghuni, dan kebiasaaan CTPS ibu dengan kejadian stunting pada anak kelompok usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Baru, Samarinda.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian retrospektifdengan desain case control. Data dikumpulkan dengan wawancara semi-terstruktur dengan ibu balita menggunakan lembar kuesioner. Terdapat 19 sampel pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol yang dipilih menggunakan purposive sampling. Sehingga, total sampel: 38 dengan uji statistik chi square untuk kualitas sarana sanitasi dan perilaku penghuni; uji fisher untuk CTPS ibu.Hasil: Ada hubungan antara kualitas sarana sanitasi (p = 0,000; OR = 31,875; CI 95% = 5,093-199,480); perilaku penghuni (p = 0,000; OR = 18,417; CI 95% = 3,182-106,585) dengan kejadian stunting. Tidak ada hubungan antara kualitas CTPS yang dimiliki Ibu dengan kejadian stunting (p = 0,116; OR= 3,923; CI 95%=0,678-22,705). Namun ketiga variabel tersebut merupakan faktor risiko kejadian stunting karena memiliki OR>1.Simpulan: Kualitas sarana sanitasi dan perilaku penghunimemiliki hubungan dengan kejadian stunting dan merupakan faktor risiko. Kualitas CTPS ibu tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting tetapi merupakan faktor risiko. ABSTRACTTitle: Relationship Between Quality Of Sanitation Infrastructures, Human Behavior, Mothers’ Handwashes, To Stunting Rate For Children Age 6-24 MonthsBackground: A place is called as region which has chronic malnutrition problem if the prevalency of stunting children is equal to or more than 20%. In 2017, it was increased to 29,6%. It is dominated by the children under two years old. Samarinda also has prevalency of stunting children under two above 20%. There are lots of determinant factors which coud caused stunting, but more study is needed about sanitation infrastructures, human behavior, and and mothers’ hand washes.The aim or this research is to proof the relation of about sanitation infrastructures, human behavior, and and mothers’ hand washes to stunting status of children age 6-24 months in two districts which are the region of Puskesmas Harapan BaruMethods: This is a retrospective case-control study. Data were collected thorough semi-structure interview with mothers. The samples are 19 for each group, using purposive sampling.The total samples: 38. Chi square test was used to test the relationship of quality sanitation infrastructures; residents’ behaviour to stunting. Fisher test was used to exam the relationship of the mothers’ hand wash quality.Results: The quality of sanitation infrastructures (p = 0,000; OR = 31,875; CI 95% = 5,093-199,480); residents’ behavior(p = 0,000; OR = 18,417; CI 95% = 3,182-106,585) had relationship to stunting. The quality of mothers’ hand washes had no relationship to stunting with p= 0,116; OR= 3,923; CI 95%=0,678-22,705. However, three of them were risk factors of stuntingsince their OR>1.Conclusion: The quality of sanitation infrastructures; residents’ behaviour had relationship and were risk factors to stunting. The quality of mothers’ hand washes had no relationship, but still a risk factor to stunting.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.