Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menentukan daerah rawan bencana banjir yang terdapat di Kecamatan Denpasar Barat, dan faktor-faktor dominan penyebab terjadinya banjir di kecamatan Denpasar Barat. Adapun penelitian ini dilakukan di Kecamatan Denpasar Barat dan waktu dari penelitian dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020. Variabel dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel penentu seperti kemiringan lereng, kerapatan drainase, penggunaan lahan, curah hujan, dan Jenis tanah. Proses identifikasi daerah rawan bencana banjir dilakukan dengan cara pemberian skor/pembobotan pada masing-masing kelas yang memiliki bobot yang berbeda –beda dan sebelumnya sudah di klasifikasi terlebih dahulu menurut kelasnya masing–masing, Hasil dari penelitian ini adalah peta kerawanan banjir yang merupakan overlay dari peta kemiringan lereng, peta kerapatan drainase, peta penggunaan lahan, peta curah hujan dan peta jenis tanah. terdapat 4 kategori tingkat kerawanan banjir pada penelitian ini terbagi menjadi 4 bagian yaitu, Tidak Rawan Banjir, Kurang Rawan Banjir, Rawan Banjir, dan Sangat rawan banjir. Berdasarkan hasil yang diperoleh secara deskriptif dan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab terdahulu, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran daerah rawan bencana banjir serta faktor utama penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Denpasar Barat seperti banyaknya terdapat daerah terbangun atau permukiman sehingga rendahnya daya resap air hujan yang intensitasnya cukup tinggi, kemudian didukung dengan kerapatan saluran drainase yang buruk seperti terjadinya penyempitan pada bagian hilir disamping itu dominan wilayah kecamatan Denpasar barat merupakan bidang yang memiliki kontur yang mendatar ditambah lagi dengan kebiasaan buruk masyarakat dengan bembuang sampah rumah tangga ke saluran-saluran pembuangan air sehingga menyebabkan peluang terjadinya banjir semakin tinggi.
Kecamatan Nusa Penida merupakan wilayah di Bali yang memiliki karakteristik unik yang dilihat dari bentuk wilayah sumber daya alam hayati maupun non hayati selain eksistensi kebudayaan yang ada. Hal ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari berbagai kalangan untuk mengeksplorasi wilayah Nusa Penida. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida belum diimbangi dengan penataan dan pengelolaan dari Pemerintah setempat baik dari sarana maupun prasarana yang belum memadai dan Pentingnya pendataan terkait tingkat potensi objek wisata yang tersebar di Kecamatan Nusa Penida sebagai pedoman untuk pengelolaan dan strategi pengembangan tingkat potensi objek wisata di Kecamatan Nusa Penida. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan menggunakan teknik dokumentasi dan observasi dalam pengumpulan data. Objek dalam penelitian ini berupa sebaran tingkat potensi objek wisata. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif yang dikorelasikan dengan menggunakan teknik skoring. Teknik ini digunakan untuk mengetahui perolehan skor tertinggi dan skor terendah yang nantinya akan dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam kategori skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat 25 sebaran objek wisata, 6 diantaranya merupakan objek wisata yang memiliki tingkat objek wisata sangat berpotensi, 13 titik sebaran tingkat potensi objek wisata yang berpotensi dan 6 titik tingkat potensi objek wisata wisata yang tidak berpotensi. Selain itu masih terdapat banyak objek wisata yang perlu dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat untuk meningkatkan objek daya tarik wisata yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Desa Sakti memiliki lokasi objek wisata paling banyak sedangkan Desa Klumpu dan Desa Batumadeg hanya memiliki 1 lokasi objek wisata. Selain itu terdapat beberapa desa yang masih belum memiliki objek wisata yaitu Desa Ped, Kutampi Kaler, Kutampi, Batununggul, Suana dan Desa Sekartaji.
Melihat banyaknya lahan persawahan yang ada di Kabupaten Buleleng. Luas keseluruhan persawahan tidak di barengin dengan ketersediaan data tentang kondisi irigasi sehingga menjadi salah satu kendala. Selain itu rata-rata orang lebih sering menggunakan metode on screen. metode ini ternyata kurang akurat dengan kondisi di lapangan, berbeda dengan metode survei lapangan menggunakan GPS, data yang didapat dari hasil survei lapangan akan cukup akurat, karenan kita langsung terjun kelapangan dan kemudian akan secara jelas diketahuinya kondisi dari objek penelitianya. Metode yang digunakan yaitu metode deskriftif kualitatif yang dimana melakukan analisis data tersebut secara riil. Hasil dari penelitian yang didapat yaitu diketahuinya jaringan irigasi di Daerah Tukad Saba. Kondisi riil dari daerah irigasi Tukad Saba yaitu 43,6% kondisi dalam keadaan rusak ringan, 28,2% kondisi dalam keadaan rusak sedang, 28,2% kondisi dalam keadaan baik, dan 0% rusak berat dari 39 titik kondisi yang diambil saat survei lapangan
Permukaan tanah ialah bagian dari ruang yang keberadaannya terbatas, oleh sebab itu diperlukan pemanfaatan permukaan tanah yang terencana dan terkendali. Dilihat dari hal tersebut maka akan di lakukannya pemetaan situasi yang meliputi pengukuran Infrastruktur dan Pengukuran Topografi di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Ganesha yang berada di Provinsi Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. pemetaan yang lebih detail akan Membutuhkan teknologi yang lebih canggih yaitu pemetaan dengan menggunakan alat Total Station (TS). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memetakan lingkungan kampus UNDIKSHA Desa Jinengdalem dengan output yang di hasilkan berupa peta situasi dan untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan bm baru menggunakan RTK. Metode pada penelitian ini yaitu dengan Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat TS dengan metode pengukuran Terestris polygon tertutup. Hasil penelitian ini berupa peta situasi lingkungan, peta topografi, dan hasil koreksi perhitungan ketelitian
Sanitation is a part of an effort to produce conditions free from the emergence of disturbances and diseases. The local sanitation system (on-site) is a wastewater disposal system in which wastewater is not collected and channeled into a network of channels that will take it to a wastewater treatment plant or receiving water body but is disposed of on-site. This study aimed to determine the existing sanitation conditions in the residential area of BTN Grha Tegal Amertha and to map the adjustment of the sanitation disposal lines in the residential area of BTN Grha Tegal Amertha. This study used a qualitative method to conduct a field survey to look for visual images which would later determine the classification of good or bad sanitation disposal lines. Also, this study used a descriptive method to describe the adjustment of the sanitation disposal lines, namely where the appropriate sanitation lines are supposed to be based on the classifications and what recommendations can be given regarding the existing sanitation conditions. The results of this study regarding the existing sanitation conditions showed that the good sanitation disposal line conditions are at 17 points with an overall length of 38,280 cm and are recommended to be monitored regularly. The bad sanitation disposal line conditions are at 11 points with an overall length of 2,357 cm and are recommended to be repaired.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.