2016
DOI: 10.22322/dkb.v33i1.1119
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pemanfaatan Zat Warna Alam Dari Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kakao Sebagai Bahan Pewarna Kain Batik

Abstract: ABSTRAKPenelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit dan kakao sebagai bahan pewarna pada batik bertujuan untuk menggali sumber daya alam limbah perkebunan yang belum dimanfaatkan dan mencoba bahan baku baru untuk pewarna batik. Limbah perkebunan cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao merupakan sisa hasil proses pengolahan yang tidak termasuk dalam produk utama yang dianggap berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Kegiatan ini dibatasi pada pengambilan zat wa… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
3
0
17

Year Published

2018
2018
2021
2021

Publication Types

Select...
7

Relationship

2
5

Authors

Journals

citations
Cited by 12 publications
(20 citation statements)
references
References 1 publication
0
3
0
17
Order By: Relevance
“…The measurement was in the same wavelength 400 nm. Coloring with palm shells and cocoa shells provided a reddish brown color with lime mordant and greenish black with ferrous sulfate mordant (Pujilestari et al, 2016). Figure 1.…”
Section: Results Of Dyeing and Color Intensitymentioning
confidence: 99%
See 1 more Smart Citation
“…The measurement was in the same wavelength 400 nm. Coloring with palm shells and cocoa shells provided a reddish brown color with lime mordant and greenish black with ferrous sulfate mordant (Pujilestari et al, 2016). Figure 1.…”
Section: Results Of Dyeing and Color Intensitymentioning
confidence: 99%
“…The value is in a range from 2 to 4 (scale 1 to 5) as shown in Table 5. Some studies give a criteria to the scale of the color fastness namely 1 (very poor), 2 (poor), 3 (fair), 4 (good), and 5 (very good) (Khattak et al, 2014;Mongkholrattanasit et al, 2011;Pujilestari et al, 2016). The lower of the color change value indicates the more dye which faded from the fabrics.…”
Section: The Color Fastness To Washingmentioning
confidence: 99%
“…3, 8 ,13 Pigmen zat warna indigo yang tidak larut dalam air untuk dapat mewarnai pada kain harus direduksi kembali, reduktor yang selama ini banyak digunakan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) Batik yakni Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4) yang termasuk pada bahan kimia berbahaya, adapun reduktor alami yang dapat digunakan gula jawa dan tetes tebu, warna biru yang baik untuk pencelupan kain kapas dan sutera diperoleh dari pewarnaan Indigofera dengan reduktor gula aren. 8 Pasta indigofera dapat optimal menghasilkan warna biru alami pada kain kapas dengan pencelupan sebanyak 8 kali pencelupan. 11 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kualitas ketahanan luntur warna pada pencucian, jemur sinar matahari serta arah warna yang dihasilkan dari pewarnaan batik kain kapas dengan menggunakan zat warna alam indigofera tinctorial, dengan pereduksi gula aren dan tetes tebu serta untuk menghasilkan formula proses yang optimal.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dari hasil analisis pengujian beda warna L*, a*, b*, dapat disimpulkan bahwa zat warna alam daun indigofera tinctoria dari perkebunan Ambarawa dan Kulon Progo dengan reduktor gula aren dan tetes tebu yang diaplikasikan pada batik kapas dan sutera menghasilkan arah warna biru ke gelap (tua), sebagaimana yang dinyatakan oleh Lestari bahwa zat warna indigofera tinctoria ketika dalam kondisi tereduksi/larut maka pigmen indigonya akan terjerat oleh poripori serat dan segera teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pengendapan warna pada permukaan serat tekstil yang menghasilkan warna biru permanen. 8…”
Section: Analisis Uji Ketahanan Luntur Warna Terhadap Sinar Matahariunclassified
“…Produk batik warna alam dalam proses pewarnaannya menggunakan pewarna yang bersumber dari bagian tanaman seperti limbah daun, bunga, kulit kayu, daging, buah, kulit buah dari tanaman. Unsur utama bagian tanaman tersebut berupa pigmen alam/getah yang merupakan sumber zat warna (Pujilestari, et al, 2016). Proses pencelupan batik warna alam membutuhkan frekuensi (pengulangan) cukup banyak, supaya memperoleh hasil warna yang optimal.…”
Section: Pendahuluanunclassified