ABSTRAKPenelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit dan kakao sebagai bahan pewarna pada batik bertujuan untuk menggali sumber daya alam limbah perkebunan yang belum dimanfaatkan dan mencoba bahan baku baru untuk pewarna batik. Limbah perkebunan cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao merupakan sisa hasil proses pengolahan yang tidak termasuk dalam produk utama yang dianggap berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Kegiatan ini dibatasi pada pengambilan zat warna dari cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao dengan memakai pelarut air dan pelarut organik. Zat warna alam yang diperoleh digunakan sebagai pewarna pembatikan pada kain katun dan sutera. Fiksasi dilakukan dengan tiga jenis fiksator yaitu tawas, kapur dan tunjung. Pewarnaan dilakukan pada kain katun dan sutera dengan sistem celupan dingin sebanyak enam kali. Pengujian dilakukan terhadap ketahanan luntur warna akibat pencucian dan gosokan, arah dan beda warna. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan rata-rata menunjukan hasil cukup sampai baik sekali (3-5). Nilai kelunturan warna terhadap pencucian pada kain katun dengan pewarna cangkang kelapa sawit lebih baik daripada kulit buah kakao. Arah warna cangkang kelapa sawit menunjukkan warna coklat muda sampai coklat tua, sedang kulit buah kakao memberikan arah warna abu-abu sampai coklat tua. Pembacaan uji beda warna diperoleh rata-rata warna berada pada daerah antara kuning ke merah.
Pasar domestik batik mengalami kelesuan pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan kurangnya pemasaran dan kesulitan dalam mendapatkan bahan baku kain dan pewarna. Salah satu cara peningkatan pasar domestik batik adalah dengan cara menggencarkan pemasaran dan memenuhi keinginan konsumen. Masing-masing konsumen memiliki persepsi kualitas batik berdasarkan berbagai latar belakang yang dapat dipenuhi perajin tanpa meninggalkan batik yang sebenarnya. Penelitian ini akan membahas secara spesifik mengenai batik tulis. Batik tulis merupakan tekstil kerajinan yang dikerjakan menggunakan malam panas dengan canting tulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk batik tulis. Penelitian ini menggunakan teknik sampling acak untuk mendapatkan data persepsi konsumen batik yang ada di pameran batik "Batik to the Moon". Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsumen batik menginginkan batik tulis dengan bahan kain yang nyaman, tapak canting yang rapi, motif yang menarik, dan pewarnaan yang berkualitas, sehingga hal tersebut perlu dipersyaratkan dan dipenuhi oleh produsen.
Morinda citrifolia) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pra mordan pada pewarnaan batik menggunakan akar mengkudu (Morinda citrifolia). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan variasi bahan pra mordan (tawas, tawas-jambal, tawas-kemiri) dan pH pencelupan (asam, basa, netral). Batik yang telah diwarnai dengan ekstrak akar mengkudu kemudian diuji arah dan ketahanan luntur warnanya. Dari pengujian didapatkan hasil arah warna batik cokelat kemerahan sampai cokelat muda, sedangkan nilai rata-rata ketahanan luntur terhadap pencucian adalah 4 (baik) dan gosokan basah 4 (baik). Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa penambahan kayu jambal dan kemiri sebagai bahan pra mordan dibarengi pengaturan pH pada pewarnaan batik dengan ekstrak akar mengkudu memberikan variasi arah warna serta nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan basah dengan hasil rata-rata baik. Perlakuan dengan pra mordan tawas-kemiri dengan kondisi derajat keasaman netral memberikan hasil paling baik pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Kata kunci: pra mordan, akar mengkudu, ketahanan luntur warna, arah warna, batik
ABSTRAK Lilin batik (malam) biron merupakan jenis lilin batik yang digunakan pada proses mbironi (menutup sebagian ornamen pokok atau ornamen tambahan pada kain batik yang sudah berwarna). Proses mbironi memiliki peranan penting pada kualitas produk batik yang dihasilkan. Banyaknya produk batik warna alam yang memiliki kualitas kurang baik, dikarenakan terdapat rembesan warna akibat kurang baiknya kualitas lilin biron yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin biron yang baik untuk produksi batik warna alam. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen acak menggunakan variasi komposisi bahan baku lilin biron yaitu paraffin dan lilin bekas. Prototipe lilin biron kemudian diaplikasikan pada kain katun dan sutera. Pengujian lilin biron meliputi uji titik leleh, identifikasi ketajaman motif dan warna, serta uji pelepasan lilin batik (pelorodan). Dari hasil penelitian diperoleh lilin batik biron yang mempunyai kualitas terbaik untuk kain katun adalah dengan formula 1 bagian kote, 5 bagian parafin, dan 4 bagian lilin batik bekas, adapun komposisi terbaik lilin batik biron untuk kain sutera dengan formula 2 bagian gondorukem, 5 bagian parafin, 14 bagian lilin batik bekas dan 1 bagian kendal. Kata kunci: lilin batik biron, zat warna alami, komposisi, batik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.