Background: Gonorrhea remains the second most common sexually transmitted infection (STI) in the world with an increasing number of cases. Oral cefixime and IM ceftriaxone are still the mainstay therapy for gonorrhea in Indonesia. However, previous studies suggested possible resistance to ceftriaxone and cefixime, which are the first-line treatment of gonorrhea. To date, there are no data available regarding the susceptibility of these antibiotics for the treatment of gonorrhea in Dr. Saiful Anwar General Hospital (RSSA) Malang. Purpose: Determine susceptibility pattern of Neisseria gonorrhoeaetowards cefixime and ceftriaxone in RSSA Malang. Methods: The samples were patients of the Outpatient Clinic of Dermatology and Venereology Department with a symptom of discharge which contained Gram-negative diplococcus after Gram staining and had a positive culture of Neisseria gonorrhoeae. Susceptibility testing for cefixime and ceftriaxone antibiotics were performed using the Kirby-Bauer method. The data are presented in percentages. Result: Antibiotic susceptibility test results showed that 80.77% of Neisseria gonorrhoeaeisolates were still susceptible to cefixime, and 80.77% of isolates were still susceptible to ceftriaxone. Conclusion: Cefixime and ceftriaxone are still effective as gonorrhea therapy in RSSA Malang.
Neurofibroma dapat tampak sebagai nodul soliter atau dapat merupakan bagian dari neurofibromatosis atau penyakit Von Recklinghausen. Neurofibroma sering dikeluhkan karena alasan kosmetik atau adanya rasa nyeri terbakar dan gatal. Seorang laki-laki 56 tahun mengeluh benjolan di dada sebelah kiri sejak 43 tahun yang lalu. Benjolan awalnya muncul seperti jerawat yang bertambah besar secara lambat dan kadang terasa nyeri jika tersenggol baju sejak beberapa bulan terakhir. Riwayat keluarga ibu dan anak pasien terdapat benjolan yang sama. Pasien memiiki riwayat penyakit epilepsi. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan nodul sewarna kulit, bentuk bulat, batas tegas, diameter 3 mm-7,5 mm pada perabaan didapatkan konsistensi kenyal, mudah bergerak dan tidak terfiksasi dengan jaringan dibawahnya. Tidak didapatkan nodul lisch, freckles pada ketiak maupun tanda cafe-au lait. Pada pasien dilakukan tindakan bedah eksisi atas indikasi rasa tidak nyaman pada pasien. Pemeriksaan histopatologi jaringan hasil eksisi dengan pewarnaan HE dan imunohistokimia S100 menunjukkan gambaran sesuai dengan suatu neurofibroma. Neurofibroma dapat tumbuh secara invasif. Pada lesi yang mengganggu secara kosmetik sering dilakukan terapi pembedahan. Modalitas terapi pembedahan untuk menghilangkan neurofibroma bergantung pada tipe, lokasi, ukuran tumor. Modalitas terapi dapat dipilih bedah eksisi, bedah listrik maupun reseksi. Pada kasus ini dipilih modalitas terapi bedah eksisi pada neurofibroma. Hasil terapi setelah satu bulan menunjukkan hasil yang baik. Tidak tampak adanya gambaran skar hipertrofik Kata kunci: eksisi, neurofibroma, imunohistokimia s100.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.