The longer splice isoforms of vascular endothelial growth factor-A (VEGF-A), including mouse VEGF164, contain a highly basic heparin-binding domain (HBD), which imparts the ability of these isoforms to be deposited in the heparan sulfate-rich extracellular matrix and to interact with the prototype sulfated glycosaminoglycan, heparin. The shortest isoform, VEGF120, lacks this highly basic domain and is freely diffusible upon secretion. Although the HBD has been attributed significant relevance to VEGF-A biology, the molecular determinants of the heparin-binding site are unknown. We used site-directed mutagenesis to identify amino acid residues that are critical for heparin binding activity of the VEGF164 HBD. We focused on basic residues and found Arg-13, Arg-14, and Arg-49 to be critical for heparin binding and interaction with extracellular matrix in tissue samples. We also examined the cellular and biochemical consequences of abolishing heparin-binding function, measuring the ability of the mutants to interact with VEGF receptors, induce endothelial cell gene expression, and trigger microvessel outgrowth. Induction of tissue factor expression, vessel outgrowth, and binding to VEGFR2 were unaffected by the HBD mutations. In contrast, the HBD mutants showed slightly decreased binding to the NRP1 (neuropilin-1) receptor, and analyses suggested the heparin and NRP1 binding sites to be distinct but overlapping. Finally, mutations that affect the heparin binding activity also led to an unexpected reduction in the affinity of VEGF164 binding specifically to VEGFR1. This finding provides a potential basis for previous observations suggesting enhanced potency of VEGF164 versus VEGF120 in VEGFR1-mediated signaling in inflammatory cells.
ABSTRAKTeripang merupakan salah satu komoditas perikanan penting dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di Asia. Teknologi pembenihan teripang sudah mulai dikembangkan dan telah mampu memproduksi benih secara massal untuk budidaya. Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya teripang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa formula pakan berbasis rumput laut untuk pendederan teripang pasir. Empat pakan percobaan diformulasi menggunakan kombinasi beberapa jenis bahan baku, khususnya rumput laut. Pakan dibuat dalam bentuk pelet dengan kandungan protein 14% dan lemak 4,5%. Kontrol adalah pakan berupa bentos segar. Benih teripang pasir yang digunakan berukuran bobot 2,0 ± 0,6 g dengan panjang 2,8 ± 0,5 cm. Benih teripang dipelihara dalam bak persegi berkapasitas 150 L dengan kepadatan 50 ekor per bak. Benih teripang diberi pakan percobaan sekali dalam sehari pada sore hari. Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap terdiri atas lima perlakuan pakan dan empat ulangan. Percobaan berlangsung selama 120 hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa benih teripang pasir yang diberi pakan buatan menghasilkan pertumbuhan (pertambahan bobot 341,3%-386,8%) dan sintasan (92,5%-97,5%) lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan yang diberi pakan bentos (kontrol), yaitu masing-masing 126,9% dan 75,0% untuk pertambahan bobot dan sintasan. Namun pertumbuhan benih teripang pada semua perlakuan pakan buatan tidak berbeda nyata (P>0,05). Kandungan protein teripang yang diberi pakan buatan (22,3%-24,4%) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan yang diberi pakan kontrol (18,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih teripang pasir dapat memanfaatkan pakan buatan dengan baik dan pakan berbasis tepung Sargassum sp. dapat diaplikasikan pada pemeliharaan benih teripang pasir.
The natural stock of sea cucumber Holothuria scabra (known as sandfish) has been declining in both population and size, making it difficult to collect broodstock and juvenile sandfishes for aquaculture. This research aims to evaluate the reproduction of domesticated broodstock (F-1) and performance of the juveniles (F-2). Broodstock were reared in two rectangular concrete tanks with a dimension of 190 x 290 x 70 cm3. There were 12 individuals (7 males and 5 females) of broodstock (F-1) with total length and mean body weight of 12.0 ± 1.21 cm and 122.6 ± 32.37 g, respectively. Six broodstock were put in each tank and fed with compressed benthos at 4% biomass daily in the afternoon. During our experiment, domesticated sandfish broodstock successfully spawned twice. The first spawning (occurred in January 2017) had one female spawned that released 1,350,000 eggs with a hatching rate of 57.4%. Another broodstock spawned in April 2017 and produced 3,280,000 eggs with a hatching rate of 78.66%. The growth performance of 170 days-old juveniles (F-2) shows a total length of 5.66 ± 0.90 cm and a mean body weight of 10.08 ± 2.07 g. The survival rates are 5.19% and 8.68% for juveniles spawned in January and April, respectively. We conclude by showing that sandfish could be domesticated to produce seeds for further aquaculture development.
Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis dan komoditas unggulan perikanan. Untuk menanggulangi kendala kualitas benih bandeng yang kurang baik maka perlu disiapkan induk bandeng berkualitas baik dengan melakukan seleksi, serta pemberian pakan berkualitas baik, khususnya pakan untuk mendukung perkembangan organ reproduksi atau pakan prematurasi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang penggunaan pakan prematurasi untuk perkembangan gonad calon induk dan keragaan reproduksi ikan bandeng. Penelitian ini menggunakan 80 ekor calon induk ikan bandeng berumur tiga tahun dengan bobot rata-rata 1,9 ± 0,25 kg. Ikan dipelihara dalam dua buah bak beton kapasitas 100 m3 dan masing-masing diberi pakan prematurasi yang merupakan pakan komersial yang diperkaya dengan dua jenis formulasi bahan pengkaya yang berbeda. Pakan diberikan sebanyak 3,0% dari total biomassa ikan per hari. Masing-masing bak dilengkapi dengan aerasi dan sistem air mengalir dengan pergantian air mencapai 200%-300% per hari. Parameter yangdiamati adalah perkembangan oosit, sperma, dan kematangan gonad, serta pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan prematurasi memacu perkembangan dan kematangan gonad dengan baik. Pada grup calon induk yang diberi pakan prematurasi B diperoleh tiga ekor induk betina mengalami perkembangan oosit tingkat large vitelogenesis (diameter > 500 μm) dan kematangan sperma induk jantan sebanyak 15 ekor. Pada grup calon induk yang diberi pakan premeturasi A terdapat satu ekor induk betina mengalami perkembangan oosit tingkat small vitelogenesis (diameter < 300 μm) dan kematangan sperma jantan dua ekor.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.