Penggunaan media dalam cabang ilmu biologi yaitu mikrobiologi sangat penting untuk isolasi dan pertumbuhan bakteri. Mahalnya media pertumbuhan bakteri mendorong para peneliti untuk membuat media pertumbuhan bakteri yang berasal dari alam dengan biaya yang lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya pertumbuahn jumlah bakteri pada media alternatif umbi kuning dan umbi ungu. Desain dalam penelitian yang digunakan adalah Perbandingan Kelompok Statis (statis Group Comparation). Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang ditanamkan pada media alternatif umbi kuning dan umbi ungu yang dibandingkan jumlah pertumbuhan bakteri terhadap kontrol yaitu media nutrient agar. Bakteri di isolasikan dengan metode pour plate dan di inkubasi pada suhu 37 ⁰C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukan media umbi kuning merupakan media alternatif yang paling baik untuk pertumbuhan jumlah bakteri, hal ini ditunjukan pada pertumbuhan Escherichia coli didapat jumlah bakteri yang paling tinggi sebesar 284,83 x 105 sedangkan pertumbuhan Staphylococcus aureus didapat jumlah bakteri yang paling tinggi sebesar 56,5 x 105.
AbstrakTuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang menjangkiti organ paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tbc). Salah satu target program pemberantasan tuberkulosis paru ialah pencapaian angka konversi minimal 80% pada fase awal khususnya pada penderita paru Basil Tahan Asam (BTA) positif. Angka konversi adalah persentase penderita TBC paru BTA positif yang mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Di BP4 Garut pada tahun 2005 pencapaian angka konversi 50,5%. Telah dilakukan penelitian dengan metode deskriptif tentang angka konversi penderita TB paru BTA positif yang telah diobati dengan obat antituberkulosis (OAT) paket kategori 1 pada bulan Februari 2008 di BP4 Garut. Metode penelitian bersifat obsevasional yaitu pengobatan tahap intensif dilakukan terhadap 44 orang penderita TB paru BTA positif selama 2 bulan, kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan dan diperiksa setiap bulan. Bahan pemeriksaan berupa dahak yang dikeluarkan sewaktu dan pagi hari terhadap 44 penderita TB paru BTA positif. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 23 orang mengalami konversi sedangkan yang tidak konversi sebanyak 6 orang dan sebanyak 15 orang tidak ada hasil pemeriksaan BTA karena pindah berobat ke puskesmas. Penyakit TB paru dapat disembuhkan dengan pemberian OAT paru paket yang mengandung isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Keberhasilan angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula. Dari hasil penelitian didapatkan angka konversi 52,30%. Untuk pencapaian angka konversi yang memenuhi target minimal program (80%), agar setiap Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dapat menjalankan program DOTS (directly observed treatment, shortcourse chemotheraphy) seoptimal mungkin dan meningkatkan kerjasama antar Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja UPK tersebut. [MKB. 2010;42(1):32-6]. Kata kunci: Angka konversi, tuberkulosis paru, obat antituberkulosis The Conversion Number of Lung Tuberculosis Patient Treated with Anti Tuberculosis Drugs Category One in BP4 Garut AbstractOne of the efforts to eliminate lung tuberculosis program is the achivement of the conversion number which have the minimum number about 80% in first phase, especially for the BTA positive. Conversion rate is the percentage of positive pulmonary TB patients who experienced a negative conversion after undergoing intensive treatment period. In BP4 Garut in the beginning of year 2005, the achivement of converstion number is 50.5%.The research has been done by descriptive method about the conversion number of lung tuberculosis which already get anti tuberculosis drugs category one on February 2008 in BP4 Garut. Obsevasional research methods are intensive phase of treatment performed on 44 patients with positive pulmonary TB during the 2 months, then continued with advanced stage given three times a week for 4 months and inspected every month. The spacement was sputum which produced in the mornin...
Efforts that have been done to manage the Hazardous and Toxic waste into non-Hazardous and Toxic waste are done by emptying, shredding, washing, and rinsing at least 3 times and disinfecting using chlorine. This is in accordance with the Indonesian Regulation of Ministry of Health No. 27 of 2017, which has stated that surface cleaning is permitted to use 0.05% chlorine during the process. Furthermore, in the Indonesian Regulation of the Ministry of Environment and Forestry No.56 of 2015, the chemical disinfection process is permitted to use an additional 3-6% sodium hypochlorite (NaOCl). However, there are still differences in dosage and it has not been mentioned regarding the immersion period during the disinfection process on both of the regulations. The purpose of this study was to determine the difference in contact time and the dose of chlorine as a disinfectant on the number of Bacillus subtilis and Bacillus stearothermophilus in the medical waste recycling process. The research design used in this study was a Randomized Factorial Design with experimental research type. A total of 104 recyclable medical waste samples were taken, using 3 treatments and 6 repetitions. The average temperature of the chlorine solution at the contact time of 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes was 24.34 °C; 24,53 °C; and 24,54 °C respectively, while the average pH of the chlorine solution at the contact time of 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes was 8.344; 8,375; and 8,461 respectively. The results showed that there was no difference in the duration of contact and the dose of chlorine as a disinfectant in the medical waste recycling process with a p-value of 0.377. The percentage reduction in the number of Bacillus subtilis and Bacillus stearothermophilus before and after treatment was 99.99% based on 4 positive controls. The findings in this study were the duration of contact time and the effective dose used in the recycling process of medical waste, which was at a dosage of 0.03% with 45 minutes of contact time. The government needs to conduct a re-assessment regarding the recommended ideal dosage in the surface disinfection process so that it would not cause a potential risk to humans or the environment.
No abstract
ABSTRAK Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens merupakan salah satu jenis lalat yang bukan merupakan vektor penyakit. Fase hidup BSF adalah singkat hanya sekitar rata-rata 7 hari. Berdasarkan hasil pengamatan, BSF betina akan menghasilkan sejumlah telur setelah melakukan mating dengan BSF jantan dan menghasilkan telur berjumlah 500-900 buah telur. Telur-telur ini akan menetas dan menjadi larva BSF atau sering disebut sebagai maggot. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas antibakteri ekstrak maggot BSF, konsentrasi hambat minimun (KHM), dan konsentrasi bunuh minimun (KBM) ekstrak maggot BSF terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Pemeriksaan dilakukan menggunakan metode difusi Kirby Bauer, sedangkan untuk penentuan KHM dan KBM menggunakan angka lempeng total. Variasi konsentrasi ekstrak maggot yang digunakan adalah 0,12%; 0,24%; 0,36%; 0,48%; 0,60%; 0,72%; 0,84%; 0,96%; 1,08%; dan 1,20%, sedangkan konsentrasi filtrat etanol adalah 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; 15%; 17,5%; 20%; 22,5%; dan 25%; sebagai kontrol digunakan ciprofloxacin 30 µg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak (liofilisat) etanol maggot efektif sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli, dengan nilai signifikansi 0,002 < α (0,050), untuk satu atau lebih kelompok data. Sedangkan, analisis uji Mann Whitney menunjukkan nilai signifikansi 0,317 (> 0,050%), untuk konsentrasi 1,08% dengan 1,20%. Ekstrak (filtrat) etanol maggot efektif sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli, dengan nilai signifikan 0,000 < α (0,050). Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) ekstrak (liofilisat) larva (Maggot) Black soldier fly (BSF) yang efektif sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli adalah 0,60% dengan jumlah koloni 24,27 ± 2,137 CFU/mL, dan Konsentrasi Bunuh Minimun (KBM) terdapat pada konsentrasi 0,96% dengan jumlah koloni 0,0 CFU/mL.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.