Pasar domestik batik mengalami kelesuan pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan kurangnya pemasaran dan kesulitan dalam mendapatkan bahan baku kain dan pewarna. Salah satu cara peningkatan pasar domestik batik adalah dengan cara menggencarkan pemasaran dan memenuhi keinginan konsumen. Masing-masing konsumen memiliki persepsi kualitas batik berdasarkan berbagai latar belakang yang dapat dipenuhi perajin tanpa meninggalkan batik yang sebenarnya. Penelitian ini akan membahas secara spesifik mengenai batik tulis. Batik tulis merupakan tekstil kerajinan yang dikerjakan menggunakan malam panas dengan canting tulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk batik tulis. Penelitian ini menggunakan teknik sampling acak untuk mendapatkan data persepsi konsumen batik yang ada di pameran batik "Batik to the Moon". Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsumen batik menginginkan batik tulis dengan bahan kain yang nyaman, tapak canting yang rapi, motif yang menarik, dan pewarnaan yang berkualitas, sehingga hal tersebut perlu dipersyaratkan dan dipenuhi oleh produsen.
ABSTRAKKertas seni merupakan kerajinan tangan dengan bahan dasar berbagai macam tanaman berserat. Serat pisang abaka, serat jerami dan serat padi telah mampu diolah menjadi kertas seni secara mandiri tanpa bahan perekat tambahan. Selama ini industri kertas seni yang ada sebagian besar menggunakan bahan baku pelepah pisang raja, pisang abaka, jerami, serat padi dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan keanekaragaman bahan baku, di antaranya dengan memanfaatkan material dari rumput laut maupun limbah rumput laut limbah pewarna alam tekstil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter kertas seni yang terbuat dari limbah pewarna alam dari rumput laut Sargassum sp. dan Ulva serta kombinasinya dengan material serat pisang abaka. Bahan baku pelepah pisang abaka dan limbah rumput laut diolah dengan cara pencacahan dengan ukuran 2-3 cm, direbus dengan soda api selama 2 jam, kemudian disaring dan didinginkan. Bahan kemudian saling dikombinasi dan dijadikan pulp menggunakan mesin blender. Pulp kemudian dicetak dan dianalisis secara fisik. Limbah rumput laut jenis Sargassum sp. dan Ulva dalam keadaan murni (100%) tidak dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk kertas seni, dikarenakan kandungan selulosa yang masih di bawah 40% sehingga kertas yang dihasilkan dari proses pencetakan bersifat rapuh, mudah sobek dan tidak rekat antara satu dengan yang lain. Sedangkan kertas dengan campuran serat pisang abaka, menghasilkan kualitas kertas seni dengan kekuatan fisik yang lebih baik daripada kertas seni murni dari rumput laut Sargassum sp. dan Ulva.
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian aplikasi ekstrak kulit buah kakao pada batik yang bertujuan untuk mengetahui kualitas zat warna alam dari limbah kulit buah kakao untuk pewarnaan batik. Penelitian ini dilakukan dengan variasi suhu ekstraksi (60, 80 dan 100 ºC), variasi pH ekstraksi (asam pH 4, basa pH 10 dan netral pH 7), variasi waktu ekstraksi (1, 2 dan 3 jam), dan variasi jenis kain (katun dan sutera). Ekstrak diaplikasikan sebagai pewarna batik, kemudian di uji visualisasi warna dengan pantone color tekstil dan aplikasi encycolorpedia, uji ketuaan warna, uji beda warna (CIE L*a*b*) dan uji ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian 40 ºC. Pengaruh perlakuan variasi suhu, pH dan waktu ekstraksi, terhadap perolehan nilai ketuaan warna dan uji beda warna L*,a*,b*, pada batik kain katun dan sutera cukup berpengaruh secara signifikan, nilai ketuaan warna dan uji beda warna yang paling tinggi pada hasil perlakuan ekstraksi pada suhu 100 ºC, pH basa 10, dan waktu ekstraksi 3 jam. Hasil uji ketahanan luntur warna nilai rata-rata 4-5 menunjukkan kategori baik serta warna yang dihasilkan adalah darksalmon yang mengandung unsur arah warna merah dan kuning.
Sejak diakuinya Batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, perkembangan industri batik mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Pada saat ini peralatan utama untuk membatik (kursi, gawangan, canting, kompor, meja cap, canting cap, wajan cap, dan lain-lain) masih menggunakan peralatan batik yang lama, yang belum diteliti mengenai usability dan safety-nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ukuran kursi dan gawangan pembatikan yang beredar di pasaran apakah telah sesuai dengan kebutuhan pembatik dan sesuai dengan konsep ergonomi. Pengumpulan data kursi dan gawangan dari berbagai tempat industri batik. Data yang diperlukan diwakili oleh N = 30 buah. Data-data ini kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode histogram. Penggunaan kursi pembatikan di industri batik masih sangat jauh dari kondisi ideal (minimum tinggi 370 mm, lebar 380 mm dan kedalaman 380 mm). Ukuran tinggi kursi pembatik yang ada, rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm , lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm, dan tanpa menggunakan sandaran punggung.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.