Salah satu faktor kendala di kalangan petani jagung, yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani jagung di Indonesia adalah penyakit bulai atau downy mildew. Kerugian karena penyakit ini dapat mencapai kerugian hingga 90%. Pengendalian terhadap patogen tanaman saat ini masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik, padahal penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat menimbulkan berbagai macam dampak negatif. Dampak negatif penggunaan pestisida sintetik yang cukup besar bagi lingkungan salah satunya adalah terbunuhnya mikroorganisme non target seperti jamur dan bakteri antagonis yang berada ditanah terutama pada bagian rhizosfer tanaman. Oleh karena itu perlu ditindaklanjuti penelitian tentang jamur antagonis/non parasit bagi tanaman yang berasal dari perakaran tanaman jagung, sebagai pengendali terhadap infeksi patogen. Keanekaragaman mikroorganisme penting dalam keseimbangan ekosistem tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keanekaragaman mikroorganisme dengan tingkat serangan penyakit bulai tanaman jagung, dan mengetahui perbedaan keanekaragaman mikroorganisme rhizosfer pada areal tanaman jagung di lahan yang berbeda. Hubungan keanekaragaman mikroorganisme dengan tingkat serangan penyakit bulai tanaman jagung ialah semakin banyak jumlah keanekaragaman mikroorganisme pada areal tanaman jagung, maka semakin rendah tingkat serangan penyakit bulai. Sebaliknya, semakin rendah jumlah keanekaragaman mikroorganisme pada areal tanaman jagung akan semakin tinggi tingkat serangan penyakit bulai. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat di Desa Caruban sebesar 1,0983, sedangkan indeks keanekaragaman terendah terdapat di Desa Sumbersari sebesar 0,5505, dan tingkat serangan penyakit bulai terendah terdapat di Desa Caruban sebesar 0,96%, sedangkan tingkat serangan penyakit bulai tertinggi terdapat di Desa Sumbersari sebesar 50%.
<p>Wilt disease of <em>Solanaceae</em> caused by <em>Ralstonia solanacearum</em> reduce the crop quality and negatively affect the crop product. The objective of this research was to discover of endophytic bacteria formulation that effectively decreases bacterial which cause wilt disease on <em>Solanaceae</em>. The research consisted of purification of <em>Ralstonia solanacearum</em>, endophytic bacteria were obtained from the sample and the screening of endophytic bacteria using this following assay: antagonist assay, seedling assay and <em>in planta</em> assay. The results showed that in antagonist assay, the bacterial isolate code PS<sub>1</sub>, PS<sub>2</sub>, and PS<sub>8 </sub>could inhibit growth of <em>R. solanacearum. </em>From the seedling assay, it obtained that all of the isolates increased of percentage of germination, seed coating and powder formulation can decrease disease incidence of bacterial wilt disease.</p>
Formulasi granular Trichoderma sp. merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang diberikan pada tanaman berguna dalam penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman dan sebagai agens hayati. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh pemberian formulasi granular Trichoderma sp. sebagai biofertilizer pada tanaman cabai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Uji ini menggunakan lama simpan Formulasi Granular Trichoderma sp. berumur 7 minggu. Tahapan penelitian meliputi pembuatan suspensi Trichoderma sp., pembuatan formulasi granular Trichoderma sp. persiapan aplikasi formulasi granular pada tanaman cabai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi granular Trichoderma sp. dengan bahan pembawa kompos dapat berperan sebagai biofertilizer yang paling efektif dalam mempengaruhi tinggi, jumlah daun, dan berat kering pada tanaman cabai.
Utilization of the antagonist fungus Trichoderma sp. in suppressing damping-off disease caused by Rhizoctonia solani can be done in various ways. One of them is through coating the seeds or encapsulation. This study aims to determine the effectiveness of lettuce seeds encapsulation containing Trichoderma sp. in suppressing damping-off disease through storage time of up to 12 weeks. The results showed that the use of talc and kaolin as a material carrier in encapsulation with 1 week of storage had the highest germination rate of 96%, while the lowest germination was at 12 weeks of storage, which was only 0-5%. The use of talc carrier showed a low percentage of infected seedlings, starting from storage time of 0 to 8 weeks. At 8 weeks of storage, the provision of carrier material in the form of talc showed the lowest percentage of infected seedlings, which was 40% on the last day of observation and had the highest value of effectiveness in controlling Rhizoctonia solani damping-off disease, which was 60%. Thus, seed encapsulation using a talc carrier was the most effective in suppressing damping-off disease up to 8 weeks of storage
Jamur Peronosclerospora spp. penyebab bulai merupakan salah satu kendala dalam kegiatan budidaya tanaman jagung di Indonesia. Kerusakan yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. dapat mencapai 90-100% terutama pada varietas rentan. Kondisi lingkungan abiotik seperti suhu rendah dan kelembaban tinggi disertai adanya lapisan air pada permukaan daun dapat meningkatkan keterjadian penyakit. Teknik pengelolaan penyakit masih didominasi dengan aplikasi fungisida sintetis yang memiliki beberapa dampak negatif, seperti mematikan organisme non target, meningkatkan resistensi patogen serta pencemaran lingkungan. Akan tetapi, dampak tersebut dapat diminimalisir melalui kegiatan monitoring yang berperan sebagai kunci utama program pengelolaan penyakit terpadu. Kegiatan monitoring memudahkan proses analisis epidemiologi melalui pendekatan model matematika sehingga dapat diketahui pola perkembangan penyakit tanaman dan laju infeksinya sebagai dasar dalam menyusun strategi pengelolaan penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai model perkembangan penyakit bulai berdasarkan perbedaan varietas tanaman jagung dalam rangka mengevaluasi ketahanan tanaman jagung di Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan model yang mampu mewakili perkembangan penyakit bulai di Mojokerto adalah monit. Laju infeksi tertinggi dimiliki pada lahan yang menggunakan varietas P35 daripada lahan lain yang menggunakan varietas NK 6172. Kata kunci : Model, Bulai, Peronosclerospora spp., varietas, laju infeksi, jagung
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.