Wulan Delta in Central Java has been experiencd coastal morphodynamics due to interface between Wulan River's sedimentation and Java sea's oceanographic process. This paper aims to analyze Wulan Delta's morphodynamics as well as its impacts on the socio-economic condition of the community. The morphodynamics is interpreted visually and digitally using a maximum livelihood analysis of multi-scale and multi-temporal images. The socio-economic impact is defined by field observations and in-depth interviews to the community and stakeholders. Analysis during the period of 1931-2010 showed that Wulan Delta had been changed morphologically from straight with small arc-like (arcuate) to bird-foot (digitate) with a plausible change into rounded (lobate) in the future, which represented dominant sedimentation by oceanographic rather than fluvial processes. Land expansion in Wulan Delta led to landuse change in Wedung, i.e. expansion of settlement area to 167 ha and fish pond area to 1014 ha in 2000-2010. Most settlements in the area, which are built linearly to river levees, own a high vulnerability to both river flood and tidal inundation. Therefore, dissemination about knowledge of the disaster and coastal zone management, as a means of increasing awareness, becomes necessary in integrating the coastal management in Wulan Delta together with improvement in infrastructure and proper regional development. The proper development strategy for the coastal village is aggressive maintenance strategy, including public infrastructure revitalization, quality improvement for human resources, and silvofishery system. Law enforcement on coastal zoning regulations is necessary to achieve an integrated and sustainable coastal zone management. * Corresponding author. M. A. Marfai et al.61
Upaya perbaikan mutu bokar telah dilakukan pemerintah dengan menerbitkan peraturan menteri dan pedoman jaminan mutu karet. Pembentukan lembaga ditingkat petani yang dikenal dengan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) bertujuan sebagai sarana bagi petani untuk meningkatkan mutu karetnya. Artikel ini membahas mengenai penerapan UPPB di Sumatera Selatan serta permasalahan yang terkait dengan program nasional perbaikan mutu karet alam, tindaklanjut GNBB dan terbentuknya kelompok-kelompok UPPB di beberapa wilayah sentra perkebunan rakyat. Pembentukan UPPB memberikan beberapa manfaat, diantaranya: adanya aturan yang disepakati secara musyawarah; meningkatnya mutu bokar petani melalui pemasaran bersama; meningkatkan posisi tawar bagi petani; media komunikasi petani agar dapat turut serta dalam program-program pengembangan karet rakyat. Namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi antara lain modal usaha, komitmen anggota terhadap aturan yang berlaku, persaingan harga dengan tengkulak dan pedagang perantara, minimnya pengawasan terhadap mutu teknis pengolahan bokar, serta kurangnya pendampingan dalam pemasaran akibatnya minat petani lainnya untuk bergabung masih sedikit. Pelatihan dan pembinaan menjadi kegiatan yang sepatutnya dilakukan rutin dengan melibatkan anggota kelompok tani sebanyak mungkin. Pendampingan terhadap UPPB harus dilakukan berkelanjutan sehingga dapat menjadi agen perubahan dari berlangsungnya gernas bokar bersih. UPPB memiliki peran strategis untuk mencapai tujuan perbaikan mutu karet alam nasional melalui fungsi kelembagaan dan pemasaran yang terorganisir. Pemerintah dan lembaga penelitian diharapkan merumuskan langkah-langkah tepat sehingga peraturan daerah dapat diimplementasikan dan pemberlakuan sanksi bagi tindak pelanggaran terhadap aturan dan penerapan bokar bersih dapat dilakukan. Kajian terhadap kelangsungan program GNBB diperlukan agar pencapaian tujuan dari terbentuknya UPPB untuk mendukung pengembangan industri karet alam nasional.
The organized marketing system has able to improve quality of raw rubber material and farmers ' share. Therefore, it K e y w o r d s : R a w r u b b e r m a t e r i a l ; strengthening; developing; organized marketing group AbstrakSistem pemasaran terorganisir telah mampu meningkatkan mutu bokar dan bagian harga yang diterima petani. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan untuk memperkuat dan menumbuhkan sistem p e m a s a r a n t e r s e b u t d e n g a n mengidentifikasi kendala yang menghambat dan potensi yang memperkuat kelompok pemasarannya. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif di: 1) Lokasi UPPB/KUD /Gapoktan yang masih aktif melakukan pemasaran bersama melalui lelang atau kemitraan; 2) Lokasi yang sudah terbentuk kelompok pemasaran namun belum melakukan pemasaran lelang atau kemitraan; dan 3) Lokasi Gapoktan/KUD /UPPB yang sudah tidak aktif lagi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap kelompok pemasaran. Hasil survei menunjukkan bahwa faktor-faktor yang m e n g h a m b a t p e n g u a t a n k e l o m p o k pemasaran adalah kurangnya komitmen masyarakat untuk terus berkelompok, kurangnya kesadaran untuk menjaga mutu bokar, dan kurangnya keterbukaan antara pengurus dan anggota. Pada kelembagaan pemasaran diperlukan bimbingan dan p e n y u l u h a n m e n g e n a i p e m a s a r a n terorganisir dan bimbingan teknis dalam meningkatkan mutu bokar. Sementara itu faktor pendukung yang dapat memperkuat
Pendapatan merupakan sesuatu yang penting bagi petani, karena dengan adanya pendapatan petani dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pendapatan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik petani, menganalisis pendapatan petani, dan menganalisis faktor yang memengaruhi tingkat pendapatan petani karet di Desa Sako Suban. Pemilihan desa dilakukan secara purpossive dan pemilihan responden secara accidental sampling. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan metode wawancara. Data diolah secara kuantitatif dengan menggunakan regresi linear dengan menggunakan taraf nyata 10%. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat pendidikan petani tergolong rendah, rata-rata umur petani adalah 46 tahun, dan pekerjaanya mayoritas petani karet. Karet berkontribusi sebesar 63% terhadap total penerimaan petani, sisanya berasal dari buruh perusahaan dan pembalok kayu, sedangkan pendapatan petani hanya mencapai Rp733.389/bulan. Variabel yang memengaruhi pendapatan petani adalah harga karet, umur petani, dan pengalaman petani dalam berkebun karet. Variabel yang tidak berpengaruh nyata pada pendapatan petani ialah pendidikan petani, tenaga kerja keluarga, dan luas lahan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.