Pandemi COVID-19 mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat yang dapat mengubah pola makan. Perubahan pola makan yang saat ini terlihat adalah meningkatnya jumlah produk pangan berbasis nabati sebagai alternatif yang berdampak positif terhadap kesehatan. Salah satu bahan pangan nabati yang umum digunakan sebagai alternatif bahan pangan hewani adalah kacang kedelai. Selain mengandung banyak asam amino esensial, kedelai juga merupakan bahan pangan sumber serat. Nugget merupakan makanan ringan yang banyak digemari masyarakat karena rasa, tekstur dan bentuk yang mudah dikonsumsi. Nugget yang umumnya dibuat dari daging memiliki kalori, kadar lemak jenuh dan kadar sodium yang tinggi. Oleh karena itu, kedelai dapat digunakan sebagai pengganti daging untuk membuat nugget yang lebih sehat. Pelatihan pembuatan nugget berbasis kedelai dilakukan bagi siswa SMA Dian Harapan Cikarang untuk meningkatkan pengetahuan siswa akan produk pangan alternatif dan karakteristiknya serta meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan pengolahan produk pangan. Karena pandemi COVID-19, pelatihan dilakukan secara daring. Siswa lalu diberi kesempatan untuk membuat nugget berbasis kedelai di rumah secara individu maupun berkelompok dan mendokumentasikannya dalam bentuk video yang kemudian dievaluasi. Antusiasme siswa peserta PKM dapat dilihat dari banyaknya jumlah video pembuatan nugget yaitu sebanyak 11 video. Meskipun pelatihan ini dilakukan secara daring, ketertarikan dan manfaat yang diperoleh siswa tidak berkurang karena 100% siswa merasa bahwa kegiatan PKM ini bermanfaat dan menarik. Selain itu, 100% siswa juga menyatakan keinginan untuk mengikuti kembali kegiatan yang serupa.
In this study, Torbangun leaves are processed into three different types varying in their oxidation degree, namely unoxidized, semioxidized and oxidized Torbangun leaves. Each type is then brewed into herbal tea and analyzed in terms of its total phenolic, total flavonoid and antioxidant activity. Unoxidized Torbangun herbal tea shows higher content of total phenolic (44.22 mg GAE/g) and total flavonoid (17.02 mg QE/g) compared to oxidized (24.66 mg GAE/g total phenolic content and 8.61 mg QE/g total flavonoid content) and semioxidized (33.83 mg GAE/g total phenolic content and 10.68 mg QE/g total flavonoid content) Torbangun herbal tea. In terms of the antioxidant activity, processing the Torbangun leaves into herbal tea tremendously decreased the antioxidant activity based on the IC50 value of 1400.89 ɥg/mL for unoxidized Torbangun herbal tea, 3211.71 ɥg/mL for semioxidized Torbangun herbal tea and 4504.78 ɥg/mL for oxidized Torbangun herbal tea. However, steam blanching used in the preparation of unoxidized Torbangun leaves is proven to increase the total phenolic and flavonoid content of raw or unprocessed Torbangun leaves from 39.02 to 44.22 mg GAE/g and an increase of total flavonoid from 10.32 to 17.02 mg QE/g.Keywords: antioxidant; flavonoid; herbal tea; phenolic; torbangun
Kondisi pandemi COVID-19 telah mengakibatkan jumlah pengangguran semakin meningkat. Hal ini mendorong berbagai usaha untuk memperluas lapangan usaha. Salah satu usaha memperluas lapangan usaha adalah memperdayakan masyarakat melalui penguatan usaha kecil dan menengah. Komunitas usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Berkibar merupakan salah satu UMKM di wilayah Tangerang Selatan. Namun usaha makanannya belum dikembangkan ke bidang usaha produk olahan perikanan. Berdasarkan hal tersebut, maka Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan (UPH) akan melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dalam bentuk penyuluhan. Tujuan PkM adalah untuk memberikan informasi tentang bahan dan cara pembuatan kamaboko. Kamaboko yang berasal dari ikan tenggiri dan merupakan bahan yang sudah sering digunakan oleh mitra untuk kegiatan usaha. Metode PkM yang dilakukan adalah penyuluhan secara daring yang meliputi pemaparan materi, penayangan video, dan tanya jawab. Diharapkan dengan melakukan kegiatan tersebut, maka UMKM Berkibar Tangerang Selatan dapat memperluas bidang usahanya di bidang olahan perikanan dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-COV2) yang mulai terdeteksi sejak awal tahun 2020 di Wuhan, Cina. Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernafasan berat dan mengakibatkan terjadinya pandemi global. Hingga saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang tepat untuk mengobati maupun mencegah penularan penyakit tersebut. Sistem imunitas atau daya tahan tubuh yang baik diyakini dapat membantu tubuh dalam melawan virus dan mempercepat kesembuhan. Salah satu cara meningkatkan daya tahan tubuh adalah dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan terutama berupa pangan fungsional. Pangan fungsional bukan merupakan obat atau suplemen makanan karena pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa dosis tertentu dan dapat dinikmati sebagaimana makanan pada umumnya namun mempunyai manfaat bagi kesehatan. Program Studi Teknologi Pangan tergerak untuk membagikan ilmu dan wawasan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dalam bentuk penyuluhan mengenai pangan fungsional dan penerapan hidup sehat dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 bagi komunitas Yayasan World Harvest di Tangerang. Penyuluhan dilakukan melalui online dengan aplikasi Zoom untuk meminimalkan penularan virus. Kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat menambah wawasan serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan hidup sehat salah satunya melalui konsumsi pangan fungsional.
As food waste, apple pomace contains significant amount of dietary fibre that makes it a potential source of dietary fibre. In previous studies, partial substitution of wheat flour using apple pomace flour was done up to 30% due to problems in texture of the products. Since waffle cone shows originally hard texture compared to the previously studied bakery products, the present study expected that the partial substitution can be done beyond 30%. Utilization of local apple pomace, particularly Manalagi apple, as source of dietary fibre was performed to improve nutritional value of waffle cone. Collected pomace was dried at 50°C for 24 hours in a cabinet dryer. Afterwards, the dried pomace was ground with herb grinder and sieved using an 80-mesh sieve to obtain dried apple pomace powder. Objective of this study was to determine the total dietary fibre, hardness, friability as well as some organoleptic properties of waffle cones at 50 and 70 % partial substitution levels. Partial substitution at 50 and 70 % resulted in significant improvement of total dietary fibre at 13.55 and 14.59 %, respectively. Despite of hard and non-crispy texture, comparable sensory properties to the traditionally made waffle cone can still be achieved. Considering the total dietary fiber content, texture and sensory results, 70% partial substitution level is seen as the optimum level with panelists overall acceptance of ‘slightly like’.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.