AbstrakMasyarakat tradisional Bali dikenal sangat menghargai alam dalam setiap aktivitas kehidupan. Adanya penghormatan ini memberikan inspirasi bagi perkembangan pengetahuan masyarakat Bali. Kreatifitas menghadirkan beberapa motif ornamen khas budaya Bali seperti kekarangan dan pepatran. Motif-motif ornamen banyak mengambil inspirasi dari alam khususnya tanaman yang memiliki karakteristik merambat. Selain inspirasi dari alam, motif-motif ornamen juga mengambil inspirasi dari beberapa cerita mitologi masyarakat Bali.Sebagai warisan budaya, motif ornamen ini seharusnya mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka melestarikan warisan leluhur. Pengembangan motif ornamen ini dapat dilakukan dengan mendeformasi bentuk asli namun tetap dilandaskan oleh makna aslinya. Sebagai desainer interior, pengembangan motif ornamen khas Bali dihadirkan pada elemen dinding ruang, kain pelapis (furnishing) sofa dan beberapa hiasan pada furniture. Pengembangan pada interior ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda akan kemampuan warisan budaya dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman.Kata kunci: masyarakat Bali, ornament, motif ornament, dan desain interior AbstractTraditional Balinese society is well-known for its being so appreciative with nature in every activity the people conduct. This respect to nature gives inspiration to the knowledge development of Balinese society. Their creativity enable them to produce some special Balinese ornament motives such as kekarangan and pepatran. These ornament motives are inspired a lot by nature, especially from some creeping plants. Besides being inspired from nature, these motives are also inspired by some Balinese myths. As cultural heritage, these ornament motives should be able to be further developed in order to preserve them. The development of these motives can be conducted by deforming the original motives without leaving out the original phylosophical meanings. As an interior designer, the researcher presents the development of the Balinese ornament motives on the elements of the room walls, the sofa furnishing, and some of the motives and accesories on the furniture. The development on the interior is hoped to be able to notify young generation on the ability of Balinese cultural heritage of dapting to the evolving era.Keywords: Balinese society, ornament, ornament motives, and interior design dalam bentuk wallpaper, furnishing sofa dan furniture akan menghadirkan suasana yang kental dengan budaya lokal. keseragaman konsep antara arsitektur dan interior menjadi satu kesatuan yang akan menyadarkan masyarakat bahwa budaya lokal mampu berjalan beriringan dengan perkembangan jamannya.
The natural damage is getting worse, especially in urban areas. The damage was caused by the decreasing number of green open spaces. Modern society thinking is not in line with traditional society, especially in spatial planning. Modern society tends to eliminate Green Open Space for commercial purposes while traditional society provides a large space for the provision of Green Open Space. This condition can be observed from the spatial arrangement of the Bali Madya traditional society. This study aims to determine how to adapt the spatial planning of Bali Madya, especially in densely populated urban areas. This study uses a qualitative method which will be presented descriptively. Data collection was carried out using a purposive sample method with the criteria for residential houses using Bali Madya arrangement and having a Green Open Space. The location of the research object is in the city of Denpasar, Gianyar and Badung regencies which are directly adjacent to the city of Denpasar. The increasing population in urban areas makes it difficult to get enough land for residential houses for Green Open Space. The steps that can be taken are adapting the traditional way of managing the yard of the living house. The adaptation of the Bali Madya spatial arrangement does not eliminate open space but only changes shape and form. This is due to adjustments to the availability of land, the dimensions of the building. The form of Green Open Space is adjusted through the selection of plant types and pavement materials.
Kini, penataan lingkungan dan interior rumah tinggal kurang mempertimbangkan ekologi. Ruang pada rumah tinggal, hanya difungsikan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas. Penelitian ini berorientasi pada pengaruh pola ruang terbuka hijau, terhadap interior rumah tinggal dengan lahan terbatas. Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mendapatkan bentuk pola ruang terbuka yang mampu memberikan kenyamanan termal terhadap interior rumah tinggal. Penelitian ini menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria utama yaitu keluasan lahan rumah tinggal. Data dikumpulkan menggunakan teknik observasi lapangan, wawancara, dokumentasi, kuesioner dan data pustaka. Populasi penelitian ini, difokuskan pada lingkungan perumahan Taman Tirta dan Tegal Luwih. Pemilihan objek penelitian, didasari oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa perumahan Taman Tirta dan Tegal Luwih memiliki kesesuaian dengan peraturan Ruang Terbuka Hijau dan Koefisien Dasar Bangunan. Hasil penelitian ini berupa data kenyamanan termal, berdasarkan kondisi fisik dan non fisik elemen pelengkap pembentuk ruang pada rumah tinggal yang dijelaskan melalui tabulasi jawaban kuesioner.
