Background Cycling is a physical exercise that is widely performed to improve physical fitness. Regular physical exercise will lead to adaptations to exercise. This adaptation is useful in suppressing the production of reactive oxygen stress (ROS) generated in response to cellular metabolism that uses oxygen. Transforming growth factor beta-1 (TGF-β1) plays a role in increasing the production of ROS, thus, when the concentration is low, it would lead to an improvement in physical fitness. This study aims to compare levels of TGF-β1 between recreational cyclists and sedentary groups. In addition, this research also compares several other parameters, which are fasting blood sugar levels and lipid profiles (triglycerides, total cholesterol, HDL cholesterol, and LDL cholesterol) between cyclists and sedentaries. Methods This was an observational analytical study with a cross-sectional design. The research subjects consisted of 2 groups, each consisting of 21 participants, namely the recreational cyclist and the sedentary group. Anthropometric examinations were carried out, including body weight, height, body mass index, waist circumference, and body fat percentage. Fasting blood glucose concentration and lipid profile (Triglyceride – TG , Total Cholesterol – Total C , HDL Cholesterol – HDL-C , and LDL Cholesterol – LDL-C ) were determined by the enzymatic colorimetric methods, and TGF-β1 levels were determined using the fluorescence of specific antibodies for TGF-β1 (pg/ml) using ELISA method. Statistical analysis was performed using IBM SPSS v. 25. Results The anthropometric variables, other than body height, did not differ significantly between the two groups, so did the fasting blood glucose concentration. Nevertheless, the lipid profile (TG, Total C, HDL-C and LDL-C) were found to be significantly better in the cyclist group (p < 0.05). The mean level of TGF-β1 in recreational cyclists was 8, 908.48 pg/ml, lower than the control group, 10, 229.28 pg/ml. The results of the unpaired t -test showed significant mean differences between the two groups, (p = 0.001; p < 0.05). Conclusion The levels of TGF-β1 in the recreational cyclist group were lower than the sedentary group. Regular physical exercise will trigger exercise adaptations that can suppress latent TGF-β1 activation.
Background: Nutritional problem is a problem that still faced by developed countries and developing countries. An unbalanced diet is one of the causes of nutritional problems. Several studies have shown that students have an unhealthy diet and eating habits. Several factors influences such as high academic activity, limited food choices around the campus, and choosing food at affordable prices. This study aims to determine the eating pattern, nutrition adequacy, and nutritional status of the students in the Medical Faculty of Universitas Mataram, Mataram, West Nusa Tenggara, Indonesia.Methods: This descriptive-analytical study involving students of the Medical Faculty of Universitas Mataram who met the inclusion and exclusion criteria as subjects. Subjects were obtained using a consecutive sampling method. Measurement of dietary and nutritional adequacy using a 24-hours food recall questionnaire and NutriSurvey software, and calculation of nutritional status based on body mass index (BMI).Results: A total of 88 students were included in this study. Students with proper and improper diet pattern were 38 (43.18%) and 50 (56.82%). Students with sufficient nutrition were 42 (47.73%), and 46 (52.27%) were lack of adequate nutrition. Based on the nutritional status, 18 (20.45%) were underweight, 58 (65.91%) were normal, 8 (9.09 %) were overweight, and 4 (4.54%) were obesity.Conclusion: Most students have improper eating patterns, lack of adequate nutrition, and normal nutritional status. Latar belakang: Masalah gizi berupa kekurangan dan kelebihan gizi masih menjadi masalah baik di negara berkembang maupun negara maju. Masalah gizi ini dapat disebabkan adanya pola makan yang tidak seimbang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pola makan dan kebiasaan makan yang tidak sehat, karena pengaruh beberapa faktor seperti kesibukan akademik, pilihan makanan yang terbatas di sekitar kampus, dan memilih makanan dengan harga yang terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan, kecukupan gizi, dan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara BaratMetode: Penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif dengan desain potong-lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian diperoleh dengan menggunakan metode consecutive sampling. Pada subjek dilakukan analisis pola makan dan kecukupan gizi menggunakan kuisioner 24-hour food recall dan software NutriSurvey, serta perhitungan status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT).Hasil: Sebanyak 88 mahasiswa diikutsertakan dalam penelitian ini. Terdapat 38 mahasiswa (43,18%) dengan pola makan yang benar dan 50 mahasiswa (56,82%) dengan pola makan yang salah. Terdapat 42 mahasiswa (47,73%) cukup gizi dan 46 mahasiwa (52.27%) berada pada angka kecukupan gizi kurang. Untuk status gizi, 18 mahasiswa (20,45%) dengan status gizi kurang, 58 mahasiswa (65,91%) dengan status gizi normal, 8 mahasiswa (9,09%) dengan status gizi berat badan lebih, dan 4 mahasiswa (4,54%) dengan status gizi obesitas.Simpulan: Pola makan mahasiswa sebagian besar masih kurang tepat, angka kecukupan gizi sebagian besar kurang. Sebagian besar mahasiswa mempunyai status gizi normal.
