ABSTRAKBencana tanah longsor di Indonesia semakin sering terjadi dari tahun ke tahun. Bencana tanah longsor telah terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 1 April 2017. Lokasi tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terletak pada zona kerentanan tinggi. Tipologi tanah longsor berupa longsoran bahan rombakan, yang kemudian ke arah bawah (Kali Tangkil) berkembang menjadi tipe aliran bahan rombakan. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor lokasi penelitian adalah: kelerengan, batuan dan tanah, rekahan/retakan batuan, konversi lahan, drainase dan keairan, curah hujan tinggi, dan aktivitas manusia. Dari kesemuanya faktor-faktor tersebut, yang paling dominan dan berpengaruh terhadap tanah longsor adalah: lereng yang curam, soil hasil pelapukan sangat gembur dan tebal, alih fungsi lahan dan curah hujan yang tinggi. Material longsoran tidak terkonsolidasi dengan baik sehingga masih mudah bergerak, dan kemungkinan pembendungan pada Kali Tangkil oleh material longsoran tersebut bisa berpotensi terjadinya banjir bandang. Beberapa permukiman yang berada di saekitar lokasi longsor mempunyai risiko tinggi dan sedang terhadap longsor, sehingga perlu dibangun kesiapsiagaan masyarakat, pembangunan sistem peringatan dini longsor serta untuk jangka panjang adalah relokasi jika memang kondisi semakin parah. Pertanian lahan kering pada lereng-lereng sebaiknya menggunakan pola agroforestry. Kawasan sub DAS berisiko longsor, sebaiknya dikembalikan fungsi lahan sebagai hutan konservasi atau hutan lindung seperti sebelumnya.Kata kunci: longsor, Ponorogo, curam, soil tebal, degradasi lahan, curah hujan tinggi, risikoABSTRACTLandslides in Indonesia are becoming increasingly frequent from year to year. A landslide disaster has occurred in Tangkil, Banaran Village, Pulung Sub-District, Ponorogo District, East Java Province on April 1, 2017. The location of landslides in Banaran Village, Pulung Sub-District, Ponorogo District, East Java, lies in the high vulnerability zone. The landslide typology is a debris slide, which then in the downstream direction (Tangkil River) develop into a type of debris flow. Factors that influence the occurrence of landslides in the study area are: slope, rock and soil, fracture, land conversion, drainage and irrigation, high rainfall, and human activities. Of all the influential factors, the most dominant factors for landslides are: steep slopes, weathered soil is very loose and thick, land conversion, and high rainfall. Landslide material is not well consolidated so that it is still easy to move, and the possibility of damming the Tangkil River by landslide material can potentially cause flash floods. Some settlements located near landslide locations have high and moderate risks of landslides, so community preparedness needs to be built, the establishment of landslide early warning systems and long-term relocation if the condition is getting worse. Dryland farming on slopes should use agroforestry patterns. Sub-watershed areas are at risk of landslides, the land should be restored as conservation forest or protected forest as before.Keywords: landslide, Ponorogo, steep slopes, thick soil, land degradation, high rainfall, risk
AbstrakKejadian bencana tanah longsor semakin sering terjadi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Banjarnegara. Bencana tanah longsor kembali menimpa warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada hari Jumat, 12 Desember 2014 jam 17.30 WIB. Tipologi tanah longsor yang terjadi adalah tipe rotasi, yang kemudian ke arah bawah berkembang menjadi aliran debris akibat material longsoran yang bercampur dengan massa air yang sangat jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor di Banjarnegara 12 Desember 2014 antara lain adalah: geomorfologi terbentuk oleh perbukitan di sedang sampai terjal, batuan penutup berupa soil berasal dari pelapukan batuan breksi vulkanik, terbentuknya rekahan batuan di bagian atas mahkota longsor, curah hujan yang sangat ekstrim, terbentuk mataair pada bagian atas dan tengah bukit, tataguna lahan yang sudah banyak berubah dan aktivitas manusia yang sudah menjarah daerah kritis. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor, tetapi dari hasil analisis ada tiga faktor utama penyebab terjadinya tanah longsor yaitu: terjadinya hujan ekstrim (lebat) selama tiga hari berturut-turut sebelum terjadi longsor, topografi pembentuk tanah longsor sangat terjal, tanah (soil) hasil pelapukan batuan sangat tebal dan bersifat menyerap air sehingga mudah jenuh. Berkaitan dengan hal tersebut sangat dibutuhkan berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana (PRB) untuk meminimalisasi jumlah korban baik jiwa maupun harta. Kata kunci: Tanah Longsor, Banjarnegara, Topografi Terjal, Soil Tebal, Curah Hujan Ekstrim, Pengurangan Risiko Bencana