Fenomena desain tampak depan hotel yang memiliki berbagai macam bentuk terkesan memberikan dampak negative terhadap budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mempertimbangkan tampak depan(fasade) hotel sebagai media pelestarian budaya lokal melalui aplikasi prinsip-prinsip desain serta hubungannya dalam mencapai estetika. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulaitatif dengan purposive sample. Kriteria dari sample adalah hotel berbintang empat yang memiliki susunan elemen desain. Beberapa tahapan dalam penelitian ini seperti menentukan rumusan permasalahan, dilanjutkan dengan mengumpulkan data yang akan dipergunakan dalam memecahkan permasalahan, kemudian menentukan alat dalam pengumpulan data yaitu servey, observasi, landasan teori dan dokumentasi dan menentukan teknik pendekatan dalam desain untuk menganalisis data. Dari 10 hotel yang dijadikan sample, hanya 1 hotel yang mengaplikasikan budaya lokal. 10 hotel lainnya hanya berorientasi pada susunan elemen desain. Beberapa bidang pada tampak depan hotel seharusnya berorientasi pada pengaplikasian budaya lokal. Aplikasi prinsip desain yang banyak dipergunakan adalah ritme visual, keseimbangan dan harmoni. Prinsip ritme banyak teraplikasi melalui bentuk persegi pada elemen pembentuk ruang.Prinsip harmoni diciptakan melalui aplikasi warna, material dan elemen/ unsur desain.The phenomenon of design facade hotel that has impressed provide various forms of negative impact on the local culture. This study aims to consider the visible front (facade) hotel as a media preservation of local culture through the application of the principles of design and its relationship to achieve a esthetic. The method used in this research is descriptive qualitative with purposive sample. The criteria of sample is a four-star hotel that has a composition design elements. Several stages in this study such as determining the formulation of the problem, followed by collecting data to be used in solving the problem, then determine the data collection tool that is surveyed, observation, documentation and determine teoridan foundation engineering design approach to analyze the data. From 11 hotels sampled, only one hotel which is applying local culture. 10 more hotels only oriented to the arrangement of design elements. Some areas of the facade of the hotel should be oriented towards the application of the local culture. Application design principles are widely used visual rhythm, balance and harmony. The principle of rhythm much applied through a square shape on the forming element ruang.Principle harmony created trough the application of colour, material and elements of the design.
Halte Trans Sarbagita di kota Denpasar merupakan salah satu fasilitas pubik yang mendapat sorotan karena rancangannya yang dianggap kurang memperhatikan kebutuhan akses bagi para penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab aksesibilitas halte Trans Sarbagita dianggap sulit bagi para penyandang disabilitas, serta mencari dan menemukan alternatif solusi berupa rancangan alternatif aksesibilitas bagi permasalahan tersebut. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif, batasan kajian adalah rancangan objek kasus berdasarkan pendekatan ilmu anthropometri. Melalui penelitian diketahui bahwa ketidaknyamanan aksesibilitas halte terjadi karena ketidaksesuaian antara kondisi yang ada di lapangan tentang kelandaian ramp, handrail, fasilitas guiding block, keluasan ruang halte, pencahayaan akses, serta ketinggian lantai halte, dengan apa yang menjadi kriteria ideal sebuah halte yang mudah diakses penyandang disabilitas. Maka rancangan awal aksesibilitas halte Trans Sarbagita perlu dievaluasi dan ditentukan alternatif solusi rancangan yang lain melalui pendekatan anthropometri dengan data pengguna yang diambil dari sample. Melalui analisis permasalahan serta pengolahan data anthropometri dengan persentil 95-th, maka dapat ditentukan dan divisualisasikan alternatif rancangan halte Trans Sarbagita yang lebih mudah diakses khususnya oleh penyandang disabilitas. Trans Sarbagita’s stops in Denpasar, is one of public facilities which are on highlight, because of the design considered less interest to the needs of access for persons with disabilities. This study aims to determine why the accessibility of Trans Sarbagita’s stops considered difficult for persons with disabilities, and to find an accesibility design alternatives for those problems. This research is a qualitative study which delivered descriptively through interpretative analysis using the anthropometry approach. The results of the research shown that the inconvenience of Trans Sarbagita’s stops accessibility, occurred by a mismatch between the existing conditions such as the flatness of the ramp, handrail, guiding block facilities, the vastness of space on the stops, access lighting, stop’s floor height, with the criteria for the ideal of a stop that accessible to persons with disabilities. The preliminary of the accessibility design of Trans Sarbagita’s stops should be evaluated and determined other alternative designs as a solutions, through anthropometric approach from data that is retrieved from the sample. Through the analysis of the problems and anthropometric data processing with 95-th percentile, it can be determined and visualized a more accessible Trans Sarbagita’s stop alternative designs esspecially for persons with disabilities.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.