Abstrak: Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada Komunitas Bajang Pejoeang Mataram tentang: 1) perubahan fisik pada masa pubertas, terutama yang berkaitan dengan sistem reproduksi, 2) konsekuensi perkembangan sistem reproduksi, dan 3) cara menjaga kesehatan reproduksi. Penyuluhan kesehatan disampaikan oleh tim dosen beserta mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Materi disampaikan oleh tim dosen dan mahasiswa membawakan acara sebagai Master of Ceremony. Metode pelaksanaan berupa penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi pada Komunitas Bajang Pejoeang Mataram. Penyuluhan kesehatan reproduksi ini dihadiri oleh 24 peserta. Peserta sangat antusias, ditandai dengan banyaknya pertanyaan pada sesi diskusi setelah penyuluhan. Pada kegiatan ini disimpulkan bahwa masa remaja adalah salah satu masa terjadinya perkembangan paling pesat dalam perjalanan hidup manusia. Proses pematangan secara biologis umumnya mendahului kematangan psikososial pada remaja. Oleh karenanya diperlukan upaya edukasi terhadap remaja putra dan putri terkait kesehatan reproduksi untuk mencegah perilaku seksual di usia remaja. Kata Kunci: Penyuluhan; Kesehatan Reproduksi; Komunitas.
Pendahuluan: Berdasarkan penelitian sebelumnya di Asia, angka kejadian tinitus sekitar 10,9%. Tinitus menunjukkan kaitan yang erat dengan gangguan psikologis dan sosial serta menyebabkan penurunan kualitas hidup.Sebagian besar pasien mengeluh mengalami gangguan tidur, cemas, bahkan depresi. Terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kualitas hidup pasien tinitus seperti usia, jenis kelamin dan lokasi tinitus. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor tersebut pada kualitas hidup pasien tinitus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain belah lintang. Sampel penelitian adalah 37 pasien tinitus yang berkunjung ke poli THT RSUD Provinsi NTB yang telah memenuhi kriteria inklusidan eksklusi. Responden kemudian mengisi kuisioner Tinnitus Handicap Inventory (THI). Data yang diperoleh kemudian diuji validitas dan reliabilitas, dilanjutkan dengan uji Mann-Withney dan Kruskall-Wallis untuk mengetahui pengaruh faktor usia, jenis kelamin, dan lokasi tinitus terhadap kualitas hidup. Hasil: Berdasarkan skor THI, 86,8% pasien tinitus mengalami gangguan kualitas hidup dengan berbagai derajat. Dari hasil analisis data mengenai pengaruh usia terhadap kualitas hidup didapatkan nilai p=0,957 (p>0,05) ini berarti tidak terdapat perbedaan kualitas hidup pasien tinitus pada keempat kelompok usia. Hasil uji terhadap variabel jenis kelamin memberikan hasil p=0,430 (p>0,05), ini juga berarti tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Uji terhadap variabel lokasi tinitus memberikan nilai p=0,631 (p>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara pasien dengan tinitus bilateral maupun unilateral. Simpulan: Kualitas hidup pasien tinitus tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan lokasi tinitus.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.