The Healthy Indonesia Program aims to improve health status through health efforts and equitable health services. The positive side of the success of health development is the increasing life expectancy. But it has a negative impact, namely the increasing incidence of degenerative diseases, one of which is hypertension. Hypertension is often called the "silent killer" because it can appear without symptoms or warning signs, so many do not realize it so that the prevalence of hypertension increases. The breadth of the work area and the lack of health workers, can lead to a lack of public access to health services, so the elderly who have hypertension are less able to control the condition of the disease. Cadres of Non-Communicable Diseases Posyandu (PTM) can be the first line in reaching the community, when health workers are not available. Posyand cadres can also be an extension of their hands in increasing people's knowledge and understanding of hypertension, even cadres can carry out blood pressure checks independently. The purpose of community service is IbM activities for Posyandu cadres of PTM, especially in Kelurahan Bantarsari in the form of counseling about hypertension and training in blood pressure measurement. The population and sample in this service were 24 cadres in Bantarsari village. Data was collected using a questionnaire in the form of questions to find out the knowledge of participants before and after training and a checklist to measure skills. Data analysis using the Paired-Samples T Test. The material used is a blood pressure measuring device, the OMRON brand digital sphygmomanometer using a new battery. The results of this activity are all female cadres, with a age range of 21-45 years. Educational background for cadres is 79.16% of high school graduates and 20.84% of junior high school graduates. The results of the Paired-Samples T Test analysis obtained p value 0,000 which means that there is an influence of counseling and training conducted on cadre knowledge about blood pressure measurement. In conclusion, counseling and training for cadres has a good influence in increasing their knowledge, so it is expected to reduce the incidence of hypertension in their target areas.
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien Diabetes Mellitus (DM) adalah menurunnya sensitivitas kaki. Perawatan kaki DM sangat penting untuk menjaga vaskularisasi, memperkuat otot kaki dan mencegah terjadinya komplikasi yang fatal. Salah satu tindakan pencegahan untuk menjaga keutuhan kulit yaitu dengan senam kaki yang diyakini dapat meningkatkan aliran darah ke daerah ektremitas sehingga dapat meningkatkan sensitivitas diektremitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap sensitivitas kaki pada penderita DM. Jenis penelitian experiment dengan desain pre and post test. Dengan sampel 25 orang, instrument penelitian menggunakan skala sensitivitas. Alat ukur penelitian ini menggunakan kapas, sikat dan jarum. analisis penelitian menggunakan uji T test. Senam kaki dilakukan 2 kali selama 1 minggu. Hasil penelitian sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam kaki memiliki rata- rata sensitivitas 1,67 dan sesudah dilakukan senam kaki memiliki rata- rata sensitivitas 2,36, sensitivitas lebih baik sesudah diberikan senam kaki (p value 0,001). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam kaki diabetik terhadap sensitivitas kaki pada penderita DM di Puskesmas Parungponteng Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya.
Penyakit kardiovaskular masih menjadi masalah kesehatan global di dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat meningkatkan angka kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini risiko penyakit kardiovaskuler menggunakan skor kardiovaskular Jakarta sehingga dapat dikaji lebih lanjut, dimonitoring dan diberikan intervensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat risiko penyakit kardiovaskuler berdasarkan skor kardiovaskuler Jakarta. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan sampel berjumlah 30 orang menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi berdasarkan skor kardiovaskuler Jakarta kemudian di analisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko penyakit kardiovaskular responden berdasarkan skor kardiovaskuler jakarta antara tingkat risiko rendah (43%) dan tinggi (40%) berbeda tipis. Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi kriteria dalam penilaiannya, sebagaimana data yang ditemukan yakni semua responden adalah perempuan (100%), sebagian besar rentang usia adalah diatas 60 tahun (30%), mayoritas memiliki tekanan darah normal (66,7%), indeks massa tubuh pada kisaran 26,00-29,99 (46,7%), tidak merokok (100%), tidak menderita diabetes mellitus (90%), dan melakukan aktivitas fisik sedang (46,7%). Kesimpulan Sebagian besar responden memiliki tingkat risiko penyakit kardiovaskular yang rendah dan tinggi hampir sama, sehingga manajemen faktor risiko tetap perlu dilakukan terutama pada kelompok dengan risiko tinggi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.