Groundwater is one of the most important for human activities. The effects of land use and population changes in Bekasi area cause the degradation of groundwater quantity and quality. The aquifers potential in Cikarang and its surrounding as a study area are studied using geoelectric method. Geoelectric analysis can be measured the geometry of subsurface aquifer (thickness, depth, distribution, and structural geology). The aquifers in the study area are included of Bekasi Groundwater Basin System. The aquifers contain confined aquifer and unconfined aquifer. The thickness of unconfined aquifers less than 30 m, as lenses and bottom depth less than 40 m below of land surface. The thickness of confined aquifers is variation with maximum 80 m and the bottom depth 20-160 m below of land surface. The degradation of groundwater in Cikarang and its surrounding needs better groundwater management for sustainable development. Katakunci : potensi airtanah, akuifer, geolistrik, Cikarang
Bencana tanah longsor semakin sering terjadi akhir-akhir ini di Kabupaten Bogor termasuk di Kecamatan Sukajaya. Bencana longsor telah terjadi secara masif, menyeluruh dan waktu yang bersamaan di Kecamatan Sukajaya, pada tanggal 1 Januari 2020 . Kecamatan Sukajaya termasuk dalam zona bahaya tanah longsor tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor di Kecamatan Sukajaya, yaitu: kelerengan, kondisi geologi dan tanah, tataguna lahan, pola drainase, curah hujan, dan aktivitas manusia. Faktor dominan yang paling berpengaruh adalah: curah hujan harian yang ekstrim sebelum dan saat terjadi longsor, jenis batuan vulkanik yang membentuk tanah sangat tebal dan gembur, dan kemiringan lereng yang curam-sangat curam. Analisis berbagai faktor penyebab longsor, zonasi tanah longsor serta analisis mekanisme longsor, akan sangat membantu dalam pananganan dan antisipasi bencana ke depan. Penataan kawasan pasca bencana longsor sangat diperlukan untuk bisa mengurangi risiko bencana serta membangun kawasan yang aman berkesinambungan. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam penataan kawasan longsor tersebut antara lain adalah: daerah bekas dan rawan longsor dijadikan kawasan konservasi, relokasi penduduk yang terancam ke tempat yang aman, pengaturan drainase, penguatan tebing dan lereng jalan, menghindari tinggal pada lereng bukit serta alur sungai, penghijauan dengan tanaman yang keras dan berakar kuat. Pembentukan kesiapsiagaan masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk membentuk masyarakat yang tangguh terhadap bencana tanah longsor.
Karanganyar District is a hilly area with steep slopes, rock constituent of young volcanic deposits of Lawu Volcano products, thick soil and relatively high rainfall, so it is potential for large landslides in this region. The landuse in the Karanganyar District including the Tengklik Village is generally dominated by rice fields, seasonal gardens and settlements. Plantation made up in areas with steep topography has great influence on erosion and landslides. Similarly, many settlements are built on a slope so that the area is very vulnerable to the threat of landslides. In the rainy season landslides are common. The potential hazard of landslidesoccurred in 14 sub districts in Karanganyar District. Large landslides have occurred in Karanganyar on December 26, 2007 which claimed the lives of 62 people, with the greatest victims were in the Ledoksari Village, Tawangmangu. The Tengklik Village has already experienced creep type landslides, which have destroyed settlements, roads, seasonalgardens and all existing infrastructure in the area. In order to do the proper handling and anticipation of a catastrophic landslide, a variety of technological applications landslides using geographic information system (GIS) was then carried out, to detect the configuration of 2D geoelectrical subsurface prone areas for landslide risk study and regional planning.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.