Proses elektroplating untuk pembuatan barang-barang kerajinan biasa dilakukan pada produk berbahan logam. Penelitian ini melakukan studi proses elektroplating logam tembaga pada material non-logam sebagai alternatif metode finishing produk kerajinan. Metode pelapisan ini dikenal dengan istilah electroforming. Electroforming dapat diaplikasikan pada berbagai hiasan-hiasan natural yang membutuhkan tampilan logam pada proses akhir. Material non-logam yang digunakan adalah kulit kerang dan lilin berbentuk cincin. Proses electroforming dilakukan dengan terlebih dahulu melapisi kulit kerang dan cincin lilin dengan cat grafit konduktif untuk selanjutnya dilakukan pelapisan logam tembaga menggunakan metode electroforming. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah tegangan dan durasi pelapisan. Tegangan yang digunakan adalah 1 volt dan 2,5 Volt, sementara durasi proses dilakukan selama 1200, 1500, dan 1800 detik. Tingkat efisiensi parameter proses diukur dengan membandingkan massa lapisan aktual dengan massa lapisan teoritis (Faraday). Pengamatan visual juga dilakukan untuk membandingkan kualitas pelapisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan paling baik didapatkan pada proses dengan tegangan 2,5 volt dan durasi pelapisan selama 1200 detik dengan nilai efisiensi sebesar 16,16 % untuk sampel kulit kerang dan 38,63 % untuk sampel cincin lilin.
<p>Emas merupakan logam mulia yang dapat dijadikan investasi karena nilainya terus naik dari waktu ke waktu. Barang – barang emas dapat berbentuk batangan, granula, lembaran, perhiasan dan benda seni. Penjaminan mutu kadar emas diatur dalam SNI 13-3487-2005 Barang – barang emas dan SNI 13-3771-1995 Barang – barang emas muda. Pada saat ini emas yang beredar memiliki kadar mulai 3,33% hingga 99,99% (<em>fine gold</em>). Terdapat nilai kadar emas yang belum diatur dalam ke-dua SNI tersebut yaitu barang-barang emas dengan kadar 13,14,15,dan 16 karat. Sehingga perlu dilakukan pengujian untuk melihat kesesuaian kadar emas yang terkandung dalam barang – barang emas yang beredar di pasaran serta peninjauan kembali terhadap metode uji yang ada. Penelitian ini membahas hasil kaji ulang SNI 13-3487-2005 Barang – barang emas dan SNI 13-3771-1995 Barang – barang emas muda sebagai dasar penyusunan SNI barang – barang emas yang baru. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi literatur, pengujian sampel barang – barang emas yang beredar yang diambil secara <em>purposive sampling</em>, kemudian dilakukan pengujian <em>fire assay</em> sesuai dengan SNI 13-3487-2005 Barang – barang emas dan ICP-OES sesuai dengan ISO 15093, <em>Jewellery — Determination of precious metals in 999 0 / 00 gold, platinum and palladium jewellery alloys</em> — <em>Difference method using ICP-OES</em>, kajian metode uji, dan penggalian informasi melalui rapat internal, rapat teknis dan rapat konsensus. Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa perlunya penggabungan dua SNI tersebut mencakup kadar 33,3% hingga 99,99%, menetapkan metode uji yang dipergunakan yaitu <em>fire assay</em> dan ICP-OES, dengan acuan normatif yang dipergunakan adalah standar ISO 11596 dan ISO 15039.</p>
Indonesia is one of wood craft producer. Indonesian crafts have been exported to many countries, such as Japan, Europe and America. Commonly, that crafts used chemical preservatives that identified not safe for environment. A lot of countries had banned the use of toxic preservatives such as arsenic and chromium-based preservatives. Therefore, it is important to use natural preservatives that are safer for human being and the environment. This research aimed to know the ability of Sambiloto (Andrographis paniculata) leaf extract to use as wood preservatives and to determine the preservative treatability of two woods, Mahoni (Swietenia mahogany) and Matoa (Pometia pinnata) woods as material for making interior products such as wooden batik crafts. Matoa and Mahoni wood were preserved by hot bath at temperature of ± 80oC using Sambiloto leaf extract with variation of concentration of 10%, 12.5% and 16.67% for immersion time of 1 hour, 2 hours and 3 hours. The retention value of each variation was calculated and compared with the preservative value for the interior product of SNI 03.5010-1.1999 (≥ 8 kg/m3). The results show that preservation of Matoa wood for indoor uses can be done using Sambiloto leaf extract with concentration of 12.5% and processing time of 2 hours. However, the retention values for Mahoni woods were lower than SNI for all treatment because of its extractive content that make it hard to be preserved.
batik is a process of attaching wax on to a fabric to block color. This process is done using a tool called canting. There are two kind of canting, writing canting and stamp canting, that is respectively use to make written batik and stamp batik. Stamp canting was made to accelerate the process of making batik fabric with the standards of batik itself. It was made using copper that is stacked in certain way and burned on a pile of charcoal to ensure the adhesive material (patri) melt. This research aims to accelerate the process of soldering stamp canting using engineered oven instead of charcoal. the oven engineered in this research uses Liquid Petroleum Gas (LPG) as the main heat source. It was made not only to accelerates the process, but also to make sure the consistency of the heat along the process of burning which will directly affecting the end product of stamp canting. The method used in this research includes: literature studies, field studies, oven engineering, making canting samples, test, and reporting. The result of this research shows the oven was able to reach the temperature to melt standardized patri on stamp canting, therefore able to be an alternative method in creating stamp canting.ABSTRAK batik adalah proses menempelkan lilin pada kain untuk merintang warna. Proses ini dilakukan menggunakan alat yang disebut canting. Ada dua jenis canting, canting tulis dan canting cap, yang masing-masing digunakan untuk membuat batik tulis dan batik cap. canting cap dibuat untuk mempercepat proses pembuatan kain batik sesuai dengan standar batik itu sendiri. canting cap dibuat menggunakan tembaga yang ditumpuk dengan cara tertentu dan dibakar di atas tumpukan arang untuk memastikan bahan perekat (patri) meleleh. Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat proses pelelehan patri canting cap menggunakan oven rekayasa tanpa arang. Oven yang direkayasa dalam penelitian ini menggunakan Liquid Petroleum Gas (LPG) sebagai sumber panas utamanya. Oven ini dibuat tidak hanya untuk mempercepat proses, tetapi juga untuk memastikan konsistensi panas sepanjang proses pembakaran yang secara langsung akan mempengaruhi produk akhir canting cap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: studi literatur, studi lapangan, rekayasa oven, pembuatan sampel canting, percobaan, dan pelaporan. Hasil penelitian menunjukkan oven mampu mencapai temperatur yang dibutuhkan untuk melelehkan patri standar pada canting cap, maka oven dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam pembuatan canting cap.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.