Life Expectancy is a tool for evaluating government performance in improving the welfare of the population in general, and improving health status in particular. Research on life expectancy is necessary, as life expectancy is an important indicator of health and economic development. The research aims to make the modeling of life expectancy of men and women in Indonesia based on health variables that exist in susenas 2016. This research is a research of secondary data with multiple linear regression analysis. There were 17 predictor variables analyzed for female AHH and 13 predictor variables for male AHH. Most of the variables are health variables. there are only 2 variables of all variables were signifi cant to female AHH. there are only 4 variables were signifi cant to male AHH The regression model shows that AHH has a higher constant than the male AHH. The results show that the variables that give signifi cant effect to the female AHH were the percentage of people who ever been hospitalized, Toddler age 0–2 year was still breastfed and the household using the toilet facility. For male AHH the signifi cant variables are Toddler age 0–2 year was still breastfed, household using the toilet facility, and residents using health insurance for inpatient and outpatient. Abstrak Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkankesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Penelitian mengenai AHH sangat diperlukan, mengingat Angka Harapan Hidup merupakan indikator penting pembangunan kesehatan dan ekonomi. Penelitian bertujuan untuk membuat pemodelan AHH laki-laki dan perempuan di Indonesia berdasarkan variabel yang ada di susenas 2016. Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan analisis regresi linier berganda. Terdapat 17 variabel prediktor yang dianalisis untuk AHH perempuan dan 13 variabel prediktor untuk AHH laki-laki. Sebagian besar variabel merupakan variabel kesehatan. Dari variabel tersebut hanya 3 variabel prediktor yang signifi kan terhadap AHH perempuan dan 4 variabel yang signifi kan terhadap AHH laki-laki. Model regresi menunjukkan AHH perempuan mempunyai konstanta yang lebih besar daripada AHH laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memberi pengaruh signifi kan terhadap AHH perempuan adalah persentase penduduk yang pernah rawat inap, Baduta masih ASI dan rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB). Untuk AHH laki-laki variabel yang signifi kans adalah Baduta masih ASI, rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB),serta penduduk yang menggunakan jaminan kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan.
The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) shows that the proportion of mental emotional disorders has increased compared to Risksesdas 2013 (9.8% from 6%), so that it has the potential to become a mental disorder that needs complex handling. The use of basic medicines for mental disorders in primary health care is limited due to the lack of competent and authorized health worker, besides the availability of medicines is very low. Research on Medicinal Plans and Herbs/Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) has been carried out since 2012 and has resulted in successfully identifying more than 4,000 species of medicinal plants. One of them is a medicinal plant that is empirically used to overcome mental emotional disorders. Ristoja is an ethnomedicine study that needs further investigation. The research aims to prioritize/rank potential of medicinal plants for mental emotional disorders. The study analyzed secondary data of Ristoja in 2012, 2015, and 2017. Data were selected using the Weighted Product (WP) method to assess the priority of medicinal plants to be carried out in the next stage of research. Subsequent analysis of the WP method is used to determine the peringkat of medicinal plants. The results of the analysis show that of the 22 plants that caried out a literature search, there were only 9 medicinal plants that had the potential for mental emotional disorders, and were a priority for research. These plants are 1) Moringa oleifera (Kelor); 2) Sesbania grandiflora (Turi); 3) Spondias mombin (Yellow mombin); 4) Mimosa pudica (Putri malu); 5) Ocimum tenuiflorum (Lampes); 6) Basilicum polystachyon (Sangket); 7) Cocos nucifera (Kelapa); 8) Citrus aurantiifolia (Jeruk limau); 9) Caesalpinia sappan (Secang). These plants mostly work to suppress the central nervous system. Plants that have entered piority for mental disorders, can be performed pharmacologically and acute toxicity tests, in accordance with the stages of the development of traditional medicine in Indonesia. Abstrak Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan proporsi gangguan mental emosional mengalami peningkatan dibanding Riskesdas 2013 (9,8% dari 6%), sehingga berpotensi menjadi gangguan jiwa yang perlu penanganan kompleks. Penggunaan obat dasar gangguan mental di pelayanan kesehatan primer dibatasi karena kurangnya petugas kesehatan yang kompeten dan berwenang, selain itu ketersediaan obat sangat rendah. Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) dilakukan sejak tahun 2012 dan telah berhasil mengidentifikasi lebih dari 4.000 spesies tumbuhan obat, salah satunya adalah tumbuhan untuk mengatasi gangguan mental emosional. Ristoja merupakan studi etnomedisin yang perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian bertujuan untuk melakukan prioritas/ peringkat tumbuhan obat berpotensi untuk gangguan mental emosional. Penelitian menganalisis data sekunder Ristoja tahun 2012, 2015, dan 2017. Data diseleksi menggunakan metode Weighted Product (WP) untuk menilai prioritas tumbuhan obat yang akan dilakukan penelitian pada tahap berikutnya. Analisis selanjutnya metode WP digunakan untuk menentukan peringkat tumbuhan obat. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 22 tumbuhan yang dilakukan penelusuran literatur, hanya ada 9 tumbuhan yang berpotensi untuk gangguan mental emosional, serta menjadi prioritas untuk dilakukan penelitian. Tumbuhan tersebut adalah:1) Moringa oleifera (Kelor); 2) Sesbania grandiflora (Turi); 3) Spondias mombin (Yellow mombin); 4) Mimosa pudica (Putri malu); 5) Ocimum tenuiflorum (Lampes); 6) Basilicum polystachyon (Sangket); 7) Cocos nucifera (Kelapa); 8) Citrus aurantiifolia (Jeruk limau); 9) Caesalpinia sappan (Secang). Tumbuhan tersebut sebagian besar bekerja menekan sistem saraf pusat. Tumbuhan yang sudah masuk prioritas untuk gangguan mental, dapat dilakukan uji farmakologi dan toksisitas akut, sesuai dengan tahapan pengembangan obat tradisional di Indonesia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.