Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di perairan pantai Lateri Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD), yang bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur komunitas ikan pada ekosistem padang lamun. Dalam penelitian ini terkoleksi sebanyak 288 individu dari 31 jenis dan 19 famili. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ekosistem padang lamun TAD memiliki potensi sumberdaya hayati ikan yang tinggi. Dengan komposisi jenis tertinggi dari jenis Syngnathoides biaculeatus yang dikenal sebagai ikan penetap atau ikan khas padang lamun. Nilai Indeks Dominansi 0,11 dan Indeks Keanekaragaman dengan kriteria sedang yaitu 2,59 serta Indeks Keseragaman 0,76 menunjukkan bahwa secara ekologi tidak terdapat spesies yang mendominasi dan struktur komunitas dalam kondisi stabil. Sehingga diperlukan upaya pengelolaan dan konservasi untuk mempertahankan kestabilan komunitas ikan beserta peranan ekologi ekosistem padang lamun sebagai tempat mencari makan, memijah, dan pembesaran bagi komunitas ikan. .
Structural complexity of seagrass bed including species composition and shoot density is argued to be an important factor determining fish assemblages. However statistical verification of such a relationship is possible only in areas with high species richness of seagrass and fish assemblages which is observed in tropical waters. Material for this study was collected in three seagrass beds with different structure in Inner Ambon Bay, Eastern Indonesia. This study provided evidence that higher structural complexity of seagrass bed was related to the higher richness, abundance, and biomass of fish. However, lower structural complexity of seagrass patch should not be underestimated because it provided different habitat for various stages of life in fish. Smaller fish preferred to occupy dense seagrass of dominant pioneer small-sized species (Halodule uninervis) and moved to the lesser dense bed of climax large-sized seagrass (Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides) with increasing their size. This finding is important for seagrass-fisheries management.
Fenomena pemanasan global dan menipisnya lapisan Ozon akibat peningkatan emisi gas rumah kaca secara berlebihan di atmosfer melalui penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi dan aktivitas manusia lainnya, telah berdampak negatif bagi keberlanjutan ekosistem pesisir dan lautan, diantaranya; (i) komunitas terumbu karang mengalami pemutihan (coral bleaching) sehingga menurunkan produksi perikanan karang (ii) meningkatnya radiasi ultraviolet-B yang masuk ke perairan sehingga menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton sebagai produsen primer dan penyerap CO2 terbesar di perairan laut, (iii) terancamnya hewan laut dari kepunahan akibat meningkatnya suhu dan penurunan salinitas perairan laut, dan (iv) naiknya permukaan laut akibat mencairnya es di kawasan kutub bumi dapat merendam kawasan pesisir dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Semuanya berpotensi mengancam keberlangsungan eksositem pesisir dan lautan sebagai penyangga kehidupan manusia. Untuk itu upaya menekan laju pemanasan global dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi tingginya tingkat deforestasi serta minimalisasi aktivitas lainnya yang menghasilkan emisi gas rumah kaca secara berlebihan merupakan tindakan nyata yang harus segera dilakukan sebelum semuanya terlambat.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2007 di Dusun Wainuru dan Batu dua, Desa Waai Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah yang berbatasan langsung dan masyarakatnya selalu melakukan penangkapan ikan di kawasan konservasi pulau Pombo. Tujuan penelitian untuk mengetahui keragaman jenis alat tangkap ikan berdasarkan indikator ramah lingkungan. Penelitian menggunakan metode survai dengan pendekatan studi kasus, melalui penentuan responden secara purposive dan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian ditemukan 8 jenis alat tangkap, termasuk dalam 4 kategori,yaitu; (1) Sangat Ramah Lingkungan (pancing), (2) Ramah lingkungan (bubu, jaring insang permukaan), (3) merusak (Jala, jaring insang dasar), dan (4) sangat merusak (bom, bius dan bameti).
The study was conducted in March -May 2011 Siganus canaliculatus memiliki jumlah komposisi jenis tertinggi sebesar 62,91 %. Nilai struktur komunitas berfluktuasi secara temporal, Indeks dominansi masuk kategori rendah, Indeks keanekaragaman masuk kategori sedang dan Indeks keseragaman masuk kategori labil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara ekologi ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram memiliki peranan penting sebagai daerah pemijahan, asuhan, pembesaran dan tempat mencari makan bagi komunitas ikan, sehingga diperlukan upaya pengelolaan dan konservasi untuk mempertahankan peranan ekologi padang lamun tersebut untuk keberlanjutan sumberdaya hayati ikan.
Kata kunci: padang lamun, komunitas ikan, perairan tanjung tiram, Teluk Ambon dalam
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.